Ketahuilah, bahwa di antara
amanat yang paling besar yang kita pikul dan beban yang cukup berat dan akan
kita pertanggung jawabkan nanti di hadapan ALLooh SWT adalah anak cucu
keturunan kita. Mereka adalah titipan ALLooh yang harus kita jaga benar-benar
dan sungguh-sungguh. Terlebih lagi dalam zaman sekarang ini, sering kita jumpai
di lingkungan kita maupun melalui media massa tentang kasus-kasus yang
memprihatinkan. Entah itu mabuk-mabukan, perjudian, pergaulan bebas antar lawan
jenis, perkelahian antar geng sampai pemerasan dan tindak kriminal lainnya.
Kasus-kasus semacam itu hampir
tidak pernah absen dari lembaran media massa setiap hari. Yaa ALLooh, betapa
panasnya dunia saat ini. Akankah terus berkembang kasus-kasus semacam itu dan
merajalela di mana-mana? Bagaimana kalau anak cucu keturunan kita terlibat
dalam kasus-kasus yang memprihatinkan ini? Siapa yang salah bila hal itu
terjadi, kita sebagai orang tua ataukah anak cucu keturunan kita? Untuk itu,
pantas hal ini kita renungkan agar kita dalam menjaga amanat titipan ALLooh
berupa anak-anak, kita tidak merasa masa bodoh atau mengkhianati amanat itu.
Al-Qur’an telah mengingatkan kita akan amanat ini, seperti tersebut dalam surat
Al-Anfal ayat ke 27 dan 28:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati ALLooh dan
Rosul (Muchammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. Dan ketahuilah hartamu dan
anak-anakmu adalah hanya sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi ALLooh-lah
pahala yang besar.”
Lebih jauh lagi ALLooh
mengingatkan agar selalu berhati-hati dan menjaga anggota keluarga kita dari
siksa neraka. Yaitu menjaga mereka agar jangan sampai terjerumus dalam lembah
kesesatan. Sebagaimana tersebut dalam surah At-Tahrim ayat 6:
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka.”
Menjaga diri kita dan keluarga
dari siksa api neraka terutama sekali adalah dengan pengetahuan agama yang
mengarah pada pembentukan mental dan kepribadian yang bertaqwa. Penanaman jiwa
taqwa kepada anak-anak dan generasi muda kita sangat penting sekali, karena
kepribadian (mental) itu di antara unsur-unsurnya adalah keyakinan beragama.
Keyakinan beragama yang kuat dengan sendirinya akan menjadi pengendali
tindakan, kelakuan dan sikap hidup sehari-hari, atau sebagai polisi yang selalu
mengawasi.
Jika setiap orang mempunyai
keyakinan dalam beragama dan menjalankan agamanya dengan sungguh-sungguh, maka
tidak perlu ada polisi dalam masyarakat, karena setiap orang tidak akan
melanggar larangan-larangan agama. Sebab dia merasa bahwa Tuhan Maha Melihat
dan Mengetahui apa saja yang diperbuat.
Untuk menyelamatkan anak-cucu dan
generasi muda yang akan datang, pembinaan mental harus diperhatikan dan
dilaksanakan dengan intensif. Upaya menyelamatkan mereka tidaklah ringan. Semua
kalangan harus ikut memperhatikan, terutama orang tua, sekolah atau lembaga
pendidikan, pimpinan dan yang berwenang di masyarakat, khususnya pemerintah.
Usaha-usaha yang kita lakukan untuk menyelamatkan anak cucu dan generasi yang
akan datang itu harus serentak dilakukan oleh rumah tangga, sekolah dan
masyarakat.
Orang tua hendaklah menjadi
contoh dan teladan yang baik dalam segala aspek kehidupannya bagi anak. Karena
anak-anak terutama yang masih kecil yang belum dapat memahami suatu pengertian
yang masih abstrak dan tergambar dalam benaknya adalah pengalaman sehari-hari
bersama orang tua dan saudara-saudaranya.
Penanaman jiwa taqwa, harus
dimulai sejak dini, bahkan sejak si anak lahir. Sebagaimana diajarkan oleh
agama kita yang memerintahkan supaya setiap bayi lahir diadzankan, agar
pengalaman yang pertama diterima adalah kalimat suci yang membawa kepada taqwa.
Adapun penanaman jiwa taqwa pada
anak kita dan generasi yang akan datang yang perlu kita lakukan adalah seperti
yang tersebut dalam surah Al-Baqoroh ayat 177:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu kea rah timur dan barat itu suatu
kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah kebaktian orang yang
beriman kepada ALLooh, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi
dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan sholat, menunaikan
zakat dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan
orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang-orang yang benar-benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang
yang bertaqwa.”
Jiwa taqwa yang disinyalir oleh
surah Al-Baqoroh ayat 177 itu, adalah:
1. Iman
kepada ALLooh, hari kiamat, malaikat-malaikat, nabi-nabi.
2. Memberikan
harta yang dicintainya kepada kaum kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir
yang kekurangan, orang yang minta-minta dan memerdekakan budak.
3. Mendirikan
sholat.
4. Menunaikan
zakat.
5. Menepati
janji yang telah dibuat.
6. Sabar
dalam menghadapi kesempitan, penderitaan dan peperangan.
Penanaman dasar-dasar taqwa ini
harus kita tanamkan sejak kecil dengan memberikan contoh dan teladan dari kita
sebagai orang tua secara terus-menerus dan tetap, serta kita lakukan dengan
lemah lembut tanpa kekerasan sesuai dengan kondisi dan pertumbuhan anak kita.
Sebagai orang tua sudah
seharusnya memperhatikan pendidikan anak-anak kita, dan pendidikan yang
diterima anak dari orang tualah yang akan menjadi dasar dari pembinaan
kepribadian anak. Dengan kata lain, orang tua jangan sampai membiarkan
pertumbuhan anak berjalan tanpa bimbingan, atau diserahkan pada guru sekolah
saja atau asisten rumah tangga. Inilah kekeliruan yang banyak terjadi.
Haruslah kita sadari bahwa
pendidikan yang diterima oleh anak seharusnya sejalan antara yang berlangsung
di rumah dan di sekolah. Juga harus kita sadari bahwa anak selalu membutuhkan
perhatian dan bimbingan orang tuanya. Dan kita sadari pula bahwa membimbing,
mengarahkan dan menanamkan jiwa taqwa pada anak adalah bentuk tanggung jawab
orang tua dalam memelihara amanat titipan ALLooh berupa anak. ALLooh SWT
berfirman dalam surah An-Nisaa ayat 9:
“Dan hendaklah takut kepada ALLooh orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa
kepada ALLooh dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”
0 comments:
Post a Comment