Kalau manusia mau jujur, semuanya
pasti memerlukan sesuatu yang di luar dirinya yang mempunyai kekuatan,
kebijaksanaan dan kemampuan yang melebihinya. Karena tidak selamanya orang
mampu menghadapi kesukaran dan memenuhi kebutuhannya dengan sendirian. Termasuk
kebutuhan jiwanya, terutama dalam menghadapi kesulitan dan kesukaran yang tak
terpecahkan. Bagi orang yang beriman, sesuatu itu adalah Tuhan. Dan bagi orang
Islam Tuhan itu adalah ALLooh SWT.
Dalam Al-Qur’an ada berates-ratus
ayat yang berbicara tentang iman. Kalau kita kita ambil kesimpulan ringkas dari
ayat tersebut dapatlah kita katakana, bahwa orang yang beriman (mukmin) itu
mempunyai hati yang bersih dan mulia, serta tingkah laku dan perbuatannya
selalu mencari Ridho ALLooh SWT sebagai Tuhannya.
Bagaimana seorang muslim dapat
mencapai keimanan yang dapat mendatangkan kebahagiaan hidup, sementara masih
banyak orang yang belum mampu menggunakan kepercayaannya dalam hidupnya. Mereka
gelisah, tidak tentram. Dimana-mana terjadi pertengahan dan permusuhan, baik
dalam rumah tangga maupun dalam masyarakat, serta masih banyak lagi kejadian
yang lainnya. Padahal semestinya keimanan itu adalah suatu proses kejiwaan yang
mencakup semua fungsi jiwa, perasaan dan pikiran semua sama-sama meyakininya.
Maka sangat mungkin sekali bila iman tidak sempurna, manfaatnya pun bagi
kesehatan mental seseorang akan kurang sempurna juga. Nah, bagaimana agar
percaya kita kepada ALLooh ini dapat mendatangkan kebahagiaan hidup? Bagi
seorang muslim, percaya kepada ALLooh itu harus mencakup pula percaya akan
segala sifat-sifatnya-Nya. Kepercayaan akan sifat-sifat-Nya pun harus
direalisasikan dalam segala sikap dan tindakan. Sehingga kepercayaan jiwanya
akan terpenuhi melalui realitas kepercayaannya itu. Karena dalam
sifat-sifat-Nya itu terkandung jawaban-jawaban terhadap keperluan jiwa manusia.
Misalnya saja, kita mencoba
meninjau sifat wujud (Maha Ada) ALLooh
yang harus kita imani. ALLooh itu Maha Ada sekalipun pembuktian tentang ada-Nya
itu tidak mungkin bila yang dimaksudkan dalam pembuktian ini adalah Dzat-Nya.
Sebab kemampuan ilmu pengetahuan sangat
terbatas, sedangkan pembuktian Dzat ALLooh itu di luar kemampuan ilmu
pengetahuan.
Adanya ALLooh SWT adalah abadi
dan tidak akan hilang selamanya. Seperti telah difirmankan dalam surah
Al-Baqoroh ayat 255 yang dikenal dengan ayat kursi.
“ALLooh tiada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus
mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk
dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang
dapat memberi syafaat di sisi ALLooh tanpa izin-Nya? ALLooh mengetahui apa yang
ada di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui
apa-apa dari ilmu ALLooh melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi (kekuasaan)
ALLooh meliputi langit dan bumi. Dan ALLooh tidak merasa berat memelihara
keduanya, dan ALLooh Maha Tinggi dan Maha Besar.” [QS. Al-Baqoroh:255]
Keimanan kepada ALLooh sebagaimana digambarkan
oleh ayat itu mempunyai arti yang sangat besar bagi kesehatan jiwa manusia.
Manusia bisa mengadu, mengeluh, meminta pertolongan, perlindungan, keadilan dan
lain sebagainya di saat apa pun dan di mana pun dia memerlukannya. Orang yang
beriman tidak akan merasa kesepian, karena dia merasa bahwa ALLooh selalu ada,
jaga dan mengetahui apa saja. Oleh karena itu, dia akan terhindar dari salah
satu penyebab keresahan dan kecemasan, yaitu merasa kesepian dan tiada tempat pengungkapan
perasaan.
Sebagai
contoh dapat kita lihat yang terjadi di sekitar kita. Tidak jarang orang
menderita gangguan kejiwaan, karena ditinggalkan oleh orang yang disayanginya
dan karena tidak mendapatkan orang untuk dijadikan tempat mengeluh yang mana
memahami dan menolonginya. Akan tetapi bagi orang yang percaya akan adanya
ALLooh, tidak akan merasa kesepian di mana pun berada. Sekalipun dia sendirian,
dia merasa tidak sendirian. Sebab hatinya tahu bahwa ALLooh SWT tidak jauh.
Dekat sekali. Bahkan lebih dekat dari urat lehernya.
Tidak
jarang pula kita jumpai orang berputus asa dalam hidupnya, bila ia ditinggalkan
orang dan merasa kesepian. Seorang remaja misalnya, betapa sengsaranya bila
ditinggal lari oleh teman karibnya, yang kadang-kadang sampai menyebabkan perbuatan
nekad seperti bunuh diri dan sebagainya. Dan tidak sedikit orang yang menjadi
bingung bahkan kadang-kadang jatuh kepada penderitaan karena kesepian lantaran
ditinggal pergi oleh semua orang yang dulu mencintainya. Terasa sempitlah alam
yang luas ini. Juga terasa sepilah jagat raya ini bagi seorang yang berputus asa dan tidak
percaya akan adanya Yang Maha Ada (ALLooh).
Jadi,
dapat kita simpulkan bahwa percaya akan adanya ALLooh akan menentramkan batin,
karena ada tempat untuk mengeluh dan mengungkapkan segala rasa hati. Dengan
kepercayaan akan adanya ALLooh, manusia akan tergolong dalam melepaskan diri
dari ikatan benda dan segala sesuatu yang bersifat material serta meringankan
segala penderitaan batin yang terjadi. Kepercayaan kepada ALLooh SWT merupakan
unsur terpenting dalam hidup manusia. Seorang filsuf berkata: “Sesungguhnya hati tanpa iman kepada ALLooh
SWT tak ubahnya seperti pengadilan tanpa hakim.”
Bagi
seorang yang beriman juga tidak akan takut kehilangan pekerjaan atau mata
pencaharian jika tidak menurut atasannya yang tidak benar. Bagi orang mukmin,
dunia ini luas. Rochmat ALLooh SWT dimana-mana ada. Dia yakin bahwa ALLooh itu
“Ar-Rozzaaq (Maha Pemberi Rezeki) dan Ar-Rochiim (Maha Pengasih)”, yang
keduanya juga merupakan sifat ALLooh. Dan masih banyak lagi sifat-sifat yang
lain, yang bila kita cari hikmahnya tentu akan kita temukan manfaatnya bagi
kehidupan kita, hingga kita akan merasa tentram dalam menjalani kehidupan ini.
Dengan
adanya keyakinan yang kuat terhadap ALLooh dan sifat-sifat-Nya itu, kita dapat
memohon kepada-Nya, setiap kali perasaan takut atau cemas datang menghantui.
Hati kita akan ditenangkan-Nya dan terlepas dari rasa takut dan cemas yang
mencekam dengan berpegang pada janji ALLooh dalam surah Ar-Ro’ad ayat 28:
“Orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tentram dengan mengingat ALLooh. Ingatlah, hanya dengan mengingat ALLooh, hati
kita akan menjadi tentram.”
WALLOOHU
A’LAM BISH SHOWAAB
0 comments:
Post a Comment