Thursday, April 11, 2019

Merindukan Pemimpin Muslim Sejati


Di era sekarang, ummat Muslimin adalah ibarat anak-anak yang tidak berbapak, tidak memiliki sosok yang titah-titahnya bisa dijadikan pegangan. Oleh karena itu, mereka mudah diombang-ambingkan perubahan. Fenomena ini tampaknya memang sulit dielakkan. Coba kita amati, betapa mudahnya ummat muslimin didikte oleh propaganda musuh. Negara-negara Islam di Jazirah Arab banyak yang hancur-lebur akibat diadu domba dan dikendalikan dunia Barat. Walhasil, negeri-negeri muslim hanya menjadi obyek permainan dan tak mampu menentukan ke mana langkah harus dibawa.

Kondisi seperti ini sebenarnya sudah diisyaratkan Baginda Nabi SAW lebih dari 14 abad yang lalu. Beliau pernah berkata bahwa di akhir zaman kelak, ummat Islam tak ubahnya ibarat buih di tepi lautan. Jumlah mereka banyak, akan tetapi mereka sama sekali tidak punya kekuatan. Lemahnya kaum Muslimin ini lebih banyak disebabkan oleh menjauhnya mereka dari panduan Baginda Nabi SAW. Mereka tersilaukan oleh gaya hidup orang-orang kafir Barat yang memprioritaskan kemewahan duniawi yang fana. Gara-gara mengikuti budaya Barat ini, mereka mengalami kegagalan, baik duniawi ataupun ukhrowi. Padahal, Baginda Nabi SAW memberikan garansi kebahagiaan dunia dan akhirat bagi ummat Islam yang mau mengikuti ajaran-ajarannya. Garansi beliau dikukuhkan dengan dengan jaminan dari Sang Kholiq yang tertera di dalam Al-Qur’an.

Faktor kedua yang menjadi sebab lemahnya kekuatan Islam adalah sedikitnya pemimpin yang berkarakter kuat dan mampu membimbing ummat. Sekarang memang sedikit sosok pemimpin Muslim yang mampu membimbing ummat dengan adil dan bijaksana. Sistem demokrasi yang berjalan, kerap melahirkan pemimpin-pemimpin korup yang memikirkan diri mereka sendiri. Tak jarang pemimpin yang tampil hanyalah boneka yang dikendalikan. Akhirnya, kerap ummat Islam sendiri yang dirugikan dengan naiknya pemimpin-pemimpin seperti itu. Hukum-hukum Islam disingkirkan diganti dengan hukum-hukum buatan manusia yang mudah sekali direkayasa.

Kepemimpinan adalah satu keniscayaan dalam kehidupan. Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabawiy telah menegaskan pentingnya pemimpin di tengah-tengah suatu masyarakat. ALLooh SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah ALLooh dan taatilah Rosul(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada ALLooh (Al-Qur’an) dan Rosul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada ALLooh dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” [QS. An-Nisaa’: 59]

Dalam ayat lain ALLooh SWT berfirman:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang kholifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (kholifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” [QS. Al-Baqoroh:30]

Dalam ayat ini, yang dimaksud dengan Kholifah adalah pemimpin yang mengelola bumi agar menjadi makmur dan bermanfaat bagi seluruh makhluk. Baginda Nabi SAW pernah menyinggung soal kepemimpinan dalam salah satu sabdanya, “Setiap orang di antara kalian adalah pemimpin dan akan dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang suami adalah pemimpin di tengah keluarganya dan akan dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya.” [HR. Imam Bukhooriy]

Dahulu Hadramaut pernah dikuasai oleh seorang pemimpin yang dinilai dzholim dan semena-mena. Anehnya, pemimpin ini kerap dipuji oleh ulama terkemuka kala itu, yakni Syekh Umar bin AbduLLooh Bamakhromah. Bahkan Syekh Umar menulis sederet puisi yang khusus memberikan apresiasi terhadap pemimpin tadi. Sebagian ulama merasa heran dan menentang sikap tak lazim Syekh Umar itu. Belakangan, tatkala si pemimpin tadi meninggal dunia, terjadilah kekosongan pemerintahan sehingga menjadi anarkis. Kekacauan melanda dimana-mana. Ketika itulah para ulama akhirnya memaklumi sikap nyleneh Syekh Umar Bamakhromah dahulu. Rupanya, pemimpin yang mereka anggap dzholim itu ternyata sosok yang mampu menciptakan keamanan dan stabilitas negeri.

