Monday, February 19, 2018

Berita Bohong (Haditsul Ifki)

Dalam edisi ini, kami akan menyajikan sebuah riwayat yang merupakan sebagai salah satu hadits terpanjang yang mana terjadi saat dalam perjalanan pulang kaum Muslimin dari Perang Bani Mustholiq inilah tersiar berita bohong yang bertujuan merusak keluarga Nabi Muchammad SAW. Berikut ini kami kemukakan ringkasan dari riwayat yang tertera di dalam Ash-Shohichain.
Siti Aisyah Ranha meriwayatkan bahwa dalam peperangan ini, ia ikut keluar bersama RosuuluLLooh SAW. Siti Aisyah Ranha berkata,” Setelah selesai dari peperangannya ini, RosuuluLLooh SAW bergegas di malam hari. Di saat semua orang sedang berkemas-kemas hendak berangkat, aku keluar untuk membuang hajat, lalu aku terus kembali hendak bergabung dengan rombongan. Pada saat itu, kuraba-raba kalung di leherku, ternyata sudah tidak ada lagi. Aku lalu kembali lagi ke tempat aku membuang hajat tadi untuk mencari-cari kalung hingga dapat kutemukan kembali.
Di saat aku sedang mencari-cari kalung, datanglah orang-orang yang bertugas melayani unta tungganganku. Mereka sudah siap segala-galanya. Mereka menduga aku berada di dalam haudaj (rumah kecil yang terpasang di atas punggung unta) sebagaimana dalam perjalanan. Karena itu, mereka lalu mengangkat haudaj kemudian mengikatkannya pada punggung unta. Mereka sama sekali tidak menduga bahwa aku tidak berada di dalam haudaj. Karena itu, mereka segera memegang tali kekang unta lalu mulai berangkat….!
Ketika aku kembali ke tempat perkemahan, tidak kujumpai seorang pun yang masih tinggal. Semuanya telah berangkat. Dengan berselimutkan jilbab, aku berbaring di tempat itu. Aku berpikir, pada saat mereka mencari-cari aku, tentu mereka akan kembali ke tempatku. Demi ALLooh, di saat aku sedang berbaring, tiba-tiba Shofwan bin Mu’aththol lewat. Agaknya, ia bertugas di belakang pasukan. Dari kejauhan, ia melihat bayang-bayangku. Ia mendekat lalu berdiri di depanku – ia sudah melihat dan mengenalku sebelum kaum wanita dikenakan wajib berjilbab. Ketika melihatku, ia berucap,’Inna liLLaahi wa inna ilaihi rooji’un! Istri RosuuluLLooh? Aku pun terbangun karena ucapannya itu. Aku tetap menutup diriku dengan jilbabku. Demi ALLooh, kami tidak mengucapkan satu kalimat pun dan aku tidak mendengar ucapan darinya kecuali ucapan Inna liLLaahi wa inna ilaihi rooji’un itu. Dia kemudian merendahkan untanya lalu aku menaikinya. Ia berangkat menuntun unta kendaraan yang aku naiki sampai kami datang di Nahri Adh-Dhohiroh tempat pasukan turun istirahat. Di sinilah mulai tersiar fitnah tentang diriku. Fitnah ini bersumber dari mulut AbduLLooh bin Ubay bin Salul.”
