Sifat berani untuk menghadapi kenyataan hidup haruslah tertancap
dalam jiwa setiap individu, karena itu merupakan sumber kekuatan motivasi agar
manusia menjadi makhluk yang berdaya guna dan berhasil guna, sukses dalam
segala aspek kehidupannya tanpa merasa lelah dan tetap semangat serta pantang
mundur walaupun sejengkal jika yang dikejarnya belum didapat dan belum menjadi
kenyataan.
Dengan sifat itu, manusia akan dapat memecahkan segala persoalan dan
problema yang dihadapinya, dapat menerobos dinding-dinding kesulitan dan dapat
membuka lebar-lebar tirai kemelut yang menutupinya.
Berani adalah perimbangan antara dua sifat yang tercela, yaitu
pengecut dan membabi buta. Pengecut membuat jiwa manusia menjadi ciut
menghadapi realita kehidupan, sebaliknya membabi buta membawa dirinya untuk
nekad dan tanpa perhitungan. Nah disinilah keberanian berperan sebagai penengah
dan jalan ke luar menuju keberhasilan dan keselamatan. Berani adalah maju ke
depan bila hal itu dipandangnya sebagai salah satu ketetapan yang bulat dan
pasti, atau mundur teratur jika mundur itu dianggap lebih berhati-hati.
Ada dua macam keberanian, yaitu keberanian yang bersifat fisik dan
keberanian yang bersifat mental.
Keberanian yang bersifat fisik digunakan oleh seseorang untuk
mempertahankan haknya dan mempertahankan tanah airnya dari serangan musuh yang
berniat jahat, menumpas segala bentuk kedzholiman di jalan ALLOOH demi
ketentraman dan kejayaan bangsa hingga titik darah penghabisan. Hidup atau
mati, kalah atau menang baginya tak menjadi persoalan. Jika menang berarti ia
telah dapat menyandang baju kebesaran yang terbuat dari kain sutra yang halus
dan empuk kepada ibu pertiwi tempat ia dilahirkan, dan menghiasinya dengan
permadani yang indah permai.
Bila gagal dan mati, ia berhak disebut pahlawan, dan akan menerima
pahala syuhada’ jika amal baiknya tulus dan ikhlas.
Sedangkan keberanian yang bersifat mental adalah sifat yang
dipergunakan seseorang untuk menginsafkan orang-orang jahat dari kejahatannya,
dan menyadarkan orang-orang dzholim dari perbuatan kedzholimannya, atau
menuntun orang yang tersesat dari kesesatannya, dan memberikan bimbingan dan
nasihat, mengajak dan menganjurkan masyarakat ke jalan yang lurus dan benar
sehingga mereka kembali ke dalam pangkuan Tuhan mereka dengan ridhoNYA.
Bila sifat tersebut sudah luntur dari jiwa manusia, maka yang
dzholim akan bertambah jahat, yang jahat akan semakin sesat, dan yang sesat
menjadi lebih leluasa dan merajalela dengan kesesatannya. Semuanya akan
berpijak di atas rel-rel yang bengkok yang hanya saja akan mengantarkan mereka
ke lembah kehancuran yang mencekam.
Jika sifat ini semakin meluntur dari jiwa suatu bangsa maka negaranya akan pecah berkeping-keping
menjadi puing-puing yang berantakan, menjadi negara yang tidak bermartabat.
Dimana-mana terdengar pekikan dan jeritan tragis dari orang-orang yang meminta
uluran tangan tapi tak seorangpun yang mendengarnya dan mau memberi
pertolongan.
Di sudut lain nampak petualang dan pecandu kemaksiatan bergerombol
dengan tak sekilas pun merasa malu atau takut karena tidak satu pun yang berani
tampil untuk memberikan teguran dan nasehat.
Di ujung sana terjadi malapetaka yang dahsyat dimana manusia telah
memperbudak manusia lain dengan sewenang-wenang. Dan di ujung sini timbul
bermacam huru-hara yang berakibat kehancuran kebudayaan suatu bangsa,
menginjak-injak kemerdekaan serta hak asasinya sehingga sebutan bangsa yang
merdeka dan bermartabat hanyalah tinggal nama yang diucapkan belaka.
