Ketahuilah, bahwa setiap kalian
penciptaannya dihimpun dalam perut ibunya. Empat puluh hari lamanya masih
berupa sperma, kemudian menjadi segumpal darah dalam tempo yang sama, lantas
menjadi segumpal daging dalam masa yang sama pula. Akhirnya diutuslah malaikat
kepadanya untuk meniup ruh serta ditetapkan empat perkara: catatan rezekinya,
kematiannya, amal perbuatan, serta celaka atau bahagia.
Menurut agama, manusia mengalami
beberapa zaman dan alam yang berbeda-beda. Sebelum lahir ke dunia manusia telah
hidup di arwah. Kemudian calon manusia ini tertiup ke dalam Rahim sang ibu
melalui percampuran suci antara bibit laki-laki dan perempuan, setelah keduanya
melakukan hubungan. Di Sembilan bulan sepuluh hari. Untuk mempersiapkan anak
yang akan melanjutkan kehidupan beragama, dan menjadi anak yang tabah dan penuh
dedikasi, selama bayi dalam kandungan, sang ibu harus berhati-hati sekali agar
jiwa dan badannya terjaga dari kotoran-kotoran. Dia harus waspada jangan sampai
ada barang haram masuk ke dalam tubuhnya dan menodai darah bayinya. Dia harus
mengendalikan mulutnya supaya jangan terucap kata-kata kasar dan
umpatan-umpatan yang tidak patut. Jiwanya harus diusahakan agar selalu bersih
dari dendam serta dengki. Semua ini demi bayi yang akan lahir, jangan sampai
menjadi anak yang melaknat dan terlaknat. Sebagaimana firman ALLooh dalam surah
Maryam ayat 59:
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang
menyia-nyiakan sholat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan
menemui kesesatan.”
Bagaimana melepaskan anak agar
mampu berjuang di tengah-tengah manusia? Sudah barang tentu ketabahan mental
serta bekal harus dipersiapkan sejak dari kecil. Dan tanggung jawab ini
terbebankan atas pundak orang tuanya. Keprihatinan sang ibu semenjak bayi lahir
harus makin diperbesar.
Pada saat anak menangis karena
lapar, misalnya, ucapkanlah kalimat-kalimat thoyyibah. Dahulukan membaca
basmalah sebelum menyusui dan ucapkanlah AlhamduliLLaah setelah selesai.
Biasakanlah anak mengenal yang baik-baik sebelum dia tahu apa-apa. Jauhkanlah
dari tindakan-tindakan yang kasar atau omongan-omongan kotor. Hal ini memang
membutuhkan kehati-hatian dan kecermatan. Kesabaran sang ibu betul-betul
diperlukan selalu. Akan tetapi insyaaALLooh pengorbanan ini sangatlah besar
manfaatnya, dan akan membuahkan hasil yang baik bagi anak nanti.
Orang tua hendaknya selalu ingat
dalam segala tindakan maupun dalam menentukan keputusan, bahwa anak Anda nanti
akan menjadi manusia yang harus menghadapi hidupnya sendiri. Padahal hidup
bukan yang baru kiya lalui ini saja. Sebab setelah alam dunia ini manusia akan
memasuki tiga alam lagi, yaitu alam barzah (alam kubur), hari kiamat, dan alam
akhirat. Dan semua itu memerlukan perjuangan serta perilaku yang baik selama di
dunia.
Oleh sebab itu, pengarahan orang
tua terhadap anaknya harus menuju keselamatan hidupnya, baik kini maupun yang
akan datang, yang berarti pula bahwa tanggung jawab pendidikan serta
keprihatinan orang tua harus mencakup kesiapan lahir dan batin sang anak untuk
menghadapi alam yang akan dilaluinya kelak kemudian hari. Sebab menurut cerita
yang didapatkan dari para ulama, bahwa besok bakal ada seorang anak yang
dimasukkan neraka, sedangkan orang tuanya sudah berada di dalam surge. Kemudian
anak ini mengadu dan menuntut: “Yaa ALLooh,
saya tidak rela menyaksikan orang tua saya berada di surga. Sebab kejahatan
saya di dunia hingga kini saya berada di neraka adalah akibat orang tua tidak
mau mendidik saya. Saya dibiarkan berkeliaran sendiri, tida pernah diberi
pengertian dan pengarahan tentang agama dan kebenaran.” Akhirnya diseretlah
orang tua tersebut ke neraka karena tuntutan dan pengaduan anaknya.
Dari cerita di atas,
kesimpulannya bahwa keprihatinan seorang ibu atau bapak terhadap anaknya adalah
demi keselamatan dirinya sendiri di hadapan ALLooh di samping untuk kepentingan
si anak dalam mengarungi lautan hidupnya.
Karena itu, marilah kita
berhati-hati dalam meniti hidup ini. Jangan sampai manusia yang Anda turunkan
menjadi binatang melata yang buruk dan hina dina sebagaimana asalnya. Yang
demikian ini seperti kata Imam Achmad Al-Bahrowi tentang asal-usul manusia:
“Asalmu adalah setetes air mani
yang rendah yang keluar dari lubang kencing serta kamu pun keluar dari lubang
kencing.”
Dari asal yang rendah ini manusia
telah diangkat oleh ALLooh menjadi terhormat dan mulia. Untuk itu, amanat
berupa anak ini orang tua harus menjaganya, jangan sampai hanya sekedar
keturunan lubang kencing belaka, tetapi harus betul-betul menjadi manusia yang
punya martabat dan harkat terhormat. Semua bayi dilahirkan dalam keadaan
sederhana dan penuh kesucian, orang tuanyalah yang membuatnya jadi orang
Yahudi, Nasrani atau Majusi. Demikian pula dengan sifat-sifat buruk, sebenarnya
orang tuanyalah biangnya.
Karena itu, pendidikan mental,
budi pekerti dan akhlak yang mulia sangatlah penting bagi anak-anak. Semenjak
kecil haruslah diajari untuk berbuat baik, hormat kepada orang tuanya dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama. Tanamkan pada jiwa anak bahwa dia adalah penerus
cita-cita dan harapan kedua orang tua. Dan pada akhirnya pun hanya doa anak
yang tadinya lemah, dapat bertumbuh menjadi semakin kuat. Demikian juga halnya
dengan rohani. Rohani dapat dididik, dibiasakan untuk selalu baik, akan lebih
condong dan kuat dalam kebaikan. Sebaliknya bila dibiarkan liar, akan menjadi
liar dan sulit dikendalikan. Bila anak ditelantarkan pendidikannya, maka
sebenarnya orang tuanyalah yang merugi. Celaka dan sengsaralah hidupnya di
kemudian hari. Dosanya akan menjadi tanggung jawab orang tuanya. Firman ALLooh
SWT dalam surah At-Tahrim ayat 9:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka.”
Semoga Anda yang menjadi orang
tua dapat mengamalkan perintah ALLooh dalam ayat tersebut. Termasuk orang tua
yang mampu menjaga amanat berupa anak keturunan Anda. Dan anak yang menjadi
tanggung jawab Anda diberi pertolongan oleh ALLooh hingga menjadi anak yang
sholeh, berbakti kepada orang tuanya, berakhlaq yang mulia dan taat kepada
ALLooh dan Rosul-Nya. Aamiiin.
0 comments:
Post a Comment