Tuesday, August 30, 2016

Hari-hari Akhir RosuuluLLooh SAW

                Pada suatu malam dalam keadaan kesehatan Beliau SAW yang terus merosot RosuuluLLooh SAW memanggil Sayyidina ‘Ali KWH dan beberapa orang sahabat dekatnya. Kemudian bersama-sama mereka menuju ke pemakaman Baqi’ di bagian bawah kota Madinah. rosuuluLLooh SAW memberitahukan kepada para sahabatnya bahwa “ia diperintahkan oleh ALLOOH SWT agar memohonkan ampunan bagi para ahli kubur di Baqi’ itu.”

                Setiba di tengah-tengah pemakaman itu beliau berhenti dan diucapkannya kata-kata kepada kaum mu’minin yang dimakamkan di Baqi’ itu: “Assalaamu’alaikum, wahai ahlil kubur, semoga di tempat kalian sekarang ini berada, kalian merasa lebih tenang dibandingkan dengan tempat mereka yang masih hidup. Bencana akan datang laksana datangnya malam gelap gulita dari awal hingga akhir.”
                Cukup lama Beliau SAW memanjatkan doa memohonkan ampun bagi para ahli kubur tersebut dan menunjukkan duka di hadapan semua orang mu’min yang menyertai Beliau SAW.
                
Setelah peristiwa itu kesehatan Beliau semakin merosot. Tetapi sebagai orang yang penuh rasa tanggung jawab dan akan menyelesaikan tugas, Beliau SAW tetap mendesak agar pasukan Sayyidina Usamah bin Zaid bin Haritsah yang akan memimpin perlawanan terhadap pasukan Romawi itu terus disiagakan dan terus diberangkatkan. Tetapi banyak sahabat Beliau SAW tidak tega meninggalkan RosuuluLLooh SAW dalam keadaan yang sedemikian rupanya.

Hasil gambar untuk Hari-hari Akhir RasuluLLah SAW                Mengenai hal itu terdapat kisah Siti Aisyah RAnha yang mengungkapkan: “Suatu hari ketika aku berada di sini RosuuluLLooh SAW yang sedang terbaring di tempat tidurnya karena menderita sakit,yaitu menjelang hari-hari akhir Beliau SAW, datanglah Faathimah. Melihat Faathimah masuk, berkatalah Beliau SAW: ‘Selamat datang anakku...! Kemudian Faathimah diminta ayahnya duduk di sebelah kananya. Lalu Beliau SAW menarik putrinya agar lebih mendekat lagi. Sesudah itu dibisikkannya sesuatu ke telinganya. Mendengar bisikan ayahnya itu, Faathimah menangis. Tanpa menghiraukan tangis putrinya, RosuuluLLooh SAW kembali membisikkan sesuatu. Bisikan yang kedua ini bukan membuat Faathimah tambah menangis, melainkan berubah jadi tertawa kegirangan. Beberapa waktu kemudian aku tanyakan pada Faathimah mengenai apa yang dibisikkan ayahnya itu. Faathimah menjawab: “Aku tidak akan membuka sesuatu yang dirahasiakan oleh RosuuluLLooh kepadaku.”

                “Sepeninggal RosuuluLLooh SAW, pertanyaanku kepada Faathimah itu aku ulangi. Barulah ia mau mengungkapkannya. Faathimah berkata: ‘Aku menangis, karena RosuuluLLooh SAW membisikkan kepadaku bahwa ajalnya telah hampir tiba. Malaikat Jibril yang biasanya setahun sekali mengulangi bacaan Al-Qur’an kepada RosuuluLLooh SAW, kali ini mengulanginya sampai dua kali. Aku menangis karena RosuuluLLooh SAW berpesan dengan membisikkan kepadaku bahwa ajalnya telah hampir tiba: ‘Wahai Faathimah, bertaqwalah kepada ALLOOH dan bersabarlah...!’ Kemudian aku tertawa, ketika Beliau SAW membisikkan ‘Engkau orang pertama dari Ahlul-Bait-ku yang akan menyusulku...,’ kemudian Beliau SAW melanjutkan ‘Faathimah, tidakkah engkau ridho menjadi wanita paling utama (Sayyidah) di kalangan ummatku...?’”

                Kisah Siti Aisyah RAnha mengenai Siti Faathimah RAnha diperkuat lagi oleh riwayat yang dikemukakan oleh Ibnu Abdul Birr ketika ia mengutip ucapan RosuuluLLooh SAW kepada putrinya dengan mengatakan: “Anakku, tidakkah engkau rela dan puas menjadi putri utama di seluruh jagad?” Mendengar ucapan ayahnya itu, Siti Faathimah bertanya: ‘Tetapi ayah, bagaimana dengan Maryam (bunda Nabi ISA AS)?” RosuuluLLooh SAW menjawab: “Beliau wanita utama pada zamannya.”

                Riwayat lain yang juga berasal dari Siti Aisyah RAnha mengisahkan kepada menjelang akhir hayatnya, RosuuluLLooh SAW berkata kepada Siti Faathimah: ‘Tidakkah engkau rela dan puas menjadi wanita utama ummat ini dan seluruh kaum mu’minin?”


                Sementara itu Abbas Mahmud Al-Aqqod dalam bukunya yang berjudul “Siti Fatimah” menulis: “Pada tiap agama terdapat gambaran tentang adanya wanita sempurna, wanita utama dan wanita suci yang diagungkan oleh orang-orang yang beriman sebagai tanda-tanda kebesaran ALLOOH SWT dan keindahan ciptaan-NYA. Kalau dalam agama Nasrani gadis Maryam yang diagungkan, maka di kalangan ummat Islam tidak dia lagi yang dimuliakan melainkan Siti Faathimah.”

0 comments:

Post a Comment