Senada dengan kisah ini, Sahabat Nabi yang bernama Amr bin Ash berkata: “Imam yang dzholim masih lebih baik daripada fitnah yang melanda terus-menerus (anarkisme dan kekacauan).” Ucapan ini menunjukkan betapa perlunya kepemimpinan yang bagus guna menghindari anarkisme dan kekacauan sosial. Pemimpin adalah sosok yang menciptakan stabilitas dan mengatur ritme kehidupan masyarakat. Namun begitu, kenikmatan akan sempurna apabila sang pemimpin memiliki sifat adil dan bijaksana.

Dikisahkan bahwa pada suatu ketika Khalifah Al-Makmun bersama 30.000 prajuritnya berjalan-jalan menyusuri kota Baghdad. Di tengah jalan mereka bersua dengan seorang laki-laki yang berprofesi sebagai petani. “Hari ini aku akan menjamu seluruh tentara anda.” kata petani tadi kepada Al-Makmun Ia kemudian membentangkan permadani indah berwarna keemasan untuk prajurit Kholifah yang jumlahnya sangat banyak itu. Kemudian ia memerintahkan budak-budaknya yang tak kalah banyaknya untuk membawakan talam-talam yang dipenuhi aneka warna makanan untuk dihidangkan kepada seluruh prajurit. Tentu saja Al-Makmun merasa takjub terhadap pemandangan dihadapannya itu. Dalam hati ia merasa bersyukur atas kemakmuran yang dilimpahkan kepada rakyatnya.

Setelah itu, ia melanjutkan perjalanan bersama barisan tentaranya. Di jalan, beliau dihentikan oleh seorang perempuan yang mempersilahkan sang pemimpin untuk singgah di rumahnya. “Wahai Kholifah, inikah tentara-tentara anda?” Perempuan ini lalu mengeluarkan talam-talam berisi aneka makanan lezat untuk disuguhkan kepada Al-Makmun dan tentara-tentaranya. Tentu saja Al-Makmun menggeleng-gelengkan kepala dan merasa tak kalah heran dengan perisitiwa pertama. Melihat sang Kholifah keheranan, wanita itu lalu berkata, “Ini adalah berkah keadilan anda!”

Kholifah Umar bin Abdul Aziz adalah potret pemimpin adil dan bijaksana yang diidamkan kaum Muslimin pasca era Baginda Nabi SAW dan Khulafaur Rosyidin. Meski masa kepemimpinannya tak berlangsung lama, namun beliau sukses membawa Islam kepada era kejayaan. Beliau membersihkan harta kekayaan tak wajar di kalangan pejabat dan keluarga Bani Umayyah serta melakukan reformasi di berbagai bidang.

Beliau juga memangkas pajak dari orang-orang Nasrani dan menghentikan pungutan pajak dari para mualaf. Kebijakannya ini mendongkrak simpati dari kalangan Non-Muslim sehingga mereka berbondong-bondong memeluk agama Islam. Beliau sangat menaruh perhatian terhadap rakyatnya. Sikap ini terlihat dari upaya beliau untuk terus menggali sumur-sumur demi memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap air bersih. Jalan-jalan di kota Damaskus dan sekitarnya diperbagus. Sarana ibadah seperti masjid dan madrasah diperbanyak dan diperindah. Bagi masyarakat yang sakit disediakan pengobatan gratis.

