Friday, March 10, 2017

Bulan Rojab

Bulan Rojab termasuk Asyhurul Churum (empat bulan yang sangat mulia, yaitu Dzul Qo`dah, Dzul Chijjah, Mucharrom dan Rojab). 
Hasil gambar untuk bulan rajabALLOOH berfirman yang artinya : Sesungguhnya ALLOOH menciptakan bulan itu ada dua belas, sesuai dengan ketentuan ALLOOH tatkala menciptakan langit dan bumi, yang di antaranya ada Asyhurul hurum...)
ALLOOH juga berfirman yang artinya : Barangsiapa menghormati syiar agama ALLOOH, maka hal itu termasuk dari ketaqwaan hati. 

Suatu saat Nabi SAW kedapatan berpuasa pada hari Senin, lantas ditanya mengapa Beliau SAW berpuasa pada hari Senin, maka Beliau SAW menjawab : Fiihi yauma wulidtu (Hari itu -Senin- adalah hari kelahiranku). 

Karena memperingati hari kelahiran Nabi SAW adalah termasuk syiar agama Islam, maka Nabi SAW menghormatinya dengan cara berpuasa setiap hari Senin.

Bermacam-macam cara umat Islam dalam upaya mengamalkan ayat ta`dziim sya`aairillah (menghormati syiar-syiar agama ALLOOH), antara lain dengan berpuasa, bersedekah, mengadakan kajian agama, mengadakan bakti sosial, mengadakan perayaan menyambut datangnya hari H dari syiar yang dimaksud, selagi tidak dicampuri dengan kemaksiatan. 

Seperti juga, boleh saja seseorang merayakan hari ulang tahun dirinya, misalnya dengan cara mentraktir makan seluruh anggota keluarganya. Bahkan ia akan diberi pahala jika diniati mengamalkan Hadits Nabi SAW saat ditanya: Wahai RosuluLLooh, amalan apa yang paling baik ? Beliau SAW menjawab : Engkau memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal (termasuk anggota keluarga) dan yang tidak engkau kenal). 

Sedangkan pada bulan Rojab, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhori-Muslim, bahwa Nabi SAW tatkala ditanya tentang hukum menyembeleh ternak di bulan Rojab, Beliau SAW memperbolehkan seorang muslim menyembeleh binatang ternak untuk disedekahkan di bulan Rojab, dan diperkenkan mengamalkan perbuatan baik lainnya. Artinya beramal baik di bulan Rojab ini adalah sunnah.

Karena itu, sekalipun tidak ditemukan Hadits shahih dari Nabi SAW yang memerintahkan secara khusus untuk berpuasa sunnah pada bulan Rojab, maka para ulama salaf seperti Sahabat Ibnu Umar, Imam Sofyan Atsstauri Attabi`i, Imam Hasan Albashri Attabi`i, mereka menghormati syiar bulan Rojab dengan cara berpuasa sunnah. 

Imam Yahya bin Sa`id juga berpuasa sunnah dalam menghormati bulan Rojab, namun beliau mengatakan makruh jika seorang muslim berpuasa sunnah pada bulan Rojab itu sebulan suntuk. 
Imam Ahmad bin Hanbal juga mengamalkannya dan mengatakan : selayaknya (bagi yang berpuasa Rojab) itu mokel (tidak berpuasa) satu atau dua hari dari bulan Rojab.
Imam Syafi`i mengatakan tentang orang yang berpuasa sunnah pada bulan Rojab : Aku mengatakan makruh bagi orang yang berpuasa sunnah sebulan penuh seperti pada saat Ramadhan. 

Bahwasannya aku katakan makruh agar orang awam tidak beranggapan bahwa puasa sunnah di bulan Rojab itu dikira hukumnya wajib. 

Imam Abu Qilaabah, seorang pembesar ulama dari kalangan Tabi`in menginformasikan, bahwa di sorga ada istana yang diperuntukkan untuk orang yang ahli puasa sunnah pada bulan Rojab. 

Imam Abu Dawud dan lainnya meriwayatkan bahwa Nabi SAW mengatakan kepada orang tuanya Mujibah Albahiliyyah: Puasalah pada Asyhurul hurum (bulan Dzul Qo`dah, Dzul Chijjah, Mucharrom dan Rojab) dan tinggalkan puasa itu. Maksudnya, boleh seseorang itu berpuasa sunnah pada bulan Rojab dan boleh juga tidak berpuasa. 

Shahabat Ibnu Abbas menguatkan bolehnya berpuasa sunnah pada bulan Rojab, namun beliau mengatakan hukumnya makruh jika melakukan puasa sunnah itu sebulan suntuk. Para ulama salaf dari jaman shahabat Nabi SAW dilanjutkan jaman tabi`i serta dilanjutkan pada jaman Imam Empat Madzhab, memperboleh seseorang untuk berpuasa sunnah pada bulan Rojab, sekalipun kita tidak menemukan Hadits shahih apalagi mutawatir. 

Namun, perlu diingat, adamya pembagian Hadits itu menjadi shahih atau hasan atau dhaif, adalah setelah habis jaman Shahabat, Tabi`in dan Imam Empat Madzhab tersebut. Sebagai contoh paling mudah, bahwa Imam Bukhari sebagai pengumpul Kitab Hadits Paling Shahih seluruh dunia, namun beliau justru menganut madzhabnya Imam Syafi`i. 

Jadi, bagi umat Islam yang ingin berpuasa sunnah pada bulan Rojab ini maka dipersilahkan. Sedangkan bagi yang tidak ingin berpuasa sunnah bulan Rojab juga dipersilahkan.

Nah, yang paling konyol adalah jika ada orang yang melarang umat Islam melaksanakan puasa sunnah pada bulan Rojab, dan mengatakannya sebagai puasa bid`ah, hanya karena dirinya merasa belum menemukan satupun Hadist shahih dari kitab-kitab Hadits tentang bolehnya berpuasa sunnah pada bulan Rojab. 

Jadi mengamalkan suatu amalan sunnah, tidak harus menggunakan hadits shahih, apalagi dibatasi dengan hadits mutawatir. 

Bahkan mayoritas amalan umat Islam adalah berdasarkan Hadits hasan, serta mengikuti ijtihad para ulama mujtahidin dari kalangan para Shahabat, Tabi`in, Ta`biut tabi`in, dan para ulama salaf yang hidup sebelum tahun 300 Hijriyyah. 

Yang mana mereka itu jauh lebih memahami makna yang tersurat dan yang tersirat dalam Alquran maupun Hadits Nabi SAW dibanding para ulama kontemporer yang datang belakangan, apalagi dibanding kalangan yang hanya memahami Alquran dan Hadits dari buku terjemahan.


0 comments:

Post a Comment