Saturday, March 25, 2017

Penyucian Hati

Pada bulan Rojab, setahun sebelum hijrah, saat beliau berusia 52 tahun, ALLOOH memperjalankan beliau SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha hingga kemudian ke Sidratul Muntaha dan bertemu dengan ALLOOH dalam sebagian kecil dari waktu malam.

Hasil gambar untuk rasul dibelah dadanyaSebelum di Isro' dan Mi'roj-kan, sekali lagi RosuuluLLooh SAW menjalani proses pembedahan dada. Selama hidupnya beliau SAW mengalami empat kali pembedahan dada. Di dalam sebuah hadits, RosuuluLLooh SAW bersabda:
"Ketika aku berada di al-Bait (yaitu BaituLLooh atau Ka'bah) antara tidur dan jaga", kemudian beliau menyebutkan tentang seorang lelaki di antara dua orang lelaki. "Lalu didatangkan kepadaku bejana dari emas yang dipenuhi dengan kebijaksanaan dan keimanan. Kemudian aku dibedah dari tenggorokan hingga perut bagian bawah. Lalu perutku dibasuh dengan air Zam-zam, kemudian diisi dengan kebijaksanaan (hikmah) dan keimanan. Dan didatangkan kepadaku binatang putih yang lebih kecil dari kuda dan lebih besar dari baghol (peranakan kuda dan keledai), yaitu Buroq. Lalu aku pergi bersama Jibril hingga kami sampai di langit dunia...." (HR. Imam Bukhori dan Imam Muslim)

Hati RosuuluLLooh SAW tidaklah kotor. Beliau SAW tidak pernah berbuat dosa, tidak memiliki penyakit iri, dengki, sombong, dendam dan berbagai penyakit hati lainnya. Beliau SAW adalah seorang Rosul yang ma'shum (terjaga dari berbuat dosa). Akan tetapi sebelum melakukan perjalanan tersebut, dada beliau SAW dibedah dan ditambah dengan kesucian dari kesucian yang telah ada.

RosuuluLLooh SAW merupakan sosok teladan yang hadir di tengah-tengah ummat sebagai pribadi unggul yang dapat menjadi contoh bagi setiap pengikutnya. Hikmah yang dapat kita petik dari proses pembedahan dada beliau SAW tersebut adalah RosuuluLLooh SAW memberikan contoh kepada kita, bahwa siapapun orang yang ingin berjalan menuju ALLOOH dan sampai kepada-NYA, maka ia harus membersihkan hatinya dari semua kotoran yang ada dan mensucikan hatinya yang sudah bersih dengan kesucian di atas kesucian, sehingga hatinya layak untuk bertemu dengan ALLOOH.

Sungguh, kita semua dalam perjalanan suci yang seharusnya dibangun dalam suasana fitrah, hati yang suci. Berjalan dariNYA dan juga menuju kepadaNYA. Dalam perjalanan ini, diperlukan lentera, cahaya, atau petunjuk agar selamat dalam menempuhnya. Dan hati yang merupakan inti sebagai "nurani", itulah lentera perjalanan hidup.

Cahaya ini berpusat pada hati seseorang yang rupanya juga dilengkapi oleh gesekan-gesekan "karat" kehidupan. Semakin menebal karat, semakin jauh pula dari warna yang sesungguhnya. Oleh karena itu, di setiap saat dan kesempatan diperlukan upaya pembersihan untuk membasuh kotoran-kotoran hati yang melekat. Hanya dengan pembersihan itulah hati akan bersinar tajam menerangi kegelapan hidup. Dan sungguh, hati inilah yang kemudian menjadi "penentu" baik atau tidaknya seorang pemilik hati.

Disebutkan bahwa hati manusia pada awalnya putih bersih. Ia ibarat kertas putih dengan tiada noda sedikitpun. Namun setiap kali manusia melakukan dosa, setiap kali pula terjatuh noda hitam pada hati, yang pada akhirnya menjadikannya hitam pekat. Jika manusia yang hatinya hitam pekat tersebut tidak menyadari bahkan menambah dosa dan noda hitam pada hatinya tersebut, maka akhirnya ALLOOH kemudian akan membalik hati tersebut. Hati yang terbalik inilah yang kemudian hanya bisa disadarkan oleh api neraka.


Maka sungguh, perjalanan ini hanya akan mampu menuju ilahi dengan senantiasa membersihkan jiwa dan hati kita, sebagaimana yang telah dilakukan oleh RosuuluLLooh SAW sebelum melakukan perjalanan sucinya tersebut.

0 comments:

Post a Comment