Thursday, May 2, 2019

Menyambut Kehadiran di Bulan Romadhon


Tak lama lagi bulan Romadhon akan tiba kembali. Suatu bulan yang oleh Nabi disebut “syahrun adzhimum mubarok”, bulan yang agung dan penuh berkah, bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan, atau dikenal dengan lailatul qodar.

Menjelang datangnya bulan yang agung ini ALLooh telah memanggil hamba-hamba-Nya yang mengaku dirinya beriman kepada-Nya agar menyambut kedatangan bulan Romadhon dengan berpuasa sebulan penuh. Diingatkan kepada mereka bahwa puasa dalam bulan Romadhon adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan jikalau mereka ingin terpelihara dari kerusakan duniawi dan kerugian ukhrowi.

Orang yang beriman tentunya akan menyambut baik panggilan Tuhannya. Mereka akan memenuhi undangan-Nya untuk berpuasa. Jikalau panggilan dan undangan handai taulan dan teman dekat saja hampir tida pernah kita tolak, melainkan selalu kita penuhi dengan hati gembira serta rasa terima kasih, apalagi jikalau panggilan itu datangnya dari Al-Kholiq Yang Menciptakan kita dan alam semesta, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Yang Memberi Rochmah dan rezeki kepada kita, agaknya amat keterlaluan bila orang yang telah mengaku dirinya beriman kepada-Nya, kemudian menolak panggilan dan tidak memenuhi undangan-Nya.

ALLooh telah memperingatkan kepada kita melalui firman-Nya dalam surah Al-Anfaal ayat 24 yang berbunyi:
“Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan ALLooh dan seruan Rosul apabila Rosul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.”
Pada ayat 20 surat tersebut juga ditegaskan:
“Dan janganlah kamu berpaling daripada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya).”

Berkali-kali kita dipanggil atau diseur untuk melaksanakan suatu tugas yang bukan di luar kemampuan kita, yaitu menjalankan suatu ibadah sebagai konsekuensi iman dan manifestasi taqwa serta akan mengantar kita pada Mayuhyikum sebagaimana tersebut dalam ayat di atas, yakni suatu yang akan menghidupkan dan membahagiakan kita berupa ibadah puasa. Bagaimana puasa dapat menghidupkan dan membahagiakan kita?

RosuuluLLooh telah memberikan penjelasan mengenai manfaat puasa bagi kehidupan kita, baik jasmani maupun rohani. Puasa akan memberikan ketahanan tubuh yang luar biasa yang sulit ditemukan melalui usaha-usaha lain. Seperti tersebut dalam suatu hadits yang berbunyi:
“Berpuasalah, maka kalian akan menjadi sehat.”
Dalam hadits lain disebutkan:
“Puasa adalah perisai.”

Perisai dari segala macam penyakit, baik penyakit lahir maupun penyakit batin, penyakit tubuh jasmani maupun jiwa rohani. Puasa juga perisai dari kemurkaan ALLooh dan siksa api neraka yang amat panas. Selain itu disabdakan lagi oleh RosuuluLLooh SAW bahwa:
“Romadhon adalah bulan kesabaran.”

Selama satu bulan penuh kita dilatih bersabar, tabah, tekun, tahan uji yang semuanya ini merupakan faktor-faktor penting dalam mengantarkan manusia pada pintu kemenangan. Kesabaran dan ketabahan RosuuluLLooh yang membuat beliau selalu optimis dan tidak pernah putus asa dalam segala sesuatu. Sifat ini yang membuat beliau tidak pernah patah hati dan terpelihara dari penyakit jantung serta bebas dari segala penyakit batin yang amat unik yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu seorang dokter spesialis sekalipun. Yaitu penyakit yang disebut:
“Tidak puas dengan sedikit dan tidak kenyang dengan banyak.”

Orang yang dihinggapi penyakit ini, bila diadakan pemeriksaan secara medis pada badannya tidak terdapat hal-hal yang salah, semuanya normal. Namun dia jelas menderita dan obatnya pun tak terjual di apotik, melainkan ada pada dirinya sendiri seperti yang telah dicontohkan oleh RosuuluLLooh SAW, yaitu senantiasa optimis dan tidak pernah putus asa berkat kesabaran dan ketabahan yang terlatih dan banyak diperoleh melalui puasa Romadhon.

Didikan dan latihan yang diberikan oleh puasa Romadhon lagi ialah: Puasa Romadhon menyuruh kita menahan diri dari melakukan hubungan seksual di siang hari dengan istri atau suaminya sendiri yang sah, yang ada di rumah dan bahkan di depan kita. Pendidikan ini tentulah akan membuat kita sanggup menahan diri dan relah menjauhi hal-hal yang dapat menimbulkan fitnah serta menyeleweng terhadap yang bukan milik kita sendiri. Puasa akan membuat seseorang menjadi jujur dan adil sekalipun pada diri sendiri.

Satu hal lagi yang perlu kami sampaikan bahwa puasa akan membuat dan membentuk kita menjadi peramah, tapi bukan penakut. Yaitu mendidik dan melatih kita agar mampu menahan dan menguasai diri terhadap segala usaha setan yang suka mengganggu manusia dengan menunggangi sifat marah (ghodhob) yang ada padanya.

Bilamana ada seseorang yang berkata dengan perkataan yang tidak patut kepada kita, mengganggu atau membujuk dan merayu untuk melakukan perbuatan yang dapat merusak puasa, kita dianjurkan agar menyambutnya dengan kata-kata:
“Saya sedang berpuasa.”

Bukan kita balas dengan perbuatan serupa dan mengiyakan bujuk rayunya. Bahkan ketika muncul bisikan dalam hati kita sendiri, entah ingin berdusta, berbuat jahat, berkhianat, dan melanggar aturan agama, kita dianjurkan menjawab bisikan itu dengan “saya sedang berpuasa”. Pendidikan dan latihan yang diberikan oleh ibadah puasa benar-benar dapat dan mampu membawa kepada kebaikan dan kebahagiaan hidup baik lahir maupun batin.

Memang, betapapun seseorang yang berpuasa, garansi untuk menjadi orang yang baik adalah lebih besar daripada yang tidak berpuasa. Betapapun remaja putra maupun remaja putri yang berpuasa, moral dan akalnya akan lebih baik dan bersih ketimbang yang tidak berpuasa.

Mengingat begitu banyak hikmah dan manfaat puasa bagi kesehatan jasmani dan rohani serta kebutuhan kita akan ibadah yang satu ini, maka marilah bulan Romadhon yang tidak lama lagi akan tiba kita sambut dengan hati gembira dan kita laksanakan ibadah puasa nanti dengan ketulusan hati karena ALLooh SWT serta senantiasa mengharap keridhoan-Nya. Karena RosuuluLLooh SAW pun telah bersabda:
“Barangsiapa yang berpuasa berdasarkan iman dan ketulusan hatinya, niscaya diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu.”

Semoga kita selalu mendapat petunjuk dari ALLooh serta pertolongan-Nya sehingga kita mampu memenuhi undangan-Nya untuk berpuasa sebulan penuh dalam bulan Romadhon nanti, dan puasa kita diterima disisi-Nya. Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin 

Saturday, April 27, 2019

Membina Keluarga Bahagia


Hasil gambar untuk Membina Keluarga BahagiaSering kita mendambakan keluarga yang bahagia atau  harmonis, baik yang baru melaksanakan pernikahan maupun yang sudah lama namun belum merasakan kebahagian dalam keluarga. Sebagaimana kita maklumi, tujuan dari pernikahan itu sendiri adalah mencari ketenangan bersama suami istri dalam rumah tangga. Akan tetapi terkadang ketenangan itu belum dapat kita dapatkan.