Tak seperti penguasa kebanyakan yang begitu ambisi mengincar kursi kekuasaan, Kholifah Umar bin Abdul Aziz justru menangis ketika tahta digulirkan kepadanya. Keadilan dan kearifannya selama menjabat gubernur telah membuat Khalifah Sulaiman terkesan. Maka di akhir hayatnya, Kholifah Sulaiman memilih Kholifah Umar bin Abdul Aziz sebagai penerusnya melalui surat wasiatnya.

Kholifah idaman umat ini memilih hidup bersahaja. Menjelang akhir hayatnya beliau ditanya, “Wahai Amirul Mukminin, apa yang akan engkau wasiatkan buat anak-anakmu ?” Sang Kholifah balik bertanya, “Apa yang ingin kuwasiatkan ? Aku tidak memiliki apa-apa.” Kemudian beliau melanjutkan “Jika anak-anakku orang shaleh, ALLooh-lah yang mengurusnya.” Sepeninggalnya, anak-anaknya menjadi insan-insan yang alim dan kaya raya berkat kesalehan Kholifah Umar bin Abdul Aziz.

Kisah-kisah di atas menjadi gambaran nyata betapa pemimpin yang adil dan bijak akan memberikan keberkahan besar bagi umat Muslimin dimana pun mereka berada. Oleh karenanya, hendaknya umat Muslimin berikhtiar untuk mendapatkan pemimpin Muslim yang adil dan bijaksana. Begitu perlunya ikhtiar semacam ini, hingga Habib Ahmad bin Umar bin Sumaith berkata, “Tidaklah membenci pengangkatan pemimpin kecuali orang yang munafik, karena ia tidak menghendaki adanya orang yang menahan dirinya dari hawa nafsunya dan mencegahnya dari kelalimannya.”

ALLooh SWT berfirman dalam Al-Qur’an,
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan ALLooh.” [QS Al-An’am:116]

Sekali pun demikian, Habib Ahmad bin Umar bin Sumaith menekankan bahwa memunculkan pemimpin adil bukanlah dengan cara revolusi yang instan atau pemaksaan kehendak. Memunculkan pemimpin adil harus dilakukan dengan cara lemah lembut dan dimulai dengan mendidik anak-anak di dalam keluarga. Perumpamaan “Siapa menanam, ia akan menuai.” benar-benar berlaku disini. Dari generasi muda terdidik inilah kelak akan muncul pemimpin-pemimpin yang bertakwa dan berpengetahuan luas.

Tentu saja peran ulama dan dai sangat penting dalam hal ini. Ulama harus lebih getol lagi menyebarluaskan pendidikan di tengah masyarakat, baik yang berada di perkotaan maupun di pedalaman. Demikian juga para dai, mereka harus lebih intens berdakwah mengajak masyarakat menuju jalan ALLooh SWT, baik lewat mimbar-mimbar, media dan tulisan. Dengan tersebarnya pendidikan dan dakwah, akhlak dan intelektual generasi muda akan dapat terbenahi dan dengan begitu akan lahir pemimpin yang adil dan bijaksana. Demikianlah metode yang paling efektif menurut Habib Ahmad bin Umar bin Sumaith yang oleh para ulama mutaakhirin ditahbiskan sebagai Pembaharu Islam abad Kedua Belas.

Tentu kita semua mendambakan bahwa pemimpin Muslim yang mengatur pemerintahan negeri kita adalah pemimpin yang bijaksana. Oleh karena itu, mari kita mulai ikhtiar ini dari lingkungan keluarga kita. Anak-anak harus kita tempa dengan tarbiyah Islamiyah agar tumbuh besar secara Islami. Dekatkan mereka kepada alim-ulama agar di sanubari mereka tumbuh rasa cinta kepada para ahli ilmu dan orang-orang shaleh. Dengan bekal itu, ketika kelak mereka menjadi dewasa dan salah seorang diantara mereka menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana, ia tentu akan mampu mengantar Islam kepada kejayaannya kembali.

0 comments:

Post a Comment