Siti Aisyah Ranha melanjutkan, “Setibanya di Madinah kesehatanku terganggu selama sebulan. Saat itu, rupanya orang-orang sudah banyak mendesas-desuskan berita bohong itu, sedangkan aku belum mendengar sesuatu mengenainya. Hanya saja aku tidak melihat kelembutan dari RosuuluLLooh SAW yang biasa kurasakan ketika aku sakit. Beliau hanya masuk lalu mengucapkan salam dan bertanya, ‘Bagaimana keadaanmu?’ Setelah agak sehat, aku keluar pada suatu malam bersama Ummu Masthoh untuk membuang hajat – waktu itu kami belum membuat kakus. Di saat kami pulang tiba-tiba kaki Ummu Masthoh terantuk hingga kesakitan dan terlontar ucapan dari mulutnya, ‘Celaka Si Masthoh!’ Ia kutegur. ‘Alangkah buruknya ucapanmu itu mengenai seorang dari kaum Muhajirin yang turut serta dalam Perang Badar! Ummu Masthoh bertanya, ‘Apakah Anda tidak mendengar apa yang dikatakannya?” Siti Aisyah Ranha melanjutkan, “Ia kemudian menceritakan kepadaku tentang berita bohong yang tersiar sehingga sakitku bertambah parah. Malam itu, aku menangis hingga pagi. Air mataku terus menetes dan aku tidak dapat tidur.”
RosuuluLLooh SAW kemudian mulai meminta pandangan para sahabatnya mengenai hal ini. Di antara mereka ada yang berkata: “Wahai RosuuluLLooh, mereka (para istri Nabi) adalah keluargamu. Kami tidak mengetahui kecuali kebaikan.” Ada pula yang mengatakan, “Engkau tak perlu bersedih. Masih banyak wanita (lainnya). Tanyakan hal itu kepada pelayan perempuan (maksudnya Bariroh). Ia pasti akan memberikan keterangan yang benar kepada Anda.”
RosuuluLLooh SAW lalu memanggil pelayan perempuan bernama Bariroh dan bertanya, “Apakah kamu melihat sesuatu yang mencurigakan dari Aisyah?” Ia lalu mengabarkan kepada Nabi SAW bahwa ia tidak mengetahui Siti Aisyah kecuali sebagai orang yang baik-baik. Nabi SAW kemudian berdiri di atas mimbar dan bersabda, “Wahai kaum muslimin! Siapa yang akan membelaku dari seseorang lelaki yang telah menyakiti keluargaku? Demi ALLooh aku tidak mengetahui dari keluargaku kecuali yang baik. Sesungguhnya, mereka telah menyebutkan seorang lelaki yang aku tidak mengenal lelaki itu kecuali sebagai orang yang baik.”
Sahabat Sa’ad bin Mu’adz lalu berdiri seraya berkata,”Aku yang akan membelamu dari orang itu, wahai RosuuluLLooh! Jika dia dari Suku Aus kami siap memenggal lehernya. Jika dia dari saudara kami suku Khozroj, perintahkanlah kami, kami pasti akan melakukannya.” Kemudian timbullah keributan di masjid sampai RosuuluLLooh SAW meredakan mereka.
Siti Aisyah RAnha melanjutkan, “RosuuluLLooh SAW kemudian dating ke rumahku. Saat itu, ayah ibuku berada di rumah. Ayah ibuku menyangka bahwa tangisku telah menghancurluluhkan hatiku. Sejak tersiar berita bohong itu, Nabi SAW tidak pernah duduk di sisiku. Selama sebulan, beliau tidak mendapatkan wahyu tentang diriku.”  Siti Aisyah Ranha berkata,”Ketika duduk, Nabi SAW membaca puji syukur ke hadirat ALLooh lalu bersabda, ‘Hai Aisyah, aku telah mendengar mengenai apa yang dibicarakan orang tentang dirimu. Jika engkau tidak bersalah, pasti ALLooh akan membebaskan dirimu. Jika engkau telah melakukan dosa, mintalah ampunan kepada ALLooh dan bertobatlah kepada-NYA.’ Seusai RosuuluLLooh SAW mengucapkan ucapannya itu, tanpa kurasakan air mataku tambah bercucuran. Kemudian aku katakan kepada ayahku, ‘Berilah jawaban kepada RosuuluLLooh mengenai diriku.’ Ayahku menjawab, ‘Demi ALLooh, aku tidak tahu bagaimana harus menjawab.’ Aku katakan pula kepada ibuku, ‘Berilah jawaban mengenai diriku.” Dia pun menjawab, ‘Demi ALLooh, aku tidak tahu bagaimana harus menjawab.’ Aku lalu berkata, ‘Demi ALLooh, sesungguhnya kalian telah mendengar hal itu sehingga kalian telah membenarkannya. Jika aku katakan kepada kalian bahwa aku tidak bersalah ---- ALLooh Maha Mengetahui bahwa aku tidak bersalah --- kalian pasti tidak akan membenarkannya. Jika aku mengakuinya --- ALLooh Maha Mengetahui bahwa aku tidak bersalah --- pasti kalian akan membenarkan aku. Demi ALLooh, aku tidak menemukan perumpamaan untuk diriku dan kalian kecuali sebagaimana yang dikatakan oleh bapak Nabi Yusuf AS, ‘Sebaiknya aku bersabar. Kepada ALLooh sajalah aku mohon pertolongan atas apa yang kalian lukiskan.’ [QS. Yusuf: 18]
Siti Aisyah Ranha berkata: “Aku kemudian pindah dan berbaring di atas tempat tidurku.”
Selanjutnya, Siti Aisyah Ranha berkata, “Demi ALLooh, RosuuluLLooh SAW belum bergerak dari tempat duduknya, juga belum ada seorang pun dari penghuni rumah yang keluar sehingga ALLooh menurunkan wahyu kepada Nabi-NYA. Beliau tampak lemah lunglai seperti biasanya tip hendak menerima wahyu Ilahi. Keringatnya bercucuran karena beratnya wahyu yang diturunkan kepadanya.” Siti Aisyah berkata, “Kemudian keringat mulai berkurang dari badan RosuuluLLooh SAW lalu beliau tampak tersenyum. Ucapan yang pertama terdengar ialah, ‘Bergembiralah wahai Aisyah, sesungguhnya ALLooh telah membebaskan kamu.’ Ibuku pun kemudian berkata, ‘Berdirilah (berterima kasihlah) kepadanya.’ Aku jawab,
Tidak! Demi ALLooh, aku tidak akan berdiri (berterima kasih) kepadanya (Nabi SAW) dan aku tidak akan memuji kecuali ALLooh. Karena Dialah yang telah menurunkan pembebasanku.’”
Siti Aisyah Ranha berkata,”ALLooh kemudian menurunkan firman-NYA,
Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya adzab yang besar…… (sampai dengan ayat 21))’ [QS. An-Nur: 11-21]
Siti Aisyah melanjutkan,”Sebelum peristiwa ini, ayahku membiayai Masthoh karena keberabatan dan kemiskinannya. Akan tetapi, setelah peristiwa ini, ayahku berkata,’Demi ALLooh, saya tidak akan membiayainya lagi karena ucapan yang diucapkannya kepada Aisyah.” ALLooh kemudian menurunkan firman-NYA,
Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang misikin dan orang-orang yang berhijrah di jalan ALLooh, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa ALLooh mengampuni?? Dan ALLooh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ [QS. An-Nur:22]
Sayyidina Abu Bakar lalu berkata,’Demi ALLooh, sungguh aku ingin mendapatkan ampunan ALLooh.’ Ia kemudian kembali membiayai Masthoh.”

Nabi SAW kemudian keluar menyampaikan khotbah kepada orang-orang dan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah diturunkan mengenai masalah ini. Selanjutnya, Nabi SAW memerintahkan supaya dilakukan hukum hadd (dera) kepada Masthoh bin Utsatsah, Hasan bin Tsabit dan Hamnah binti Jahsy karena mereka termasuk orang-orang yang ikut menyebar luaskan desas-desus berita fitnah tersebut.” [HR. Imam Abu Daawud, Imam Ibnu Majah, Imam Ibnu Ishaq dan lainnya]

0 comments:

Post a Comment