Pembaca yang berbahagia,,
Sebagaimana kita maklumi, bahwa terciptanya rumah tangga itu karena adanya pernikahan antara calon suami dan calon istri, di mana keduanya ingin hidup bersama dalam satu atap dan satu cita-cita dengan memegang peranan dan tanggung jawab menurut posisi dan fitrah masing-masing. Dengan begitu, kebahagiaan suatu rumah tangga tergantung pada pelakunya, yaitu suami istri. Kalau keduanya saling menenggang rasa dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan posisi dan fitrahnya, niscaya rumah tangga itu akan bahagia. Sebaliknya, apabila suami istri di dalam rumah tangganya sama-sama atau salah satunya tidak bertanggung jawab dan mengingkari perasaannya, maka sangat boleh jadi rumah tangga sudah barang tentu akan menyebabkan tidak tenangnya suami-istri. Sekaligus ketenangan hidup itu tidak berhasil. Lantas kapan suami istri dapat membangun rumah tangga yang bahagia sehingga dapat membantu upaya untuk meningkatkan ketaqwaan keduanya kepada ALLooh?

Pembaca yang dirohmati ALLooh,,
Untuk mencapai rumah tangga yang bahagia yang kita idamkan kita, marilah kita ikuti petunjuk Al-Qur’an yang kita yakini kebenarannya.

1.       Mu’asyaroh bil ma’ruf. Sebagaimana yang disebutkan dalam surah An-Nisaa ayat 19:
“Dan pergauilah mereka (istri-istrimu) secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal ALLooh menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”

Sebagai suami harus menghargai istrinya, memahami perasaan istrinya serta mengetahui kebutuhan istrinya. Kebutuhan itu tidak hanya berupa materi, tapi dalam bentuk pengertian, penghargaan, kasih saying dan kebutuhan untuk merasa diperlukan. Semua itu sangat didambakan si istri.

Jadi, istri itu jangan diperlakukan sebagai seorang yang harus selalu tunduk kepada suami, namun bukan berarti istri harus melawan suami. Akan tetapi istri harus diajak musyawarah dan berunding dalam segala hal yang menyangkut masalah bersama di dalam keluarga. Apa saja yang dilakukan dan diperbuat, selama itu menyangkut masalah rumah tangga, maka perlu adanya perundingan antara suami dan istri. Istri adalah mitra sejajar bagi suami.

2.       Kepemimpinan keluarga ada pada suami. Karena kodrat fitrahnya laki-laki itu memang lebih kuat dari wanita. Tidak mungkin wanita yang akan memimpin dan tidak mungkin pula tanpa pimpinan. Hal tersebut dijelaskan dalam surah Al-Baqoroh ayat 228:
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang baik. Akan tetapi laki-laki (para suami) mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada mereka (istrinya). Dan ALLooh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Apakah satu tingkat kelebihan bagi laki-laki itu? Tersebut dalam surah An-Nisaa ayat 34:
“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena ALLooh telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan  sebagian dari harta mereka.”

Dalam kedua ayat di atas, jelas bahwa kepemimpinan keluarga ada pada laki-laki atau suami, karena kelebihan kodrat fisiknya dan keharusan nafkah atau pembiayaan kebutuhan keluarga pada suami.

Suami sebagai pemimpin dan kepala rumah keluarga, tak ubahnya seperti “kepala”, yang tak bisa jalan tanpa ada anggotanya, seperti kaki, tangan dan lain-lain. Maka diperlukan adanya anggota keluarga yang baik dan sehat dengan memberinya perhatian dan pengertian. Jangan sampai istri dan anggota keluarga lain menderita. Oleh karena itu, peran suami sangat besar bagi kesejahteraan dan kebahagiaan rumah tangga.

3.       Saling pengertian. Sebagaimana telah kami uraikan di atas, bahwa suami-istri mempunyai hak dan kewajiban. Apabila masing-masing melaksanakan kewajibannya dan memenuhi haknya, saling menenggang perasaan dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan posisi dan fitrahnya, niscaya rumah tangga itu akan bahagia. Tenggang rasa atau saling pengertian berarti pula saling menjauhi sikap atau pembicaraan yang dapat membuat perasaan orang lain tersinggung, tidak dihargai atau merasa dihina, seolah-olah diremehkan dan lain sebagainya. Orang akan merasa bahagia jika ia merasa dihargai. Karena itu, jangan sampai menganggap orang lain remeh atau menganggap tidak ada harganya seperti dianggap bodoh, hina dan lain-lain.
Kemudian seandainya dalam rumah tangga terjadi perselisihan, usahakanlah adanya perdamaian. Sebagai suami tidak boleh main hakim sendiri. Apalagi sampai memukul, menyiksa atau berbuat semaunya. Perdamaian dapat diperoleh dengan berunding di antara suami dan istri itu sendiri atau kalau perlu keluarga dari kedua belah pihak berunding untuk membantu mencari penyelesaian. Dan hal ini terdapat dalam surah An-Nisaa ayat 35:
“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya (suami-istri), maka kirimlah seorang hakam (juru damai) dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya ALLooh memberi taufiq kepada suami-istri itu. Sesungguhnya ALLooh Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.”

Pembaca, yang dimuliakan oleh ALLooh,,
Demikianlah uraian singkat tentang rumah tangga bahagia, semoga kita dapat berhasil membina rumah tangga yang bahagia sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an. Sebab jika keluarga itu bahagia, tenang, tenteram, penuh pengertian dan kasih saying, maka suasana itu akan memantul dan bergema dalam masyarakat. Selain itu kewajiban agama seseorang akan dapat berjalan dengan baik dan tertib. Oleh sebab itu, membina rumah tangga pun termasuk ibadah, yang berarti akan mendapat pahala dari ALLooh SWT.

Thursday, April 11, 2019

Merindukan Pemimpin Muslim Sejati


Di era sekarang, ummat Muslimin adalah ibarat anak-anak yang tidak berbapak, tidak memiliki sosok yang titah-titahnya bisa dijadikan pegangan. Oleh karena itu, mereka mudah diombang-ambingkan perubahan. Fenomena ini tampaknya memang sulit dielakkan. Coba kita amati, betapa mudahnya ummat muslimin didikte oleh propaganda musuh. Negara-negara Islam di Jazirah Arab banyak yang hancur-lebur akibat diadu domba dan dikendalikan dunia Barat. Walhasil, negeri-negeri muslim hanya menjadi obyek permainan dan tak mampu menentukan ke mana langkah harus dibawa.

Kondisi seperti ini sebenarnya sudah diisyaratkan Baginda Nabi SAW lebih dari 14 abad yang lalu. Beliau pernah berkata bahwa di akhir zaman kelak, ummat Islam tak ubahnya ibarat buih di tepi lautan. Jumlah mereka banyak, akan tetapi mereka sama sekali tidak punya kekuatan. Lemahnya kaum Muslimin ini lebih banyak disebabkan oleh menjauhnya mereka dari panduan Baginda Nabi SAW. Mereka tersilaukan oleh gaya hidup orang-orang kafir Barat yang memprioritaskan kemewahan duniawi yang fana. Gara-gara mengikuti budaya Barat ini, mereka mengalami kegagalan, baik duniawi ataupun ukhrowi. Padahal, Baginda Nabi SAW memberikan garansi kebahagiaan dunia dan akhirat bagi ummat Islam yang mau mengikuti ajaran-ajarannya. Garansi beliau dikukuhkan dengan dengan jaminan dari Sang Kholiq yang tertera di dalam Al-Qur’an.

