Thursday, December 21, 2017

BERJIWA PEMBERANILAH

Sifat berani untuk menghadapi kenyataan hidup haruslah tertancap dalam jiwa setiap individu, karena itu merupakan sumber kekuatan motivasi agar manusia menjadi makhluk yang berdaya guna dan berhasil guna, sukses dalam segala aspek kehidupannya tanpa merasa lelah dan tetap semangat serta pantang mundur walaupun sejengkal jika yang dikejarnya belum didapat dan belum menjadi kenyataan.

Jadilah Muslim Pemberani!Dengan sifat itu, manusia akan dapat memecahkan segala persoalan dan problema yang dihadapinya, dapat menerobos dinding-dinding kesulitan dan dapat membuka lebar-lebar tirai kemelut yang menutupinya.

Berani adalah perimbangan antara dua sifat yang tercela, yaitu pengecut dan membabi buta. Pengecut membuat jiwa manusia menjadi ciut menghadapi realita kehidupan, sebaliknya membabi buta membawa dirinya untuk nekad dan tanpa perhitungan. Nah disinilah keberanian berperan sebagai penengah dan jalan ke luar menuju keberhasilan dan keselamatan. Berani adalah maju ke depan bila hal itu dipandangnya sebagai salah satu ketetapan yang bulat dan pasti, atau mundur teratur jika mundur itu dianggap lebih berhati-hati.

Ada dua macam keberanian, yaitu keberanian yang bersifat fisik dan keberanian yang bersifat mental.
Keberanian yang bersifat fisik digunakan oleh seseorang untuk mempertahankan haknya dan mempertahankan tanah airnya dari serangan musuh yang berniat jahat, menumpas segala bentuk kedzholiman di jalan ALLOOH demi ketentraman dan kejayaan bangsa hingga titik darah penghabisan. Hidup atau mati, kalah atau menang baginya tak menjadi persoalan. Jika menang berarti ia telah dapat menyandang baju kebesaran yang terbuat dari kain sutra yang halus dan empuk kepada ibu pertiwi tempat ia dilahirkan, dan menghiasinya dengan permadani yang indah permai.

Bila gagal dan mati, ia berhak disebut pahlawan, dan akan menerima pahala syuhada’ jika amal baiknya tulus dan ikhlas.

Sedangkan keberanian yang bersifat mental adalah sifat yang dipergunakan seseorang untuk menginsafkan orang-orang jahat dari kejahatannya, dan menyadarkan orang-orang dzholim dari perbuatan kedzholimannya, atau menuntun orang yang tersesat dari kesesatannya, dan memberikan bimbingan dan nasihat, mengajak dan menganjurkan masyarakat ke jalan yang lurus dan benar sehingga mereka kembali ke dalam pangkuan Tuhan mereka dengan ridhoNYA.

Bila sifat tersebut sudah luntur dari jiwa manusia, maka yang dzholim akan bertambah jahat, yang jahat akan semakin sesat, dan yang sesat menjadi lebih leluasa dan merajalela dengan kesesatannya. Semuanya akan berpijak di atas rel-rel yang bengkok yang hanya saja akan mengantarkan mereka ke lembah kehancuran yang mencekam.

Jika sifat ini semakin meluntur dari jiwa suatu bangsa  maka negaranya akan pecah berkeping-keping menjadi puing-puing yang berantakan, menjadi negara yang tidak bermartabat. Dimana-mana terdengar pekikan dan jeritan tragis dari orang-orang yang meminta uluran tangan tapi tak seorangpun yang mendengarnya dan mau memberi pertolongan.

Di sudut lain nampak petualang dan pecandu kemaksiatan bergerombol dengan tak sekilas pun merasa malu atau takut karena tidak satu pun yang berani tampil untuk memberikan teguran dan nasehat.

