Friday, March 16, 2018

Mukjizat Isro’ Mi’roj

Hasil gambar untuk isro dan mi'roj nabiIsro’ adalah perjalanan Nabi SAW dari Masjid Charom di Makkah ke Masjidil Aqsho di Al-Quds. Mi’roj adalah kenaikan RosuuluLLooh SAW menembus lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu semua makhluq, malaikat, manusia, dan jin. Semua itu ditetentangmpuh dalam semalam.

Jumhur kaum muslimin sepakat bahwa perjalanan ini dilakukan RosuuluLLooh SAW dengan jasad dan ruh. Karena itu, ini merupakan salah satu mukjizatnya yang mengagungkan yang dikaruniakan ALLooh kepadanya.

Kisah perjalanan ini disebutkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim secara lengkap di dalam Shohihnya. Disebutkan bahwa dalam perjalanan ini, RosuuluLLooh SAW menunggang buroq yakni satu jenis binatang yang lebih besar dari keledai dan lebih kecil sedikit dari unta. Binatang ini berjalan dengan langkah sejauh mata memandang. Disebutkan pula bahwa Nabi SAW memasuki Masjidil Aqsho lalu sholat dua roka’at di dalamnya. Malaikat Jibril AS kemudian datang kepadanya seraya membawa segelas khomr dan segelas susu. Nabi SAW lalu memilih susu. Setelah itu, malaikat Jibril berkata: “Engkau telah memilih fitrah.” Dalam perjalanan ini, RosuuluLLooh SAW naik ke langit pertama, kedua, ketiga dan seterusnya sampai ke Sidrotul Muntaha. Di sinilah kemudian ALLooh mewahyukan kepadanya apa yang telah diwahyukan, di antaranya kewajiban sholat lima pulu kali sehari semalam.

Keesokan harinya, RosuuluLLooh SAW menyampaikan apa yang disaksikannya kepada penduduk Makkah. Akan tetapi, oleh kaum musyrik, berita ini didustakan dan ditertawakan. Sebagian mereka menantang RosuuluLLooh untuk menggambarkan Baitul Maqdis jika benar ia telah pergi dan melakukan sholat di dalamnya. Padahal ketika menziarohinya, tidak pernah terlintas dalam pikiran RosuuluLLooh SAW untuk menghafal bentuknya dan menghitung tiang-tiangnya. ALLooh kemudian memperlihatkan bentuk dan gambar Baitul Maqdis di hadapan RosuuluLLooh SAW sehingga dengan mudah beliau menjelaskannya secara rinci sebagaimana yang mereka minta.

Imam Bukhori dan Imam Muslim meriwayatkan bahwa RosuuluLLooh SAW bersabda: “Ketika kaum Quroisy mendustakan aku, aku berdiri di Hijr Ismail, lalu ALLooh memperlihatkan Baitul Maqdis kepadaku. Kemudian aku kabarkan kepada mereka tentang tiang-tiangnya dari apa yang aku lihat.”

Berita ini oleh sebagian kaum musyrikin disampaikan kepada Sayyidina Abu Bakar dengan harapan dia akan menolaknya. Ternyata Sayyidina Abu Bakar menjawab, “Jika memang benar Muchammad yang mengatakannya, dia telah berkata benar dan sungguh aku akan membenarkannya lebih dari itu.”
Pada pagi hari dari malam Isro’ itu, malaikat Jibril AS datang kepada RosuuluLLooh SAW mengajarkan cara sholat dan menjelaskan waktu-waktunya. Sebelum disyariatkannya sholat lima waktu, RosuuluLLooh SAW melakukan sholat dua roka’at di pagi hari dan dua roka‘at di pagi hari dan dua roka’at di sore hari sebagaimana dilakukan oleh Nabi Ibrohim AS.

 BEBERAPA IBROH

Pertama, kedudukan mukjizat Isro’ dan Mi’roj di antara peristiwa-peristiwa yang telah di alami RosuuluLLooh SAW pada waktu itu. RosuuluLLooh SAW telah merasakan berbagai penyiksaan dan gangguan yang dilancarkan kaum Quroisy kepadanya. Di antara penderitaan terakhir (sampai terjadinya Isro’ dan Mi’roj) ialah apa yang dialami ketika hijrah ke Thoif. Perasaan tidak berdaya sebagai manusia dan betapa perlunya pembelaan terungkapkan seluruhnya dalam doa Nabi SAW yang diucapkan setelah tiba di kebun kedua anak Robi’ah. Dalam munajatnya ini pula terungkap makna pengaduan kepada ALLooh dan keinginannya untuk mendapatkan penjagaan dan pertolongan-NYA. Beliau bahkan khawatir jangan-jangan apa yang dialaminya ini karena murka ALLooh kepadanya. Karena itu, di antara untaian doanya terucap kalimat, “Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tidak aku hiraukan.”

