Siapa di antara kita yang tidak suka disanjung dan dipuji? Pastilah
semua orang menginginkannya dan merasa senang bila dirinya disanjung dan
dipuji, asalkan sanjungan tersebut sesuai dan tidak membuat seseorang lupa
daratan.
Sanjungan yang berlebihan dapat menjerumuskan seseorang pada
perbuatan tercela, sehingga ia menganggap bahwa dirinya adalah orang yang
paling hebat, sempurna, terpuji dan terhormat. Dengan demikian, dia akan
menilai bahwa derajat dan kehormatan seseorang itu ditentukan oleh sedikit
banyaknya orang yang memuji. Jika yang memuji sedikit, maka derajatnya rendah,
sebaliknya jika yang memuji itu banyak maka dia termasuk orang yang terhormat
dan mulia.
Hanya orang bodoh dan orang yang hatinya telah dikuasai oleh luapan
hawa nafsu akan lupa daratan dan tidak mengerti makna dan tujuan sanjungan.
Sehingga ia menilai bahwa sanjungan merupakan ukuran untuk mengukur kemuliaan
seseorang. Dari pemikiran inilah akhirnya ia melakukan berbagai cara untuk
mendapatkan sanjungan.
Orang yang gila sanjungan adalah orang yang kehilangan kepercayaan
diri sehingga ia membutuhkan orang lain untuk memujinya. Baginya pujian adalah
segala-galanya dan nilai yang sangat berharga untuk membuktikan kalau
keberadaannya ada dan diakui. Oleh sebab itu, jika apa yang ia lakukan tidak
mendapat pujian maka dia sangat kebingungan dan bersedih, karena hal itu,
menunjukkan kelemahannya dirinya. Dari sinilah akhirnya ia berusaha melakukan
sesuatu dengan tujuan untuk mendapatkan pujian dan sanjungan. Tingkah laku
orang seperti ini menandakan kalau hatinya terserang penyakit gila sanjungan.
Penyakit ini sangat berbahaya dan bisa mempengaruhi terhadap perkembangan
mental dan perilakunya.
Seorang yang terpedaya oleh rayuan hawa nafsu, ia akan selalu
condong dipuja dan disanjung, ia selalu mengharapkan sanjungan dari apa yang
dilakukannya. Baginya sanjungan itu adalah arak yang dituangkan ke dalam
mulutnya. Akhirnya ia pun mabuk kepayang seolah-olah dunia telah jadi miliknya.
Ia tak sadar bahwa sesungguhnya itu hanyalah sebuah tamparan belaku. Bila ada
seorang yang mengkritik pekerjaan dan membimbingnya ke jalan yang benar, ia
tidak mau menerimanya, keningnya berkerut, berpaling dengan congkaknya. Inilah
tipe orang yang gila kehormatan yang senang disanjung, dan suka memuji dirinya
sendiri, tetapi ia lupa terhadap belang dan kekurangan yang menumpuk di
pundaknya.
Bagi orang yang berakal sehat dan berhati jernih, tidak akan merasa
gembira dengan sanjungan yang ditujukan kepadanya, sanjungan itu malah akan
menjadi beban bagi dirinya. Ia sadar bahwa orang yang menyanjungnya itu hanya
menyebutkan kebaikan saja, sedangkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan
ditutup-tutupi. Ia tidak suka kepada sanjungan dan pengakuan dari orang lain,
karena itu akan membuatnya lupa, ia lebih suka kritikan yang bersifat
konstruktif. Karena hal itu merupakan penunjuk kekurangan dan kesalahan,
sehingga dirinya dapat terhindar dari kesalahan yang lebih fatal. Dengan
demikian, jiwanya akan tetap suci dari kecongkakan, bersih dari akhlaq tercela.
Seorang ahli hikmah berkata: “Yang disebut sahabat adalah orang yang berkata
benar kepadamu, bukan orang yang selalu membenarkan kamu.”
Orang yang gila terhadap sanjungan pada akhirnya mabuk pada pemujaan
terhadap dirinya sendiri, ia merasa lebih baik, lebih mulia, lebih pandai,
lebih terhormat, dan lebih hebat dari yang lain, ia akan merasa sempurna dan
tidak ada orang lain yang sanggup untuk menandinginya.
Ada sebagian ahli hikmah ditanya: “Apa kebenaran yang buruk itu?”.
Ia menjawab: “Seseorang yang memuji terhadap dirinya sendiri.”
Waspadalah dan janganlah kita cepat mabuk terhadap pujian dan
sanjungan, sebab tidak sedikit orang yang tertipu dan tergelincir dalam
kesesatan karena pujian dan sanjungan. Janganlah kita mudah terkecoh oleh
kata-kata indah yang keluar dari mulut orang yang menyanjung kita. Karena
kebanyakan dari mereka hanya manis di bibir saja, pandai bersandiwara, ingin
memikat hati kita, dan mengharapkan jatuhnya sepersen uang dari saku kita atau
keuntungan lainnya. Jauhilah jalan ini, karena ia hanya membawa kepada
perbuatan dusta. Dusta merupakan dosa yang paling jahat dan keji. Berpegang
teguhlah kepada orang yang dengan ikhlas mengkritik amal perbuatan kita,
menampakkan kesalahan-kesalahan yang kita lakukan, serta mau membimbing kita ke
jalan yang lurus yang diridhoi ALLooh SWT.
Orang yang gila sanjungan adalah orang yang tertipu, yang tidak
menyadari bahwa dirinya telah terjebak dalam perbuatan riya’ dan sum’ah. Semua
amalnya hanya ditujukan kepada manusia agar dirinya memperoleh pujian dan
sanjungan. Inilah orang yang tolol yang tidak bisa mempergunakan akal
sehatnya, ia merelakan jerih payah
amalnya sirna di hadapan ALLooh SWT, hanya ingin mengharapkan pujian dan
sanjungan di depan manusia.
Sahabat Sayyidina Ali KWH mengatakan, bahwa setiap amal yang
mengharapkan kunjungan sanjungan dan pujian dari manusia adalah riya’.
Sebagaimana perkataan beliau: “Orang yang riya’ itu memiliki tiga alamat,
yaitu:
1.
Malas
beramal ketika ia sendirian dan giat beramal ketika dirinya berada di tengah
orang banyak;
2.
Menambah
amaliyahnya ketika dirinya dipuji; dan
3.
Mengurangi
amaliyahnya ketika dirinya dicela.
Karena letaknya riya’ dan gila sanjungan itu bersumber dari hati,
maka bersihkanlah hati dari noda cela ini, karena ia termasuk penyakit hati
yang bisa menelanjangi amal kita. Hiasi dan taburilah jiwa kita dengan akhlaq
yang terpuji, singkirkanlah jauh-jauh perasaan kita dari mabuk sanjungan dan
kehormatan, karena ini merupakan tipu
daya setan yang akan menyesatkan kita. Mohonlah ampunan kepada ALLooh
dari segala noda yang pernah melekat dalam hati kita, Insyaa ALLooh kita akan
selamat.
WALLOOHU A’LAM BISH SHOWAAB
0 comments:
Post a Comment