Faktor kedua yang menjadi sebab lemahnya kekuatan Islam adalah sedikitnya pemimpin yang berkarakter kuat dan mampu membimbing ummat. Sekarang memang sedikit sosok pemimpin Muslim yang mampu membimbing ummat dengan adil dan bijaksana. Sistem demokrasi yang berjalan, kerap melahirkan pemimpin-pemimpin korup yang memikirkan diri mereka sendiri. Tak jarang pemimpin yang tampil hanyalah boneka yang dikendalikan. Akhirnya, kerap ummat Islam sendiri yang dirugikan dengan naiknya pemimpin-pemimpin seperti itu. Hukum-hukum Islam disingkirkan diganti dengan hukum-hukum buatan manusia yang mudah sekali direkayasa.

Kepemimpinan adalah satu keniscayaan dalam kehidupan. Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabawiy telah menegaskan pentingnya pemimpin di tengah-tengah suatu masyarakat. ALLooh SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah ALLooh dan taatilah Rosul(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada ALLooh (Al-Qur’an) dan Rosul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada ALLooh dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” [QS. An-Nisaa’: 59]

Dalam ayat lain ALLooh SWT berfirman:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang kholifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (kholifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” [QS. Al-Baqoroh:30]

Dalam ayat ini, yang dimaksud dengan Kholifah adalah pemimpin yang mengelola bumi agar menjadi makmur dan bermanfaat bagi seluruh makhluk. Baginda Nabi SAW pernah menyinggung soal kepemimpinan dalam salah satu sabdanya, “Setiap orang di antara kalian adalah pemimpin dan akan dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang suami adalah pemimpin di tengah keluarganya dan akan dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya.” [HR. Imam Bukhooriy]

Dahulu Hadramaut pernah dikuasai oleh seorang pemimpin yang dinilai dzholim dan semena-mena. Anehnya, pemimpin ini kerap dipuji oleh ulama terkemuka kala itu, yakni Syekh Umar bin AbduLLooh Bamakhromah. Bahkan Syekh Umar menulis sederet puisi yang khusus memberikan apresiasi terhadap pemimpin tadi. Sebagian ulama merasa heran dan menentang sikap tak lazim Syekh Umar itu. Belakangan, tatkala si pemimpin tadi meninggal dunia, terjadilah kekosongan pemerintahan sehingga menjadi anarkis. Kekacauan melanda dimana-mana. Ketika itulah para ulama akhirnya memaklumi sikap nyleneh Syekh Umar Bamakhromah dahulu. Rupanya, pemimpin yang mereka anggap dzholim itu ternyata sosok yang mampu menciptakan keamanan dan stabilitas negeri.

Senada dengan kisah ini, Sahabat Nabi yang bernama Amr bin Ash berkata: “Imam yang dzholim masih lebih baik daripada fitnah yang melanda terus-menerus (anarkisme dan kekacauan).” Ucapan ini menunjukkan betapa perlunya kepemimpinan yang bagus guna menghindari anarkisme dan kekacauan sosial. Pemimpin adalah sosok yang menciptakan stabilitas dan mengatur ritme kehidupan masyarakat. Namun begitu, kenikmatan akan sempurna apabila sang pemimpin memiliki sifat adil dan bijaksana.

Dikisahkan bahwa pada suatu ketika Khalifah Al-Makmun bersama 30.000 prajuritnya berjalan-jalan menyusuri kota Baghdad. Di tengah jalan mereka bersua dengan seorang laki-laki yang berprofesi sebagai petani. “Hari ini aku akan menjamu seluruh tentara anda.” kata petani tadi kepada Al-Makmun Ia kemudian membentangkan permadani indah berwarna keemasan untuk prajurit Kholifah yang jumlahnya sangat banyak itu. Kemudian ia memerintahkan budak-budaknya yang tak kalah banyaknya untuk membawakan talam-talam yang dipenuhi aneka warna makanan untuk dihidangkan kepada seluruh prajurit. Tentu saja Al-Makmun merasa takjub terhadap pemandangan dihadapannya itu. Dalam hati ia merasa bersyukur atas kemakmuran yang dilimpahkan kepada rakyatnya.

Setelah itu, ia melanjutkan perjalanan bersama barisan tentaranya. Di jalan, beliau dihentikan oleh seorang perempuan yang mempersilahkan sang pemimpin untuk singgah di rumahnya. “Wahai Kholifah, inikah tentara-tentara anda?” Perempuan ini lalu mengeluarkan talam-talam berisi aneka makanan lezat untuk disuguhkan kepada Al-Makmun dan tentara-tentaranya. Tentu saja Al-Makmun menggeleng-gelengkan kepala dan merasa tak kalah heran dengan perisitiwa pertama. Melihat sang Kholifah keheranan, wanita itu lalu berkata, “Ini adalah berkah keadilan anda!”

Kholifah Umar bin Abdul Aziz adalah potret pemimpin adil dan bijaksana yang diidamkan kaum Muslimin pasca era Baginda Nabi SAW dan Khulafaur Rosyidin. Meski masa kepemimpinannya tak berlangsung lama, namun beliau sukses membawa Islam kepada era kejayaan. Beliau membersihkan harta kekayaan tak wajar di kalangan pejabat dan keluarga Bani Umayyah serta melakukan reformasi di berbagai bidang.

Beliau juga memangkas pajak dari orang-orang Nasrani dan menghentikan pungutan pajak dari para mualaf. Kebijakannya ini mendongkrak simpati dari kalangan Non-Muslim sehingga mereka berbondong-bondong memeluk agama Islam. Beliau sangat menaruh perhatian terhadap rakyatnya. Sikap ini terlihat dari upaya beliau untuk terus menggali sumur-sumur demi memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap air bersih. Jalan-jalan di kota Damaskus dan sekitarnya diperbagus. Sarana ibadah seperti masjid dan madrasah diperbanyak dan diperindah. Bagi masyarakat yang sakit disediakan pengobatan gratis.

Tak seperti penguasa kebanyakan yang begitu ambisi mengincar kursi kekuasaan, Kholifah Umar bin Abdul Aziz justru menangis ketika tahta digulirkan kepadanya. Keadilan dan kearifannya selama menjabat gubernur telah membuat Khalifah Sulaiman terkesan. Maka di akhir hayatnya, Kholifah Sulaiman memilih Kholifah Umar bin Abdul Aziz sebagai penerusnya melalui surat wasiatnya.

Kholifah idaman umat ini memilih hidup bersahaja. Menjelang akhir hayatnya beliau ditanya, “Wahai Amirul Mukminin, apa yang akan engkau wasiatkan buat anak-anakmu ?” Sang Kholifah balik bertanya, “Apa yang ingin kuwasiatkan ? Aku tidak memiliki apa-apa.” Kemudian beliau melanjutkan “Jika anak-anakku orang shaleh, ALLooh-lah yang mengurusnya.” Sepeninggalnya, anak-anaknya menjadi insan-insan yang alim dan kaya raya berkat kesalehan Kholifah Umar bin Abdul Aziz.

