Dalam sejarah banyak ditulis tentang hari, bulan dan tahun kelahiran beliau SAW, ulama ahli sejarah pun kadang berbeda pendapat dalam menentukan hal itu, namun yang masyhur menurut jumhur ulama, beliau SAW dilahirkan pada pagi hari, Senin 12 Robii’ul Awwal, tahun gajah. Seperti dikatakan oleh Imam Ibnu Hisyam dalam kitab Sirohnya, menukil dari Ibnu Ishaq.
Dinamakan tahun gajah karena pada tahun tersebut Raja Abrahah yang angkuh dari Yaman datang ke Makkah hendak menghancurkan Ka’bah dan ingin memalingkan kiblat ummat saat itu menuju Yaman. Tapi ternyata ALLOOH memelihara Ka’bah, tidak berkenan dengan perbuatan itu sehingga Abrahah dan tentaranya dibinasakan dengan batu-batu panas yang diambilkan dari neraka, dilemparkan oleh sekelompok burung Ababil.
Kemudian, bermula dari bulan kelahiran Nabi Muchammad SAW inilah saat ini kaum muslimin serentak di berbagai daerah mengadakan peringatan Maulid Nabi Muchammad SAW, apalagi hari ini bertepatan dengan hari kelahiran nabi yang mulia, hampir sebulan penuh mereka mengisi hari-hari tersebut dengan mengumpulkan orang-orang membaca kitab maulid, bersholawat memuji RosuuluLLooh SAW dan mendengarkan ceramah agama kemudian menikmati hidangan seadanya.
Kesemuanya itu tidak lain adalah perwujudan kesenangan hatinya menyambut datangnya bulan yang mulia ini. Yang ujung-ujungnya bahwa semua ini adalah realisasi dari kecintaannya kepada RosuuluLLooh SAW. Semua yang berkaitan dan berhubungan dengan beliau SAW menjadi mulia. Semua yang dinisbatkan kepada beliau menjadi terhormat. Ini semata-mata karena kemuliaan dan kehormatan beliau SAW.
Hari senin menjadi mulia karena pada hari itu dilahirkan Nabi Muchammad SAW, Nabi yang paling mulia, bulan Robii’ul Awwal menjadi bulan yang agung, ditunggu-tunggu kehadirannya oleh kaum muslimin, karena pada bulan Robii’ul Awwal ini dilahirkan Nabi Muchammad SAW yang ditunggu-tunggu seluruh alam persada. Karena beliaulah Nabi pembawa dan penyebar Rochmat untuk sekalian alam.
Peringatan maulid semacam ini sudah dilakukan oleh kaum muslimin sejak zaman dahulu. Para imam, ulama dan masyarakat awam pun ikut memeriahkannya. Namun akhir-akhir ini banyak kita dengar beberapa kelompok yang menyatakan bahwa peringatan Maulid ini adalah bid’ah yang mengarah kepada kesesatan dan akhirnya menuju neraka.
Mereka kemudian memakai dalil yang mereka miliki untuk menguatkan pendapatnya ini. Di antaranya mereka berkata bahwa Peringatan seperti ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muchammad SAW dan para sahabat. Peringatan seperti ini hanya membuang-buang waktu dan harta dan lain sebagainya. Benarkah pernyataan seperti itu?
Lantas apakah kegiatan yang sudah turun-temurun, generasi demi generasi ini harus dibubarkan dan dinyatakan sebagai kegiatan yang menyalahi agama dan pelakunya akan terseret dalam kesesatan? TENTU TIDAK
Kita pun di sini akan mengemukakan beberapa dalil dan alasan yang menguatkan dibolehkannya melakukan peringatan Maulid Nabi SAW. Sebenarnya sudah banyak ulama menulis dalam karya beliau-beliau kitab khusus yang membahas masalah ini dan semuanya sudah sangat jelas dan akurat bahwa peringatan seperti itu boleh-boleh saja atau bahkan sangat dianjurkan apalagi di zaman seperti ini, zaman dimana-mana fitnah bertebaran, maksiat merajalela.
Perlu diketaahui bahwa perayaan atau peringatan Maulid seperti yang kita lakukan dan kita saksikan, memang tidak diadakan oleh Nabi SAW dan para sahabat, karena kesibukan beliau dalam mengemban dakwah, menyebarkan Risalah, berperang dan kesibukan lainnya.
Akan tetapi bukan berarti bahwa Beliau sama sekali tidak memperingati Maulid (kelahiran) beliau, Beliau SAW melakukannya, hanya saja beliau ungkapkan perasaan gembira tersebut dengan cara berpuasa. Seperti dalam hadits riwayat Imam Muslim, beliau SAW ditanya tentang puasa Senin yang beliau lakukan, beliau menjawab, “Pada hari itu aku dilahirkan dan pada hari itu aku diturunkan wahyu.”