Di ujung sana terjadi malapetaka yang dahsyat dimana manusia telah memperbudak manusia lain dengan sewenang-wenang. Dan di ujung sini timbul bermacam huru-hara yang berakibat kehancuran kebudayaan suatu bangsa, menginjak-injak kemerdekaan serta hak asasinya sehingga sebutan bangsa yang merdeka dan bermartabat hanyalah tinggal nama yang diucapkan belaka.

Inilah akibatnya bila suatu bangsa yang penduduknya sudah kehilangan sifat keberanian, baik keberanian secara fisik maupun keberanian secara mental.

Andaikata mereka mempertahankan, menolak dengan membabi-buta, mereka akan mengalami nasib yang sama seperti nasib yang diperoleh oleh si pengecut itu. Sebab penampilan mereka yang serta merta tanpa pikir dan tidak dengan persiapan yang matang untuk melawan musuh, maka mereka akan mati konyol dan sia-sia.

Jadikanlah sifat berani itu sebagai watakmu. Berpegang teguhlah dengan talinya. Jangan biarkan sifat pengecut dan membabi buta itu menyusup di dalam hatimu. Pengecut adalah sebagian dari kebodohan. Membabi buta adalah sebagian dari ketololan. Berani itulah sifat orang-orang yang beriman kepada ALLOOH dan hari kemudian.

JANGAN MEMBABI BUTA

Ingatlah! Bahwa pengecut itu merupakan akhlaq yang hina dan kehinaan si pengecut itu amatlah besar. Demikian pula dengan sifat orang-orang yang yang membabi buta, karena kedua sifat itu secara langsung memberi madhorot terhadap manusia.

Pengecut dalam berbicara dapat merendahkan martabat. Pengecut dalam tindak tanduk, menyebabkan seseorang tidak sukses dalam mencapai cita-citanya. Sedangkan sembrono dalam melaksanakan suatu pekerjaan menyebabkan kekecewaan yang tak terhingga.

Banyak kita saksikan orang-orang yang tergesa-gesa, mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan tiada berfikir, tak lama setelah itu mereka mundur teratur tidak sanggup lagi untuk meneruskannya. Kemudian semangatnya dingin dan kemauannya luntur. Kira-kira apa rahasianya?

Orang yang mau berfikir akan mendapatkan rahasianya secara gamblang, sebab suatu pekerjaan, bisa terjadi dan tidak terjadi. Jika pekerjaan itu sudah dipertimbangkan dengan masak-masak, dan bisa terlaksana maka dengan kebulatan tekadnya ia terus dilangsungkan. Tetapi apabila menurut pertimbangan akalnya akan terjadi sebaliknya, maka ia lebih baik mundur teratur karena diperkirakan hanya akan membuang-buang energi dan percuma.

Sifat sembrono dan pengecut sama-sama berbahaya, karena kedua-duanya tidak membawa hasil apa-apa dalam segala pekerjaan.

Misalnya seorang yang engkau lihat telah melakukan penyelewangan, sedangkan engkau takut untuk memberikan saran-saran kepadanya, maka ia akan tersesat jalan. Demikian pula jika kamu langsung menegurnya secara kasar dan paksa, maka itu akan menyinggung perasaannya dan ia tidak akan menghiraukan nasihatmu, bahkan ia akan memusuhi dirimu, atau semakin menjadi-jadi kedurhakaannya. Jadi usahamu itu akan hilang dengan sia-sia dan percuma tiada guna serta tidak menghasilkan apa-apa.

Sembarangan dan sembrono adalah rahasia paling besar di antara berbagai rahasia yang menyebabkan terjadinya kekecewaan dalam segala lapangan kerja. Dan ia menjadi sumber pertama dari kenyataan yang menyebabkan kita selalu berhampa tangan dalam usaha.


Jauhilah sifat sembarangan, buanglah sifat membabi buta dan hindarilah perbuatan sembrono, karena ia sumber kerugian yang amat besar. Waspadalah, bahwa akibat yang ditimbulkan oleh sifat membabi buta ini sangatlah besar dan berbahaya.

0 comments:

Post a Comment