Kisah-kisah di atas menjadi gambaran nyata betapa pemimpin yang adil dan bijak akan memberikan keberkahan besar bagi umat Muslimin dimana pun mereka berada. Oleh karenanya, hendaknya umat Muslimin berikhtiar untuk mendapatkan pemimpin Muslim yang adil dan bijaksana. Begitu perlunya ikhtiar semacam ini, hingga Habib Ahmad bin Umar bin Sumaith berkata, “Tidaklah membenci pengangkatan pemimpin kecuali orang yang munafik, karena ia tidak menghendaki adanya orang yang menahan dirinya dari hawa nafsunya dan mencegahnya dari kelalimannya.”

ALLooh SWT berfirman dalam Al-Qur’an,
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan ALLooh.” [QS Al-An’am:116]

Sekali pun demikian, Habib Ahmad bin Umar bin Sumaith menekankan bahwa memunculkan pemimpin adil bukanlah dengan cara revolusi yang instan atau pemaksaan kehendak. Memunculkan pemimpin adil harus dilakukan dengan cara lemah lembut dan dimulai dengan mendidik anak-anak di dalam keluarga. Perumpamaan “Siapa menanam, ia akan menuai.” benar-benar berlaku disini. Dari generasi muda terdidik inilah kelak akan muncul pemimpin-pemimpin yang bertakwa dan berpengetahuan luas.

Tentu saja peran ulama dan dai sangat penting dalam hal ini. Ulama harus lebih getol lagi menyebarluaskan pendidikan di tengah masyarakat, baik yang berada di perkotaan maupun di pedalaman. Demikian juga para dai, mereka harus lebih intens berdakwah mengajak masyarakat menuju jalan ALLooh SWT, baik lewat mimbar-mimbar, media dan tulisan. Dengan tersebarnya pendidikan dan dakwah, akhlak dan intelektual generasi muda akan dapat terbenahi dan dengan begitu akan lahir pemimpin yang adil dan bijaksana. Demikianlah metode yang paling efektif menurut Habib Ahmad bin Umar bin Sumaith yang oleh para ulama mutaakhirin ditahbiskan sebagai Pembaharu Islam abad Kedua Belas.

Tentu kita semua mendambakan bahwa pemimpin Muslim yang mengatur pemerintahan negeri kita adalah pemimpin yang bijaksana. Oleh karena itu, mari kita mulai ikhtiar ini dari lingkungan keluarga kita. Anak-anak harus kita tempa dengan tarbiyah Islamiyah agar tumbuh besar secara Islami. Dekatkan mereka kepada alim-ulama agar di sanubari mereka tumbuh rasa cinta kepada para ahli ilmu dan orang-orang shaleh. Dengan bekal itu, ketika kelak mereka menjadi dewasa dan salah seorang diantara mereka menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana, ia tentu akan mampu mengantar Islam kepada kejayaannya kembali.

Thursday, April 4, 2019

Meningkatkan Kualitas Sholat


Di antara kewajiban-kewajiban yang harus kita lakukan adalah sholat lima waktu sehari semalam. Shubuh, Dzhuhur, Ashar, Maghirb dan Isya’. Sholat ini harus dilakukan oleh setiap muslim yang sudah mukallaf, meski dalam keadaan bagaimanapun kecuali jika ada halangan yang dibenarkan oleh agama atau uzur syar’i. seperti haid dan nifas. Maka seorang wanita yang sedang haid atau nifas tidak berkewajiban melaksanakan sholat. Halangan biasa atau selain uzur syar’i, tidak bisa membebaskan kewajiban sholat, semisal bepergian, sakit dan kesibukan bekerja, semuanya tidak dapat membebaskan kewajiban sholat. Orang-orang yang sedang bepergian atau sakit tetap berkewajiban mengerjakan sholat sekalipun dengan cara-cara tertentu.


Pembaca yang dimuliakan ALLooh,,
Sedemikian pentingnya kewajiban sholat, maka perintah menjalankannya pun disampaikan langsung oleh ALLooh kepada RosuuluLLooh SAW saat beliau dimi’rojkan. Tidak sebagaimana kewajiban-kewajiban yang lain, seperti zakat, puasa. Kewajiban semacam itu disampaikan oleh ALLooh kepada beliau melalui malaikat Jibril AS. Hal ini betapa penting dan utamanya sholat lima waktu bagi ummat Islam yang sudah mukallaf. Firman ALLooh SWT dalam surah An-Nisaa’103:
“Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang mukmin.”

Kewajiban yang ditentukan waktunya berarti sholat itu harus dilaksanakan pada waktunya. Tidak boleh sholat Dzhuhur dilakukan di waktu Ashar atau sholat Ashar di waktu Maghrib dan sebagainya. Barangsiapa melakukan sholat di luar waktunya, maka termasuk berdosa, lebih-lebih meninggalkan sholat, maka termasuk menghancurkan agama, lantaran sholat adalah tiang agama. Sabda RosuuluLLooh SAW:
“Sholat adalah tiang agama. Maka barangsiapa menunaikan sholat maka ia telah menegakkan agama dan barangsiapa meninggalkannya maka ia telah merobohkan agama.”

Begitulah pernyataan RosuuluLLooh SAW tentang sholat ini. Untuk itu, kami mengajak kepada para pembaca setia bulletin ini, mari kita tunaikan sholat lima waktu pada waktunya. Kita jaga benar-benar kewajiban ini, jangan mudah meninggalkannya hanya karena kesibukan-kesibukan duniawi yang tak berarti. Sholat adalah realisasi pengakuan kita sebagai hamba ALLooh, Tuhan yang telah menciptakan kita dan alam semesta, yang memberi rezeki, kenikmatan dan karunia yang tak terbilang banyaknya. Sholat adalah rukun Islam yang kedua setelah syahadatain. Dan sholat adalah amal hamba yang pertama kali akan dinilai pada hari kiamat nanti dan sangat menentukan terhadap amal-amal yang lain. Dalam kitab al-Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghozali tertulis sebuah hadits yang berbunyi:
“Sesungguhnya pertama kali amal hamba yang dilihat pada hari kiamat adalah sholat. Apabila sholatnya ditemukan sempurna maka diterimalah sholat itu daripadanya dan sekalian amalnya yang lain. Dan jika ditemukan sholatnya kurang maka ditolaklah sholat itu darinya serta sekalian amalnya yang lain.”

Hadits ini menunjukkan bahwa di antara sekian banyak kewajiban dan amal sholeh yang kita kerjakan, sebagai kuncinya adalah sholat. Jikalau perhitungan amal nanti ternyata ada kosongnya atau kurang sempurna, maka sangat kecil harapannya amal-amal yang lain bisa diterima. Karena itu, sekali lagi mari kita jaga benar-benar kewajiban yang satu ini, jangan sampai absen. Apabila pada waktu yang lampau pernah ada yang belum kita kerjakan, mari kita qodo’. Sebab sekalipun sholat itu telah kelewat waktunya, namun kewajiban melakukan sholat belum dapat gugur sebelum sholat itu ditunaikan.

Pembaca setia yang dirohmati ALLooh,,
Mengingat penting dan utamanya sholat, maka perlu sekali kita meningkatkan kualitas sholat kita, bukan sekadar ikut-ikutan atau asal mengerjakan. Kita berusaha yang sebaik-baiknya dengan penuh kekhusyukan dan pendekatan diri kepada ALLooh. Kita ciptakan perasaan seolah-olah kita melihat ALLooh atau kita tanamkan perasaan bahwa ALLooh melihat kita. Dengan perasaan seperti ini akan menambah kekhusyukan dalam beribadah. Dan akhirnya ibadah yang kita laksanakan akan berpengaruh pada diri pribadi kita. Firman ALLooh SWT dalam surah Al-Ankabuut ayat 45:
“Dan dirikanlah sholat, sesungguhnya sholat itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.”

