Thursday, December 29, 2016

Memberi Minum Anjing yang Sekarat

Hasil gambar untuk Memberi Minum Anjing yang Sekarat
            RosuuluLLooh SAW pernah bercerita tentang pertemuan seorang laki-laki dengan seekor anjing dalam sebuah tempat yang tak jauh dari sebuah sumur. Kisah perjumpaan itu dimulai ketika tenggorokan lelaki tersebut betul-betul telah kering.

            Lelaki ini terus melangkah meski dahaga menyiksanya sepanjang perjalanan, hingga ia menemukan sebuah sumur, lalu terjun dan meminum air di dalamnya. Air yang mengaliri kerongkongannya cukup untuk menyembuhkan rasa haus itu. Lidahnya kembali basah, tenaganya sedikit bertambah.

            Saat keluar dari lubang laki-laki ini terperanjat. Di hadapan matanya sedang berdiri seekor anjing dengan muka memelas. Nafasnya kempas-kumpis. Lidahnya menjulur-julur. “Anjing ini pasti mengalami dahaga sangat seperti yang telah aku derita.” Kata si lelaki.

            Laki-laki tersebut seperti menyadari bahwa meski haus, anjing sekarat itu tak mungkin turun ke dalam sumur karena tindakan ini malah bisa mencelakakannya. Seketika ia terjun kembali ke dalam sumur. Sepatunya ia penuhi dengan air, dan naik lagi dengan beban dan tingkat kesulitan yang bertambah. Si lelaki bahagia bisa berbagi air dengan anjing.

            Apa yang selanjutnya terjadi pada lelaki itu?

            RosuuluLLooh SAW bersabda,”ALLOOH berterima kasih kepadanya, mengampuni dosa-dosanya, lantas memasukkannya ke dalam surga.”

            Para sahabat bertanya,”Wahai RosuuluLLooh! Apakah dalam diri binatang-binatang terkandung pahala-pahala kita?” “Dalam setiap kesulitan mencari air terkandung pahala.” Sahut Nabi.

            Kisah di atas mengingatkan kita pada keharusan bersifat welas asih kepada sesama makhluq, termasuk binatang. Tapi, bukankah anjing adalah binatang harom? Bukankah keringat dan air liurnya termasuk najis tingkat tinggi dan karenanya harus dijauhi?

            
Cerita tersebut RosuuluLLooh justru menyadarkan kita bahwa status haram dan najis tidak otomatis berbanding lurus dengan anjuran membenci, melaknat, dan menghinakan. Bukankah RosuuluLLooh SAW pernah bersabda,”Irchamuu man fil ardl yarchamkum man fis sama’ (sayangilah yang di bumi, niscaya yang di langit akan menyayangimu). WALLOOHU A’LAM

0 comments:

Post a Comment