Inilah akibatnya bila suatu bangsa yang penduduknya sudah kehilangan
sifat keberanian, baik keberanian secara fisik maupun keberanian secara mental.
Andaikata mereka mempertahankan, menolak dengan membabi-buta, mereka
akan mengalami nasib yang sama seperti nasib yang diperoleh oleh si pengecut
itu. Sebab penampilan mereka yang serta merta tanpa pikir dan tidak dengan
persiapan yang matang untuk melawan musuh, maka mereka akan mati konyol dan
sia-sia.
Jadikanlah sifat berani itu sebagai watakmu. Berpegang teguhlah
dengan talinya. Jangan biarkan sifat pengecut dan membabi buta itu menyusup di
dalam hatimu. Pengecut adalah sebagian dari kebodohan. Membabi buta adalah
sebagian dari ketololan. Berani itulah sifat orang-orang yang beriman kepada
ALLOOH dan hari kemudian.
JANGAN MEMBABI BUTA
Ingatlah! Bahwa pengecut itu merupakan akhlaq yang hina dan kehinaan
si pengecut itu amatlah besar. Demikian pula dengan sifat orang-orang yang yang
membabi buta, karena kedua sifat itu secara langsung memberi madhorot terhadap
manusia.
Pengecut dalam berbicara dapat merendahkan martabat. Pengecut dalam
tindak tanduk, menyebabkan seseorang tidak sukses dalam mencapai cita-citanya.
Sedangkan sembrono dalam melaksanakan suatu pekerjaan menyebabkan kekecewaan
yang tak terhingga.
Banyak kita saksikan orang-orang yang tergesa-gesa, mengerjakan
sesuatu pekerjaan dengan tiada berfikir, tak lama setelah itu mereka mundur
teratur tidak sanggup lagi untuk meneruskannya. Kemudian semangatnya dingin dan
kemauannya luntur. Kira-kira apa rahasianya?
Orang yang mau berfikir akan mendapatkan rahasianya secara gamblang,
sebab suatu pekerjaan, bisa terjadi dan tidak terjadi. Jika pekerjaan itu sudah
dipertimbangkan dengan masak-masak, dan bisa terlaksana maka dengan kebulatan
tekadnya ia terus dilangsungkan. Tetapi apabila menurut pertimbangan akalnya
akan terjadi sebaliknya, maka ia lebih baik mundur teratur karena diperkirakan
hanya akan membuang-buang energi dan percuma.
Sifat sembrono dan pengecut sama-sama berbahaya, karena kedua-duanya
tidak membawa hasil apa-apa dalam segala pekerjaan.
Misalnya seorang yang engkau lihat telah melakukan penyelewangan,
sedangkan engkau takut untuk memberikan saran-saran kepadanya, maka ia akan
tersesat jalan. Demikian pula jika kamu langsung menegurnya secara kasar dan
paksa, maka itu akan menyinggung perasaannya dan ia tidak akan menghiraukan
nasihatmu, bahkan ia akan memusuhi dirimu, atau semakin menjadi-jadi
kedurhakaannya. Jadi usahamu itu akan hilang dengan sia-sia dan percuma tiada
guna serta tidak menghasilkan apa-apa.
Sembarangan dan sembrono adalah rahasia paling besar di antara
berbagai rahasia yang menyebabkan terjadinya kekecewaan dalam segala lapangan
kerja. Dan ia menjadi sumber pertama dari kenyataan yang menyebabkan kita
selalu berhampa tangan dalam usaha.
Jauhilah sifat sembarangan, buanglah sifat membabi buta dan
hindarilah perbuatan sembrono, karena ia sumber kerugian yang amat besar.
Waspadalah, bahwa akibat yang ditimbulkan oleh sifat membabi buta ini sangatlah
besar dan berbahaya.
0 comments:
Post a Comment