Hadits di atas menunjukkan bahwa beliau senang dan bersuka cita akan hari kelahirannya walaupun kesenangan beliau ini diwujudkan dengan puasa, sedangkan kita menunjukkan kesenangan tersebut dengan cara mengumpulkan orang-orang untuk membaca Sholawat, Al Qur’an, memuji beliau, berdzikir dan bersedekah. Memang bentuk perayaannya berbeda tapi tujuan sama.
Al Imam As Sayyid Al Muchaddits Muchammad bin Alawy Al Hasani RA, menyebutkan dalil-dalil dibolehkannya melakukan peringatan Maulid Nabi Muchammad SAW, di antaranya sebagai berikut:
1. Kegembiraan dan ungkapan rasa senang terhadap keberadaan RosuuluLLooh SAW dituntut dan diperintahkan oleh Al-Qur’an sendiri, [QS. Yunus:58]
ALLOOH SWT telah memerintahkan kita untuk bergembira dengan adanya Rochmat dari ALLOOH SWT. Lalu adakah Rochmat yang lebih mulia daripada diutusnya RosuuluLLooh kepada ummat ini. Bahkan beliau sendiri merupakan Rochmat yang paling muliaa.
2. Perayaan Maulid Nabi ini akan memberikan semangat kepada orang muslim untuk memperbanyak sholawat kepada beliau ini sangat dianjurkan seperti dalam ayat Al-Qur’an: “Sesungguhnya ALLOOH dan para malaikat bersholawat kepada Nabi, wahai orang-orang yang beriman bersholawatlah kepadanya dan bersalamlah.”
Maka apapun sarana yang mendorong dan memotivasi terjadinya sesuatu yang dianjurkan oleh agama, maka saranaa itupun juga dianjurkan oleh agama.
3. Dalam peringatan Maulid, kita mendengar sejarah kelahiran beliau, tentang kehidupan beliau, mukjizat dan akhlaq perangai beliau serta pengenalan lebih dekat kepada beliau. Bukankah kita diperintahkan untuk mengenal kekasih kita Nabi Muchammad SAW, bukankah kita diperintah untuk mengikuti dan berusaha meneladani beliau.
Maka adanya peringatan Maulid yang di dalamnya dibacakan kitab-kitab maulid yang berisi sejarah kehidupan RosuuluLLooh SAW, sangat dianjurkan agar kita lebih mengenal pribadi RosuuluLLooh SAW. Siapa tak kenal maka tak sayang.
4. Mengenal dan mengetahui Syamail (akhlaq pribadi), mukjizat dan keutamaan beliau SAW menarik seseorang agar lebih cinta kepada beliau, lebih menguatkan keimanan kepada beliau. Sebab tabiat manusia akan cinta terhadap sesuatu yang indah dan baik. Manusia akan tertarik kepada budi pekerti yang baik, ilmu dan amal yang baik serta keadaan yang baik pada diri seseorang. Lalu adakah seorang manusia yang lebih baik budi pekertinya, lebih baik ilmu dan pengamalannya serta lebih sempurna keadaannya daripada RosuuluLLooh SAW?
Maka dengan adanya peringatan maulid yang di dalamnya dibacakan sejarah kehidupan dan akhlaq beliau, akan menambah keimanan, kecintaan dan kerinduan kepada RosuuluLLooh SAW. Maka sarana yang mengarahkan kepada itu sangat dianjurkan menurut agama.
5. RosuuluLLooh SAW menerangkan tentang keutamaan dan kemuliaan hari Jum’at, di antara kemuliaan itu bahwa Nabi Adam AS dilahirkan (diciptakan) pada hari Jum’at. Sebagaimana riwayat Imam Achmad, Imam Abu Daawud dan Imam Hakim.
Jika hari Jumat menjadi hari yang begitu mulia karena pada hari itu diciptakannya Nabi Adam. Tidakkah lebih pantas jika hari Senin juga menjadi hari yang mulia dan sangat istimewa karena pada hari itu dilahirkan Nabi Muchammad SAW, Sayyidul Anbiya wal Musaalin?
Maka bulan Robii’ul Awwal adalah juga layak untuk kita muliakan dan meriahkan dengan melakukan peringatan maulid karena pada bulan inilah dilahirkan Nabi Muchammad SAW.
6. Peringatan Maulid Nabi Muchammad SAW sudah dianggap baik oleh sebagian besar ulama sejak dahulu kala, sehingga sesuatu yang dianggap baik oleh para ulama maka dianjurkan untuk dilakukan dan tentunya mengandung makna atau pengertian serta faedah yang positif. Dalam hadits yang berhenti pada Sayyidina AbduLLooh bin Mas’ud RA disebutkan:
“Sesuatu yang dipandang baik oleh kaum muslimin (secara umum) maka di sisi ALLOOH hal itu adalah baik dan sesuatu yang dipandang tidak baik oleh kaum muslimin maka di sisi ALLOOH itu adalah tidak baik.”
Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang menguatkan pendapat dibolehkannya melakukan peringatan Maulid Nabi Muchammad SAW. Banyak ulama yang telah berkomentar dan memberikan pendapatnya terhadap masalah ini.
WALLOOHU A’LAM BISH SHOWAAB
0 comments:
Post a Comment