Kemudian setelah itu, datanglah “undangan” Isro’ dan Mi’roj sebagai penghormatan dari ALLooh dan penyegaran semangat dan ketabahannya. Di samping sebagai bukti bahwa apa yang baru dialaminya dalam perjalanan hijrah ke Thoif bukan karena ALLooh murka atau melepaskannya, melainkan hanya merupakan sunnatuLLooh yang harus berlaku pada para kekasih-NYA. Sunnah dakwah islamiyah pada setiap masa dan waktu.

Kedua, makna yang terkandung dalam perjalanan Isro’ ke Baitul Maqdis. Berlangsungnya perjalanan Isro’ ke Baitul Maqdis dan Mi’roj ke langit tujuh dalam rentang waktu yang hampir bersamaan, menunjukkan betapa tinggi dan mulia kedudukan Baitul Maqdis di sisi ALLooh. Hal ini juga merupakan bukti nyata akan adanya hubungan yang sangat erat antara ajaran Nabi Isa AS dan ajaran Nabi Muchammad SAW, ikatan agama yang satu yang diturunkan ALLooh kepada para Nabi AS.

Peristiwa ini juga memberikan isyarat bahwa kaum Muslimin di setiap tempat dan waktu harus menjaga dan melindungi rumah suci (Baitul Maqdis) ini keserakahan musuh-musuh Islam. Seolah-olah hikmah ilahiyah ini mengingatkan kaum Muslimin zaman sekarang agar tidak takut dan menyerah menghadapi kaum Yahudi yang tengah menodai dan merampas rumah suci ini, untuk membebaskannya dari tangan-tangan najis dan mengembalikannya kepada pemiliknya, kaum Muslimin.
Siapa tahu? Barangkali peristiwa Isro’ yang agung inilah yang menggerakkan Sholachuddin Al-Ayyubi untuk menggerakkan kekuatannya melawan serbuan-serbuan Salibis dan mengusirnya dari rumah suci ini!

Ketiga, pilihan Nabi SAW terhadap minuman susu, ketika malaikat Jibril menawarkan dua jenis minuman, susu dan khomr, merupakan isyarat secara simbolik bahwa Islam adalah agama fitrah yakni agama yang aqiidah dan seluruh hukumnya sesuai dengan tuntutan fitrah manusia. Di dalam Islam tidak ada sesuatu pun yang bertentangan dengan tabiat manusia. Seandainya fitrah berbentuk jasad, niscaya Islam akan menjadi bajunya yang pas.

Faktor inilah yang menjadi rahasia mengapa Islam begitu cepat tersebar dan diterima manusia. Hal ini karena betapapun tingginya budaya dan peradaban manusia dan betapapun manusia telah mereguk kebahagiaan material, ia akan tetap cenderung ingin melepaskan segala bentuk beban dan ikatan-ikatan yang jauh dari tabiatnya Islam adalah satu-satunya sistem yang dapat memenuhi semua tuntutan fitrah manusia.

Keempat, jumhur ulama, baik salaf maupun kholaf, telah sepakat bahwa Isro’ dan Mi’roj dilakukan dengan jasad dan ruh Nabi SAW. Imam Nawawi berkata di dalam Syarhu Muslim, “Pendapat yang benar menurut kebanyakan kaum Muslimin, ulama salaf, semua fuqoha, ahli hadits, dan ahli ilmu tauhid adalah bahwa Nabi SAW di-isro’kan dengan jasad dan ruhnya. Semua nash menunjukkan hal ini dan tidak boleh ditakwilkan dari dzhohirnya kecuali dengan dalil.
Imam Ibnu Hajar di dalam Syarahnya terhadap Imam Bukhooriy, berkata: “Sesungguhnya, Isro’ dan Mi’roj terjadi pada suatu malam, dalam keadaan sadar, dengan jasad dan ruhnya. Pendapat inilah yang diikuti oleh jumhur ulama, ahli hadits, ahli fiqih, dan ahli ilmu kalam. Semua arti dzhohir dari hadit-hadits shohih menunjukkan pengertian tersebut tidak boleh dipalingkan dari pengertian lain karena tidak ada sesuatu yang mengusik akal untuk menakwilkannya.”

Di antara dalil yang secara tegas menunjukkan bahwa Isro’ dan Mi’roj ini dilakukan dengan jasad dan ruh ialah sikap kaum Quroisy yang menentang keras kebenaran peristiwa ini. Bila peristiwa ini hanya melalui mimpi kemudian RosuuluLLooh SAW mengatakannya demikian kepada mereka, niscaya tidak akan mengundang keheranan dan pengingkaran sedemikian rupa. Hal ini karena penglihatan dalam mimpi itu tidak ada batasnya. Bahkan mimpi seperti itu, pada waktu itu, bisa saja dialami oleh orang muslim dan kafir. Bila peristiwa ini hanya dilakukan dengan ruh, niscaya mereka tidak akan bertanya tentang gambaran Baitul Maqdis untuk memastikan dan menentangnya.


 Mengenai bagaimana mukjizat ini berlangsung dan bagaimana akal dapat menggambarkannya maka sesungguhnya mukjizat ini tidak jauh berbeda dari mukjizat alam semesta dan kehidupan ini! WALLOOHU A’LAM BISH SHOWAAB

0 comments:

Post a Comment