Tuesday, August 30, 2016

Ibadah Haji, Qurban dan Sholat Idul Adha

Tanggal 10 Dzulhijjah Hijriyah, kaum muslimin di seluruh dunia sedang merayakan hari raya Idul Adha mengiringi ibadah haji, puncak ibadah dalam syariat Islam setelah jihad fii sabiliLLaah.

Hasil gambar untuk Ibadah Haji, Qurban dan Sholat Idul Adha
Pada hari itu sekitar dua juta jamaa’ah haji dari seluruh penjuru dunia berkumpul di Mina untuk melempar jumrah, setelah sehari sebelumnya wukuf di Arofah, dan bermalam di Muzdalifah, dalam rangkaian manasik haji. Para jamaa’ah haji mengenakan pakaian ichroom yang sama dan mengucapkan kalimat talbiyah yang sama, melaksanakan perintah ALLOOH SWT:
“...mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap ALLOOH yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke BaituLLooh...” [QS. Ali Imron:97]
       
         Hari itu juga disebut hari berkurban, yaumun nahar karena para jamaa’ah haji menyembelih hewan-hewan kurban, sebagai satu syi’ar dengan menyebut asma ALLOOH ketika menyembelih hewan kurban, ALLOOH SWT berfirman:
Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama ALLOOH pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang ALLOOH telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan faqir.” [QS. Al Hajj:28]

                Ummat Islam di seluruh penjuru dunia mengiringi Haji dengan melaksanakan sholat Idul Adha dan menyembelih hewan kurban sebagai syi’ar agama ALLOOH. ALLOOH SWT berfirman:
Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah.” [QS. Al-Kautsar]

                Ibadah Haji adalah satu kesatuan dengan ibadah kurban dan sholat Idul Adha sebagai hari raya ummat Islam. Pelaksanaan ketiganya yang merupakan satu kesatuan ibadah kepada ALLOOH SWT adalah syi’ar, kekuatan, dan dakwah ummat Islam. ALLOOH SWT berfirman:
Sesungguhnya Shofaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar ALLOOH. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke BaituLLooh atau ber-‘umroh, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya ALLOOH Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.” [QS.Al Baqoroh:158]

                Syi’ar-syi’ar ALLOOH dalam ibadah haji adalah seluruh prosesi dalam manasik haji, baik itu dimulai dengan mengenakan pakaian ichroom dan berjalan dari miqot, bermalam di Mina pada hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah), wukuf di padang Arofah (9 Dzulhijjah), dan bermalam di Muzdalifah (malam 10 Dzulhijjah)

                Lalu melempar jumroh sebagai simbolisasi melempari syetan di Mina (10,11,12 Dzulhijjah), melaksanakan tahalul (dengan memotong/ mencukur rambut), serta Thowaf wada’ sebagai perpisahan. Termasuk di antara syi’ar haji adalah menyebut-nyebut asma ALLOOH SWT dalam menyembelih kurban serta memakannya dan membaginya kepada faqir miskin sebagaimana firman ALLOOH SWT. [QS. Al Hajj:28]

                Haji sebagai prosesi ibadah telah menyatukan sikap dan kalimat para jamaa’ah yang datang dari latar belakang yang berbeda. Adapun bangsa, bahasa, warna kulit, jabatan, dan status sosial mereka, dengan pakaian ichroom yang sama, serentak mereka mendeklarasikan sikap dan tindakan mereka memenuhi panggilan ALLOOH SWT.

                Labbaika ALLoohumma labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik, innal chamda wan ni’mata laka wal mulk, laa syarika laka... (Kupenuhi panggilan-MU Yaa ALLOOH, kupenuhi panggilan-MU, kupenuhi panggilan-MU tiada sekutu bagi-MU, kupenuhi panggilan-MU, sesungguhnya segala puji, segala nikmat, segala kekuasaan adalah milik-MU, tidak ada sekutu bagi-MU)

                Kalimat talbiyah (kesediaan memenuhi panggilan ALLOOH) itu terus mereka kumandangkan. Sungguh dahsyat! Dua juta lebih jamaa’ah haji mengumandangkan kalimat yang sama. Oleh karena itu, haji adalah sebuah momentum bersatunya kekuatan ummat Islam (soft power) yang terbesar setelah ibadah jihad fii sabiliLLaah (hard power). ALLOOH SWT memuji pengagungan syi’ar-syi’ar ALLOOH dalam firmanNYA:
Demikianlah dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar ALLOOH, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati.” [QS. Al Hajj: 32]

Kurban adalah peribadatan yang diunggulkan pada hari raya Idul Adha. Idul Adha sendiri maknanya adalah, kembali berkurban, yakni menyembelih kambing, sapi, atau onta, dengan syari’at-syari’at tertentu setelah sholat Idul Adha. Diriwayatkan dari Siti Aisya Ra, ia berkata bahwa Nabi SAW bersabda: “Tidak ada suatu amalan pun yang dilakukan oleh manusia pada Hari Raya Qurban, lebih dicintai ALLOOH selain dari menyembelih hewan qurban. Sesungguhnya hewan kurban itu kelak di hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulunya dan kuku-kukunya, dan sesungguhnya sebelum darah qurban itu menyentuh tanah, ia (pahalanya) telah diterima di sisi ALLOOH, maka beruntunglah kalian semua dengan pahala qurban itu.” [HR. Imam At-Tirmidzi, no:1413]

Oleh karena itu, setiap muslim yang mampu sangat dianjurkan berkurban. Kepada yang enggan berkurban padahal mampu, RosuuluLLooh SAW bersabda:
Barangsiapa yang mempunyai kemampuan untuk berqurban, tapi ia tidak mau berqurban, maka janganlah ia dekat-dekat di musholla (tempat sholat) kami.” [HR. Imam Achmad, no:7924]

                Begitu perhatian Nabi SAW kepada syi’ar dan dakwah Islam hingga beliau SAW memerintahkan seluruh kaum muslimin, tua muda, pria dan wanita agar hadir mengikuti sholat atau bahkan sekedar mendengarkan khutbah. Bahwa wanita yang sedang chaidh pun diperintahkan untuk hadir di tempat pelaksanaan sholat. Yang tidak punya jilbab agar dipinjami untuk bisa hadir.

                Beliau SAW memerintahkan agar ummat Islam mengambil jalan berbeda antara datang ke tempat sholat dengan pulangnya seraya mengumandangkan takbir. Bahkan kalimat takbir, tahlil, dan tachmid itu diminta terus dikumandangkan selama empat hari sampai akhir tasyriq, yakni tanggal 13 Dzulhijjah.

                Demikian juga menyembelih kurban dengan mengucapkan “BismiLLaahi ALLOOHu Akbar!” dan memakan dagingnya bersama keluarga dan sahabat serta membagikan kepada faqir miskin pada tanggal 10,11,12, dan 13 Dzulhijjah adalah syi’ar dan kegembiraan untuk mengagungkan asma ALLOOH yang sangat bernilai bagi persatuan dan kesatuan ummat serta da’wah Islam.


WALLOOHU A’LAM BISH SHOWAAB

0 comments:

Post a Comment