Suatu kenyataan masih banyak orang-orang yang sudah aktif mengerjakan sholat, akan tetapi perbuatan maksiat dan mungkarnya masih jalan juga. Ini menunjukkan sholatnya tidak berkualitas, lantaran sholatnya belum mampu mencegah dirinya dari kemaksiatan dan kemungkaran. Mungkin salah satunya dengan hati yang lalai, tidak khusyuk atau pamrih bukan karena ALLooh SWT.

Pembaca yang diberkahi oleh ALLooh,,
Termasuk dalam meningkatkan kualitas sholat adalah menunaikannya dengan berjamaah. Lebih-lebih berjamaah di masjid, nilainya melebihi daripada sholat yang dilakukan di tempat lain, baik dari segi pahala maupun syiar Islam. Dengan berjamaah di masjid kita akan bersilaturrahim pada sesama muslim, menambah ukhuwwah Islamiyah dan meramaikan masjid. Sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim dari Sayyidina Abu Huroiroh RA, beliau menjelaskan:
“Barangsiapa pergi ke masjid pada pagi atau sore hari maka ALLooh sediakan baginya jamuan di surga tiap pagi dan sore hari.”

Mengenai keutamaan sholat berjamaah beliau pernah menyatakan dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhooriy dan Imam Muslim yang berbunyi:
“Sholat jamaah itu lebih utama daripada sholat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.”

Dengan kata lain, kita sholat berjamaah sekali itu nilainya sama dengan kita sholat sendirian dua pulu kali. Begitulah besarnya keutamaan berjamaah. Keutamaan yang sebesar itu yang diberikan oleh ALLooh melalui berjamaah atau melaksanakannya di masjid amat sayang sekali kalau kita biarkan tanpa kita raih. Dalam hadits lain, mengenai keutamaan sholat berjamaah beliau SAW bersabda:
“Barangsiapa mengerjakan sholat lima waktu dengan berjamaah, maka baginya akan memperoleh lima perkara: (1) tidak akan tertimpa kefakiran (kemiskinan) di dunia, (2) ALLooh menghilangkan siksa kubur daripadanya, (3) akan menerima buka catatan amal dengan tangan kanannya, (4) akan melintasi sirothol mustaqim laksana kilat, dan (5) akan memasukkannya ke dalam surga tanpa hisab dan siksaan terlebih dahulu.”

Alangkah beruntungnya orang-orang yang dapat menjalankan sholat lima waktu dengan berjamaah. Semoga ALLooh memberikan pertolongan dan kekuatan kepada kita sehingga kita mampu melakukan amal sholeh terutama sholat lima waktu dengan berjamaah. Lebih-lebih berjamaah di masjid, mengingat keutamaan, pahala dan manfaatnya yang amat besar.

Thursday, March 28, 2019

Isro’ Mi’roj Nabi Muchammad SAW

AlchamduliLLaah, kita masih diberikan umur panjang sehingga masih berkenan memasuki bulan Rojab. Bulan yang dimuliakan oleh ALLooh. Karena pada suatu malam di bulan Rojab dahulu Nabi Mu mchammad SAW diisro’ mi’rojkan oleh ALLooh SWT. Bermula dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqsho. Kemudian dinaikkan ke sidrotul muntaha hingga ke mustawa. Peristiwa ini terjadi pada malam 27 Rojab sebelas tahun setelah beliau diangkat menjadi Nabi dan Rosul, atau kurang lebih satu tahun sebelum hijrah beliau ke Madinah.

Pada tahun itu dikenal dengan tahun duka cita (‘amul huzni), di mana beliau mengalami berbagai cobaan yang cukup berat, seperti:
- Kematian Abu Tholib, paman beliau yang mengasuh sejak kecil dan setelah diangkat menjadi nabi dan rosul pun senantiasa siap membantu dan membela bila terjadi serangan dari kaum kafir.
- Tak lama kemudian, disusul dengan kematian istri beliau Sayyidatuna Khodijah RAnha, seorang istri yang baik, orang yang pertama masuk Islam, yang bersedia mengurbankan harta bendanya demi kepentingan Islam dan senantiasa memberi motivasi dan menghibur RosuuluLLooh dalam menghadapi liku-liku perjuangan.
- Setelah kematian Abu Tholib dan Siti Khodijah RAnha, RosuuluLLooh SAW hijrah ke Thoif dengan harapan agar mendapat dukungan dari penduduk di sana, karena kebetulan tiga kepala suku masih ada hubungan kerabat dengan beliau. Akan tetapi harapan itu hampa. Bahkan yang terjadi adalah sebaliknya. Beliau diusir dari Thoif, dilempari batu sampai kaki dan kepala beliau berlumuran darah.

Dalam peristiwa yang penuh duka seperti itulah RosuuluLLooh diisro’ mi’rojkan oleh ALLooh dengan badan dan ruhnya pada suatu malam untuk ditunjukkan kepada beliau tanda-tanda kebesaran ALLooh. Dengan melihat secara langsung berbagai peristiwa ketika isro’ mi’roj itu, jiwa RosuuluLLooh semakin kuat dan tabah untuk terus berjuang menyebarkan ajaran Islam. Imannya semakin teguh dan kuat. Keyakinannya semakin bertambah kokoh. Segala bentuk rintangan dan hambatan yang datang menghadang perjuangan beliau belum seberapa disbanding dengan kebesaran dan kekuasaan ALLooh SWT.

Dalam suatu riwayat diceritakan, bahwa RosuuluLLooh sebelum diisro’ mi’rojkan terlebih dahulu hatinya dibersihkan. Malaikat Jibril AS dibantu oleh Malaikat Mikail mengoperasi hati beliau untuk dibersihkan dari penyakit hati. Setelah itu lantas diisi dengan sifat hilm, ilmu, yakin dan Islam, kemudian baru diisro’ mi’rojkan.

Dalam perjalanan isro’ mi’roj beliau menyaksikan bermacam-macam kejadian dan peristiwa yang mengandung perlambang bagi manusia tentang pahala dan siksa. Di antara pahala yang diperlihatkan kepada beliau adalah kejadian segolongan kaum aneh, di mana pada suatu hari mereka menanam, lantas pada esoknya mereka bisa menuainya. Dan setiap kali tanaman itu dituai buahnya, maka esoknya tumbuh dan siap dituai lagi buahnya, begitu seterusnya. Oleh RosuuluLLooh kejadian itu ditanyakan kepada Malaikat Jibril AS. Malaikat Jibril AS pun menjawab bahwa yang disaksikan itu adalah perumpamaan bagi orang-orang yang mau berjihad fii sabiliLLaah. Mereka itu pahalanya dilipat-gandakan hingga 700 kali lipat, baik jihad dengan jiwa raga maupun dengan hartanya.

ALLooh SWT berfirman dalam surah Al-Baqoroh ayat 261:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan ALLooh adalah laksana sebutir biji yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir ada seratus biji. ALLooh melipat-gandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan ALLooh Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Adapun mengenai siksa yang diperlihatkan kepada RosuuluLLooh SAW antara lain: kejadian aneh sekelompok orang yang kepalanya dilempari batu sampai pecah lantas kembali utuh lagi. Setelah utuh dilempari batu lagi sampai pecah lalu kembali utuh lagi. Dan begitu seterusnya tanpa henti-hentinya. Oleh RosuuluLLooh kejadian ini ditanyakan kepada Malaikat Jibril AS. Jawabnya, kejadian itu gambaran siksa bagi orang-orang yang malas tidak mau menunaikan sholat wajib. Begitulah antara lain gambaran pahala dan siksa yang diperlihatkan ALLooh kepada RosuuluLLooh SAW.

