Suasana
di kota Madinah kala itu tidak seperti biasanya. Berita yang kurang mengenakkan
beredar luas di kalangan penduduk kota Madinah. Yang lebih gawat lagi, sorotan
mereka ditujukan kepada keluarga RosuuluLLooh SAW, yakni salah satu dari
istri-istri beliau SAW, Siti Aisyah RAnha.
Kisahnya
berawal dari keberangkatan RosuuluLLooh SAW ke sebuah peperangan. Seperti
biasanya, beliau SAW mengajak salah seorang dari istrinya bila bepergian ke
medan perang. Siti Aisyah yang kebetulan ikut dalam rombongan, menjelang
kepulangan pasukan mencari kalungnya
yang hilang.
Saat
kalung yang dicari ditemukan, ternyata pasukan telah berangkat pulang. Tanpa
diketahui orang lain, ia tertinggal seorang diri di tempat semula rombongan
tadi berada. Siti Aisyah tetap duduk hingga tertidur di tempat semula, dengan
harapan rombongan akan mencarinya.
Secara
kebetulan pula, sahabat Shofwan RA tertinggal dari rombongan. Saat ia akan
menyusul pasukan, menemukan Siti Aisyah di tenah medan perangan situ. Tak ada
ucapan lain yang keluar dari Shofwan kecuali,”Inna liLLaahi wa innaa ilaihi
rooji’uun.”
Shofwan
memerintahkan untanya untuk duduk, setelah itu Aisyah menaikinya hingga masuk
ke kota Madinah. Pemandangan ini, membuat kasak-kusuk bagi mereka yang melihat.
Istri RosuuluLLooh SAW menaiki unta yang dituntun oleh Shofwan?
RosuuluLLooh
SAW belum menentukan sikap dalam hal ini, karena beliau SAW menunggu wahyu dari
ALLOOH SWT. Namun karena lebih dari 30 hari belum juga turun wahyu, kabar yang
tersiar semakin luas dan semakin bertambah ‘bumbu’.
Singkat
cerita, akhirnya ALLOOH SWT menurunkan wahyu yang berkenaan dengan kisah di
atas, yang sekaligus membongkar apa yang sebenarnya terjadi.
“Sesungguhnya orang-orang yang
membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu
mengira berita bohong itu buruk bagi
kamu, bahkan ia baik bagi kamu….” [QS. An-Nur; 11 dan selengkapnya
hingga ayat ke 18]
Kejadian
di atas, masyhur dalam sejarah dengan nama peristiwa ifik, yakni fitnah yang
melanda keluarga RosuuluLLooh SAW. Bagaimanapun juga, semua ini ada yang
memulai dan ada juga yang menyebar luaskannya.
Usut
punya usut, ternyata yang termasuk dalang dari penyebar fitnah ini adalah
Misthoh. Ia masih termasuk keluarga Sayyidina Abu Bakar RA, ayah dari Siti
Aisyah RAnha. Karena ekonomi yang tergolong miskin, selama ini Misthoh hidup di
bawah tanggungan Sayyidina Abu Bakar RA.
Namun
setelah semuanya terbongkar, Sayyidina Abu Bakar bersumpah,”Demi ALLOOH, aku
tidak akan memberi nafkah lagi kepada Misthoh karena ucapannya tentang Aisyah.”
Atas sumpahnya ini, Sayyidina Abu Bakar mendapat ‘teguran’ langsung dari ALLOOH
SWT.
“Dan janganlah orang-orang
yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka
(tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang
miskin dan orang-orang yang berhijroh pada jalan ALLOOH, dan hendaklah mereka
memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa ALLOOH
mengampunimu? Dan ALLOOH adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. An-Nur;
22]
Karena
ayat di atas, Sayyidina Abu Bakar RA mencabut sumpahnya. Sekalipun sangat
menyakitkan, Misthoh yang masih kerabatnya sendiri, bahkan hidup dari
nafkahnya, namun janji ALLOOH mampu mengalahkan semuanya.
0 comments:
Post a Comment