Pada bulan Rojab, setahun sebelum
hijrah, saat beliau berusia 52 tahun, ALLOOH memperjalankan beliau SAW dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha hingga kemudian ke Sidratul Muntaha dan
bertemu dengan ALLOOH dalam sebagian kecil dari waktu malam.
Sebelum di Isro' dan Mi'roj-kan,
sekali lagi RosuuluLLooh SAW menjalani proses pembedahan dada. Selama hidupnya
beliau SAW mengalami empat kali pembedahan dada. Di dalam sebuah hadits,
RosuuluLLooh SAW bersabda:
"Ketika aku berada di
al-Bait (yaitu BaituLLooh atau Ka'bah) antara tidur dan jaga", kemudian
beliau menyebutkan tentang seorang lelaki di antara dua orang lelaki.
"Lalu didatangkan kepadaku bejana dari emas yang dipenuhi dengan
kebijaksanaan dan keimanan. Kemudian aku dibedah dari tenggorokan hingga perut
bagian bawah. Lalu perutku dibasuh dengan air Zam-zam, kemudian diisi dengan
kebijaksanaan (hikmah) dan keimanan. Dan didatangkan kepadaku binatang putih
yang lebih kecil dari kuda dan lebih besar dari baghol (peranakan kuda dan
keledai), yaitu Buroq. Lalu aku pergi bersama Jibril hingga kami sampai di
langit dunia...." (HR. Imam Bukhori dan Imam Muslim)
Hati RosuuluLLooh SAW tidaklah
kotor. Beliau SAW tidak pernah berbuat dosa, tidak memiliki penyakit iri,
dengki, sombong, dendam dan berbagai penyakit hati lainnya. Beliau SAW adalah
seorang Rosul yang ma'shum (terjaga dari berbuat dosa). Akan tetapi sebelum
melakukan perjalanan tersebut, dada beliau SAW dibedah dan ditambah dengan
kesucian dari kesucian yang telah ada.
RosuuluLLooh SAW merupakan sosok
teladan yang hadir di tengah-tengah ummat sebagai pribadi unggul yang dapat
menjadi contoh bagi setiap pengikutnya. Hikmah yang dapat kita petik dari
proses pembedahan dada beliau SAW tersebut adalah RosuuluLLooh SAW memberikan
contoh kepada kita, bahwa siapapun orang yang ingin berjalan menuju ALLOOH dan
sampai kepada-NYA, maka ia harus membersihkan hatinya dari semua kotoran yang
ada dan mensucikan hatinya yang sudah bersih dengan kesucian di atas kesucian,
sehingga hatinya layak untuk bertemu dengan ALLOOH.
Sungguh, kita semua dalam
perjalanan suci yang seharusnya dibangun dalam suasana fitrah, hati yang suci.
Berjalan dariNYA dan juga menuju kepadaNYA. Dalam perjalanan ini, diperlukan
lentera, cahaya, atau petunjuk agar selamat dalam menempuhnya. Dan hati yang
merupakan inti sebagai "nurani", itulah lentera perjalanan hidup.
Cahaya ini berpusat pada hati seseorang
yang rupanya juga dilengkapi oleh gesekan-gesekan "karat" kehidupan.
Semakin menebal karat, semakin jauh pula dari warna yang sesungguhnya. Oleh
karena itu, di setiap saat dan kesempatan diperlukan upaya pembersihan untuk
membasuh kotoran-kotoran hati yang melekat. Hanya dengan pembersihan itulah
hati akan bersinar tajam menerangi kegelapan hidup. Dan sungguh, hati inilah
yang kemudian menjadi "penentu" baik atau tidaknya seorang pemilik
hati.
Disebutkan bahwa hati manusia
pada awalnya putih bersih. Ia ibarat kertas putih dengan tiada noda sedikitpun.
Namun setiap kali manusia melakukan dosa, setiap kali pula terjatuh noda hitam
pada hati, yang pada akhirnya menjadikannya hitam pekat. Jika manusia yang
hatinya hitam pekat tersebut tidak menyadari bahkan menambah dosa dan noda
hitam pada hatinya tersebut, maka akhirnya ALLOOH kemudian akan membalik hati
tersebut. Hati yang terbalik inilah yang kemudian hanya bisa disadarkan oleh
api neraka.
Maka sungguh, perjalanan ini
hanya akan mampu menuju ilahi dengan senantiasa membersihkan jiwa dan hati
kita, sebagaimana yang telah dilakukan oleh RosuuluLLooh SAW sebelum melakukan
perjalanan sucinya tersebut.
0 comments:
Post a Comment