Akhir dari perjalanan RosuuluLLooh sampailah beliau di sidrotul muntaha hingga ke mustawa. Di sanalah beliau menghadap ALLooh dan menerima secara langsung perintah sholat lima waktu dalam sehari semalam, ibadah yang mengandung nilai-nilai ruhaniah dan jasmaniah bagi ummatnya, baik bagi kehidupan di dunia maupun di akhirat. Perintah sholat lima waktu yang disampaikan secara langsung kepada beliau ditanya tanpa perantara Malaikat Jibril AS ini menunjukkan betapa pentingnya sholat tersebut. Berbeda dengan perintah ibadah-ibadah yang lain, biasanya disampaikan melalui perantara Malaikat Jibril AS. Pentingnya perintah sholat ini dapat kita lihat dari penyataan

RosuuluLLooh SAW dalam sebuah haditsnya yang berbunyi:
“Sholat itu adalah tiang agama, barangsiapa yang menunaikannya, maka sungguh ia telah menegakkan agama, dan barangsiapa meninggalkannya maka sungguh ia telah merobohkan agama.”

Dalam hadits yang lain beliau SAW bersabda:
“Sesungguhnya kali pertama yang akan dilihat dari amal seorang hamba pada hari kiamat adalah sholat. Bila ditemukan sholatnya sempurna, maka diterimalah dan seluruh amalnya. Bila ditemukan sholatnya kurang, maka ditolaklah dan seluruh amalnya.”

Dari uraian singkat tentang isro’ mi’roj RosuuluLLooh SAW di atas, dapatlah kita menyimpulkan bahwa peristiwa isro’ mi’roj RosuuluLLooh adalah untuk memperkuat aqiidah dan keyakinan kepada kebesaran ALLooh SWT serta memperteguh jiwa perjuangan menegakkan agama ALLooh SWT di muka bumi. Di samping itu, mengatur dan memelihara hubungan yang terus menerus antara makhluk dan Kholiqnya dengan sholat lima waktu sehari semalam sebagai medianya yang penuh dengan nilai-nilai kesempurnaan.

Akhirnya semoga dengan memperingati Isro’ dan Mi’roj Nabi Muchammad SAW iman dan taqwa kita kepada ALLooh SWT semakin kuat, amal sholeh kita semakin bertambah dan kita senantiasa memelihara sholat lima waktu dalam sehari semalam sebagai media interaksi kita kepada ALLooh SWT.

Saturday, March 23, 2019

Fitnah Kubur


Termasuk keyakinan yang wajib diimani oleh Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah adalah tentang adanya pertanyaan kubur oleh malaikat Munkar dan Nakir. Siapa yang tidak meyakininya maka ia telah berdosa besar, sebab berarti tidak mempercayai apa yang telah disampaikan oleh Nabi SAW.

Menurut sebagian ulama, orang yang tidak meyakini pertanyaan kubur tidak dihukumi kafir tapi hanya berdosa saja, sebab masalah pertanyaan kubur adalah masalah yang tidak disepakai dan bukan hal yang diketahui semua ummat Islam secara dhoruri. Berbeda halnya dengan kewajiban sholat, puasa dan keharaman khomr. Orang yang mengingkarinya dihukumi kafir sebab ia mengingkari apa yang diketahui oleh semua ummat Islam secara dhoruri.

Siapa yang Ditanya?
Pertanyaan kubur inilah yang dimaksud dengan Fitnah Kubur. Menurut Jumhur Ahlus Sunnah, yang akan ditanya di dalam kubur adalah semua ummat yang didakwahi Nabi SAW baik orang yang beriman, kaum munafiq atau pun orang kafir. Imam Ibnu Abdul Barr berbeda pendapat dengan jumhur dengan mengatakan bahwa orang kafir tidak akan ditanya. Menurut beliau, yang ditanya hanyalah orang yang beriman dan kaum munafiq sebab ia menisbatkan diri kepada Islam secara dzhohir.

Pertanyaan kubur terjadi setelah mayit selesai dikubur dan para peziarah pergi meninggalkannya. Dikatakan bahwa ketika itu mayit masih dapat mendengar suara ketukan sandal-sandal orang yang pergi meninggalkannya. ALLooh SWT mengembalikan ruh kepada semua tubuh mayit seperti yang disebutkan oleh Ahlus Sunnah. Menurut Imam Ibnu Hajar, ruh hanya dikembalikan kepada separuh tubuh bagian atas saja. Jadi yang ditanya adalah jasad mayit bersama dengan ruh yang telah dikembalikan. Keliru jika orang berkata bahwa yang ditanya hanya badan saja atau hanya ruh saja.

Pengembalian ruh kepada jasad mayit ketika ditanya menjadikan mayit hidup dengan kehidupan tidak sempurna yang berbeda dengan kehidupan ketika di dunia. Ini adalah ‘kehidupan antara’, seperti orang yang tidur dikatakan hidup walau pun ia berada di alam antara hidup dan mati. Selain ruh, dikembalikan pula kepada mayit kemampuan untuk merasakan, akal dan pengetahuan yang diperlukan untuk memahami pertanyaan Malaikar Munkar dan Nakir sehingga ia mampu menjawabnya.

Di antara mereka ada yang ditanya oleh dua malaikat sekaligus, dan ini adalah suatu hal yang berat bagi mayit. Ada pula yang diringankan sehingga yang bertanya hanya satu dari dua malaikat itu. Sebagian ulama mengatakan satu malaikat berdiri di bawah kakinya dan yang lain berdiri di arah kepalanya.

Seorang mukmin ditanya selama 7 hari sedangkan orang kafir ditanya selama 40 hari. Setiap orang ditanya dengan bahasanya ketika dia hidup di dunia. Sebagian ulama mengatakan bahwa bahasa yang digunakan adalah bahasa Suryani.

Mayit akan ditanya walau pun tubuhnya telah hancur atau dimangsa binatang. Sebagian ulama mengatakan mereka ditanya dalam keadaan tubuhnya terpisah-pisah. Bukan hal yang mustahil bagi ALLooh SWT untuk mengembalikan ruh kepada anggota tubuh yang tercecer, sebab ALLooh SWT Maha Kuasa. Sebagian ulama yang lain berpendapat tubuh yang terpisah-pisah akan dikumpulkan terlebih dahulu kemudian ditanya.

Menurut Imam Al Qurtubi, apabila ada banyak orang yang mati dalam satu waktu di berbagai tempat, kedua malaikat menjadi sangat besar sehingga dapat bertanya kepada mereka semua dalam satu waktu. Sedangkan menurut Imam Syuyuthi dan Imam al Halimi, malaikat-malaikat yang ditugasi menanyai mayit dalam kubur berjumlah banyak seperti malaikat-malaikat yang ditugasi mencatat amal manusia. Jadi, setiap mayit akan ditanya oleh dua malaikat tersendiri.

