Friday, July 8, 2016

Lebaran Ketupat (Kupatan) di Trenggalek

Asal mula tradisi hari raya ketupat di Durenan Trenggalek berasal dari kebiasaan ulama’ setempat yang hidup pada antara abad ke 19. Dalam riwayatnya, semula kupatan Durenan hanya dilakukan ahlul bait Bani Masir atau Mbah Mesir. Mbah Mesir adalah panggilan akrab KH. Abdul Masyir, seorang kyai termasyhur di Durenan. Beliau merupakan putra Kyai Yahudo, Slorok Pacitan yang masih keturunan dari Mangkubuwono III, salah seorang guru Pangeran Diponegoro. Sebagai kyai yang masyhur, beliau punya hubungan erat dengan Kanjeng Bupati Trenggalek saat itu.
Karena keakrabannya ini, setiap usai sholat ‘id, Mbah Mesir selalu diundang Bupati ke pendopo. Di sini, Mbah Mesir biasanya menjalankan puasa Syawal selama enam hari berturut-turut (2 sampai dengan 7 Syawal) dan setelah itu pulang ke rumahnya di Durenan. Saat itulah, biasanya para santri dan warga sekitar berdatangan untuk silaturrochmi lebaran kepada Mbah Mesir (8 Syawal).

Sepeninggal Mbah Mesir, tradisi kupatan diteruskan anak cucunya. Hingga sekarang, tradisi kupatan masih terus berlangsung dan bertambah ramai.


Yang istimewa, dalam lebaran ketupat, hampir setiap rumah warga menyediakan makanan ketupat khas Durenan. Setiap pengunjung yang datang silaturrochmi, mereka disuguhi makanan ketupat lengkap dengan lauk pauknya.

0 comments:

Post a Comment