Pada suatu malam dalam keadaan
kesehatan Beliau SAW yang terus merosot RosuuluLLooh SAW memanggil Sayyidina
‘Ali KWH dan beberapa orang sahabat dekatnya. Kemudian bersama-sama mereka
menuju ke pemakaman Baqi’ di bagian bawah kota Madinah. rosuuluLLooh SAW
memberitahukan kepada para sahabatnya bahwa “ia diperintahkan oleh ALLOOH SWT
agar memohonkan ampunan bagi para ahli kubur di Baqi’ itu.”
Setiba di tengah-tengah
pemakaman itu beliau berhenti dan diucapkannya kata-kata kepada kaum mu’minin
yang dimakamkan di Baqi’ itu: “Assalaamu’alaikum, wahai ahlil kubur, semoga di
tempat kalian sekarang ini berada, kalian merasa lebih tenang dibandingkan
dengan tempat mereka yang masih hidup. Bencana akan datang laksana datangnya malam
gelap gulita dari awal hingga akhir.”
Cukup lama Beliau SAW
memanjatkan doa memohonkan ampun bagi para ahli kubur tersebut dan menunjukkan
duka di hadapan semua orang mu’min yang menyertai Beliau SAW.
Setelah peristiwa itu kesehatan
Beliau semakin merosot. Tetapi sebagai orang yang penuh rasa tanggung jawab dan
akan menyelesaikan tugas, Beliau SAW tetap mendesak agar pasukan Sayyidina
Usamah bin Zaid bin Haritsah yang akan memimpin perlawanan terhadap pasukan
Romawi itu terus disiagakan dan terus diberangkatkan. Tetapi banyak sahabat
Beliau SAW tidak tega meninggalkan RosuuluLLooh SAW dalam keadaan yang
sedemikian rupanya.
Mengenai hal itu terdapat kisah
Siti Aisyah RAnha yang mengungkapkan: “Suatu hari ketika aku berada di sini
RosuuluLLooh SAW yang sedang terbaring di tempat tidurnya karena menderita
sakit,yaitu menjelang hari-hari akhir Beliau SAW, datanglah Faathimah. Melihat
Faathimah masuk, berkatalah Beliau SAW: ‘Selamat datang anakku...! Kemudian
Faathimah diminta ayahnya duduk di sebelah kananya. Lalu Beliau SAW menarik
putrinya agar lebih mendekat lagi. Sesudah itu dibisikkannya sesuatu ke
telinganya. Mendengar bisikan ayahnya itu, Faathimah menangis. Tanpa
menghiraukan tangis putrinya, RosuuluLLooh SAW kembali membisikkan sesuatu.
Bisikan yang kedua ini bukan membuat Faathimah tambah menangis, melainkan
berubah jadi tertawa kegirangan. Beberapa waktu kemudian aku tanyakan pada
Faathimah mengenai apa yang dibisikkan ayahnya itu. Faathimah menjawab: “Aku
tidak akan membuka sesuatu yang dirahasiakan oleh RosuuluLLooh kepadaku.”
“Sepeninggal RosuuluLLooh SAW,
pertanyaanku kepada Faathimah itu aku ulangi. Barulah ia mau mengungkapkannya.
Faathimah berkata: ‘Aku menangis, karena RosuuluLLooh SAW membisikkan kepadaku
bahwa ajalnya telah hampir tiba. Malaikat Jibril yang biasanya setahun sekali
mengulangi bacaan Al-Qur’an kepada RosuuluLLooh SAW, kali ini mengulanginya
sampai dua kali. Aku menangis karena RosuuluLLooh SAW berpesan dengan
membisikkan kepadaku bahwa ajalnya telah hampir tiba: ‘Wahai Faathimah,
bertaqwalah kepada ALLOOH dan bersabarlah...!’ Kemudian aku tertawa, ketika
Beliau SAW membisikkan ‘Engkau orang pertama dari Ahlul-Bait-ku yang
akan menyusulku...,’ kemudian Beliau SAW melanjutkan ‘Faathimah, tidakkah
engkau ridho menjadi wanita paling utama (Sayyidah) di kalangan
ummatku...?’”
Kisah Siti Aisyah RAnha mengenai
Siti Faathimah RAnha diperkuat lagi oleh riwayat yang dikemukakan oleh Ibnu
Abdul Birr ketika ia mengutip ucapan RosuuluLLooh SAW kepada putrinya dengan
mengatakan: “Anakku, tidakkah engkau rela dan puas menjadi putri utama di
seluruh jagad?” Mendengar ucapan ayahnya itu, Siti Faathimah bertanya: ‘Tetapi
ayah, bagaimana dengan Maryam (bunda Nabi ISA AS)?” RosuuluLLooh SAW menjawab:
“Beliau wanita utama pada zamannya.”
Riwayat lain yang juga berasal
dari Siti Aisyah RAnha mengisahkan kepada menjelang akhir hayatnya,
RosuuluLLooh SAW berkata kepada Siti Faathimah: ‘Tidakkah engkau rela dan puas
menjadi wanita utama ummat ini dan seluruh kaum mu’minin?”
Sementara itu Abbas Mahmud
Al-Aqqod dalam bukunya yang berjudul “Siti Fatimah” menulis: “Pada tiap
agama terdapat gambaran tentang adanya wanita sempurna, wanita utama dan wanita
suci yang diagungkan oleh orang-orang yang beriman sebagai tanda-tanda
kebesaran ALLOOH SWT dan keindahan ciptaan-NYA. Kalau dalam agama Nasrani gadis
Maryam yang diagungkan, maka di kalangan ummat Islam tidak dia lagi yang dimuliakan
melainkan Siti Faathimah.”
0 comments:
Post a Comment