Pertanyaan
Nama kedua malaikat adalah Munkar dan Nakir. Mereka mendatangi mayit dalam rupa yang ganjil. Sifat keduanya, seperti disebutkan dalam hadits-hadits, adalah berwarna hitam, bermata biru mengkilat bagai panic tembaga. Ada yang mengatakan bagai kilat. Suaranya menggelegar bagaikan Guntur. Jika keduanya berbicara, maka dari mulut keduanya keluar bara api. Keduanya memegang gada besi yang dapat menghancurkan gunung sehingga berkeping-keping. Apabila yang ditanya adalah orang mukmin, maka mereka berlaku lemah-lembut. Jika orang mukmin itu menjawab pertanyaan dengan benar, keduanya berkata:
“Tidurlah seperti tidurnya pengantin.”
Tetapi jika yang ditanya adalah orang kafir, maka keduanya bertanya dengan kasar dan penuh bentakan.

Sebagian ulama mengatakan bahwa malaikat yang datang kepada orang mukmin yang taat bernama Mubasyir dan Basyir yang arti keduanya adalah pemberi kabar gembira. Sedangkan malaikat yang datang kepada orang kafir atau orang mukmin yang bermaksiat adalah Munkar dan Nakir.

Malaikat akan bertanya mengenai keimanan si mayit ketika di dunia, mengenai siapa Tuhannya, apa agamanya, siapa nabinya. Di antara pertanyaan ini adalah ucapan malaikat: “Apa yang kau katakan mengenai lelaki ini, Muchammad?” Penyebutan Nabi SAW yang tidak disertai penghormatan bahkan terkesan mengecilkan itu, adalah sebagai bahan ujian untuk membedakan antara yang benar imannya dan yang ragu. Jika ia seorang mukmin sejati maka ia akan menjawab, “Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba ALLooh dan Rosul-Nya.” Jika dia orang kafir, maka ia tidak akan mampu mengucapkan hal itu. Lalu ia pun dipukul dengan gada besi di antara kedua telinganya.

Seorang mukmin yang taat tidak akan merasa takut and gentar terhadap pertanyaan kedua malaikat. ALLooh SWT telah menetapkan hatinya sehingga ia tidak gentar dengan wujud kedua malaikat yang menakutkan itu.

Nabi SAW bersabda: “Seorang hamba, apabila ia diletakkan di dalam kuburnya dan telah pergi para pelayatnya, ia akan mendengar suara ketukan sandal mereka ketika pergi. Lalu datang dua malaikat mendudukkannya dan berkata: ‘Apa yang kau katakan mengenai lelaki ini, Muchammad?’ Jika ia mukmin ia akan menjawab, ‘Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba ALLooh dan Rosul-Nya.’ Maka akan dikatakan kepadanya, ‘Lihatlah pada tempatmu di neraka, ALLooh telah menggantikan untukmu tempat di surga.’ Ia pun melihat kepada kedua tempat itu. Ada pun orang kafir atau munafik, mereka akan menjawab, ‘Aku tidak tahu, dia hanya mengatakan apa yang dikatakan oleh orang-orang mengenainya.’ Maka malaikat akan membentaknya, ‘Kau tidak tahu dan tidak pula membaca?’ Lalu ia dipukul dengan teriakan yang didengar oleh yang ada di dekatnya selain tsaqolain (manusia dan jin).” [HR. Imam Bukhooriy dan Imam Muslim]

Dalam hadits lain disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda: “Lalu kedua malaikat yang keras suaranya membentaknya, mendudukkannya dan bertanya, ‘Siapa Tuhanmu? Apa Agamamu? Siapa Nabimu?’ Ini adalah fitnah terakhir yang diberikan kepada seorang mukmin. Ini sesuai dengan firman ALLooh:
“ALLooh meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan ALLooh menyesatkan orang-orang yang dzholim dan melakukan apa yang Dia kehendaki.” [QS. Ibroohiim: 27]

Pertanyaan yang diberikan oleh malaikat kepada mayit berbeda-beda sesuai dengan derajat si mayit. Sebagian hanya ditanya mengenai keyakinannya saja, sebagian ditanya mengenai semua hal.

Pertanyaan kubur dikhususkan bagi ummat ini saja. Ada yang berpendapat bahwa setiap ummat akan ditanya mengenai nabi mereka di dalam kubur. Pertanyaan kubur inilah yang disebut-sebut sebagai fitnah kubur. Sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud fitnah kubur bukanlah pertanyaannya, tapi kesulitan dalam menjawab. Ada pula yang mengatakan bahwa Iblis berada di pojok kubur mengisyaratkan kepada dirinya ketika mayit ditanya, “Siapa Tuhanmu?” agar si mayit menjawab bahwa iblislah tuhannya.

Inilah fitnah kubur yang Nabi SAW sering berdoa agar terhindar darinya. Di antara doa Nabi SAW adalah: ALLoohumma inniy a’uudzubika min fitnatin naari wa adzaabin naari wa fitnatil qobri wa adzaabil qobri. “Yaa ALLooh, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari fitnah neraka dan adzab neraka, dari fitnah kubur dan adzab kubur.” [HR. Imam Bukhooriy]

Yang Tidak Ditanya
Ada beberapa golongan yang tidak ditanya di alam kuburnya seperti disebutkan dalam hadits-hadits Nabi SAW. Di antara mereka adalah para nabi, para wali dan shiddiqin, para syuhada, orang-orang yang selalu membaca surat Al Mulk setiap malam. Nabi SAW bersabda mengenai surat Al Mulk:
“Ia adalah penghalau, dialah penyelamat yang menyelamatkan dari adzab kubur.” [HR. Imam Tirmidziy]

Yang dimaksudkan dengan selalu membaca adalah tidak pernah absen membacanya di kebanyakan malam. Apabila sekali dua kali ditinggalkan karena udzur, maka itu tidak berpengaruh. Menurut penuturan sebagian ulama, orang yang membaca surat As Sajdah setiap malam juga tidak akan ditanya. Termasuk yang dikecualikan dari pertanyaan kubur adalah orang yang membaca Al Ikhlaash menjelang kematiannya. RosuuluLLooh SAW bersabda:
“Siapa yang membaca Qul HuwaLLoohu Achad (Al Ikhlaash) dalam masa sakit yang ia mati di dalamnya, maka ia tidak aan difitnah dalam kuburnya dan selamat dari himpitan kubur.” [HR. Imam Thobarooniy]

Juga orang yang mati karena sakit perut seperti sabda Nabi SAW:
“Siapa yang mati karena perutnya, maka ia tidak akan diadzab dalam kuburnya.” [HR. Imam Turmudziy]

Termasuk juga orang yang mati pada malam Jum’at atau di siang harinya. Menurut pendapat yang kuat,  selain para Nabi dan syuhada dalam peperangan, akan ditanya sedikit. Sebagian ulama mengatakan tidak ditanya sama sekali di dalam kuburnya. Anak kecil yang mati sebelum usia baligh juga tidak ditanya di dalam kuburnya. Sedang jin akan ditanya sebab mereka termasuk dalam mukalaf (yang dibebani untuk ibadah).

Hikmah dari pertanyaan kubur adalah untuk menampakkan apa yang disembunyikan oleh para hamba daripada iman dan kufur, taat atau maksiat. Seorang mukmin yang taat akan menjawab dengan benar, dan ALLooh akan membanggakannya di hadapan malaikat-Nya. Sedangkan orang kafir dan munafik akan ALLooh tampakkan keburukan-keburukannya kepada para malaikat-Nya. WaLLoohu A’lam Bish Showaab.

Thursday, March 14, 2019

Tanggung Jawab Pencari Ilmu


Di antara kewajiban-kewajiban yang harus kita lakukan adalah sholat lima waktu sehari semalam. Shubuh, Dzhuhur, Ashar, Maghirb dan Isya’. Sholat ini harus dilakukan oleh setiap muslim yang sudah mukallaf, meski dalam keadaan bagaimanapun kecuali jika ada halangan yang dibenarkan oleh agama atau uzur syar’i. seperti haid dan nifas. Maka seorang wanita yang sedang haid atau nifas tidak berkewajiban melaksanakan sholat. Halangan biasa atau selain uzur syar’i, tidak bisa membebaskan kewajiban sholat, semisal bepergian, sakit dan kesibukan bekerja, semuanya tidak dapat membebaskan kewajiban sholat. Orang-orang yang sedang bepergian atau sakit tetap berkewajiban mengerjakan sholat sekalipun dengan cara-cara tertentu.

Pembaca yang dimuliakan ALLooh,,
Sedemikian pentingnya kewajiban sholat, maka perintah menjalankannya pun disampaikan langsung oleh ALLooh kepada RosuuluLLooh SAW saat beliau dimi’rojkan. Tidak sebagaimana kewajiban-kewajiban yang lain, seperti zakat, puasa. Kewajiban semacam itu disampaikan oleh ALLooh kepada beliau melalui malaikat Jibril AS. Hal ini betapa penting dan utamanya sholat lima waktu bagi ummat Islam yang sudah mukallaf. Firman ALLooh SWT dalam surah An-Nisaa’103:
“Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang mukmin.”

Kewajiban yang ditentukan waktunya berarti sholat itu harus dilaksanakan pada waktunya. Tidak boleh sholat Dzhuhur dilakukan di waktu Ashar atau sholat Ashar di waktu Maghrib dan sebagainya. Barangsiapa melakukan sholat di luar waktunya, maka termasuk berdosa, lebih-lebih meninggalkan sholat, maka termasuk menghancurkan agama, lantaran sholat adalah tiang agama. Sabda RosuuluLLooh SAW:
“Sholat adalah tiang agama. Maka barangsiapa menunaikan sholat maka ia telah menegakkan agama dan barangsiapa meninggalkannya maka ia telah merobohkan agama.”

Begitulah pernyataan RosuuluLLooh SAW tentang sholat ini. Untuk itu, kami mengajak kepada para pembaca setia bulletin ini, mari kita tunaikan sholat lima waktu pada waktunya. Kita jaga benar-benar kewajiban ini, jangan mudah meninggalkannya hanya karena kesibukan-kesibukan duniawi yang tak berarti. Sholat adalah realisasi pengakuan kita sebagai hamba ALLooh, Tuhan yang telah menciptakan kita dan alam semesta, yang memberi rezeki, kenikmatan dan karunia yang tak terbilang banyaknya. Sholat adalah rukun Islam yang kedua setelah syahadatain. Dan sholat adalah amal hamba yang pertama kali akan dinilai pada hari kiamat nanti dan sangat menentukan terhadap amal-amal yang lain. Dalam kitab al-Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghozali tertulis sebuah hadits yang berbunyi:
“Sesungguhnya pertama kali amal hamba yang dilihat pada hari kiamat adalah sholat. Apabila sholatnya ditemukan sempurna maka diterimalah sholat itu daripadanya dan sekalian amalnya yang lain. Dan jika ditemukan sholatnya kurang maka ditolaklah sholat itu darinya serta sekalian amalnya yang lain.”

Hadits ini menunjukkan bahwa di antara sekian banyak kewajiban dan amal sholeh yang kita kerjakan, sebagai kuncinya adalah sholat. Jikalau perhitungan amal nanti ternyata ada kosongnya atau kurang sempurna, maka sangat kecil harapannya amal-amal yang lain bisa diterima. Karena itu, sekali lagi mari kita jaga benar-benar kewajiban yang satu ini, jangan sampai absen. Apabila pada waktu yang lampau pernah ada yang belum kita kerjakan, mari kita qodo’. Sebab sekalipun sholat itu telah kelewat waktunya, namun kewajiban melakukan sholat belum dapat gugur sebelum sholat itu ditunaikan.

Pembaca setia yang dirohmati ALLooh,,
Mengingat penting dan utamanya sholat, maka perlu sekali kita meningkatkan kualitas sholat kita, bukan sekadar ikut-ikutan atau asal mengerjakan. Kita berusaha yang sebaik-baiknya dengan penuh kekhusyukan dan pendekatan diri kepada ALLooh. Kita ciptakan perasaan seolah-olah kita melihat ALLooh atau kita tanamkan perasaan bahwa ALLooh melihat kita. Dengan perasaan seperti ini akan menambah kekhusyukan dalam beribadah. Dan akhirnya ibadah yang kita laksanakan akan berpengaruh pada diri pribadi kita. Firman ALLooh SWT dalam surah Al-Ankabuut ayat 45:
“Dan dirikanlah sholat, sesungguhnya sholat itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.”

Suatu kenyataan masih banyak orang-orang yang sudah aktif mengerjakan sholat, akan tetapi perbuatan maksiat dan mungkarnya masih jalan juga. Ini menunjukkan sholatnya tidak berkualitas, lantaran sholatnya belum mampu mencegah dirinya dari kemaksiatan dan kemungkaran. Mungkin salah satunya dengan hati yang lalai, tidak khusyuk atau pamrih bukan karena ALLooh SWT.

Pembaca yang diberkahi oleh ALLooh,,
Termasuk dalam meningkatkan kualitas sholat adalah menunaikannya dengan berjamaah. Lebih-lebih berjamaah di masjid, nilainya melebihi daripada sholat yang dilakukan di tempat lain, baik dari segi pahala maupun syiar Islam. Dengan berjamaah di masjid kita akan bersilaturrahim pada sesama muslim, menambah ukhuwwah Islamiyah dan meramaikan masjid. Sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim dari Sayyidina Abu Huroiroh RA, beliau menjelaskan:
“Barangsiapa pergi ke masjid pada pagi atau sore hari maka ALLooh sediakan baginya jamuan di surga tiap pagi dan sore hari.”

Mengenai keutamaan sholat berjamaah beliau pernah menyatakan dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhooriy dan Imam Muslim yang berbunyi:
“Sholat jamaah itu lebih utama daripada sholat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.”

Dengan kata lain, kita sholat berjamaah sekali itu nilainya sama dengan kita sholat sendirian dua pulu kali. Begitulah besarnya keutamaan berjamaah. Keutamaan yang sebesar itu yang diberikan oleh ALLooh melalui berjamaah atau melaksanakannya di masjid amat sayang sekali kalau kita biarkan tanpa kita raih. Dalam hadits lain, mengenai keutamaan sholat berjamaah beliau SAW bersabda:
“Barangsiapa mengerjakan sholat lima waktu dengan berjamaah, maka baginya akan memperoleh lima perkara: (1) tidak akan tertimpa kefakiran (kemiskinan) di dunia, (2) ALLooh menghilangkan siksa kubur daripadanya, (3) akan menerima buka catatan amal dengan tangan kanannya, (4) akan melintasi sirothol mustaqim laksana kilat, dan (5) akan memasukkannya ke dalam surga tanpa hisab dan siksaan terlebih dahulu.”

Alangkah beruntungnya orang-orang yang dapat menjalankan sholat lima waktu dengan berjamaah. Semoga ALLooh memberikan pertolongan dan kekuatan kepada kita sehingga kita mampu melakukan amal sholeh terutama sholat lima waktu dengan berjamaah. Lebih-lebih berjamaah di masjid, mengingat keutamaan, pahala dan manfaatnya yang amat besar.