Tuesday, May 17, 2016

AMIRUL MU’MINIIN SAYYIDINA ‘UMAR BIN KHOTHTHOB RA

Sayyidina ‘Umar bin Khoththob RA adalah orang yang pertama kali dijuluki dengan gelar amirul mu’miniin, dan juga diberi gelar Kun-yah (julukan yang bagus) oleh Nabi Muchammad SAW yaitu Abu Hafsin/ singa, sebab Nabi SAW melihat sifat tegas dan berani di dalam diri Sayyidina ‘Umar bin Khoththob RA.

Nabi SAW juga memberi julukan Al-Faruq kepada Sayyidina ‘Umar RA karena beliau bisa memisahkan antara yang haq dan bathil, Sayyidina ‘Umar adalah sahabat Nabi Muchammad SAW yang pertama kali berani secara terang-terangan dengan keislamannya.
Sebab-sebab masuk islamny Sayyidina ‘Umar adalah berkat doa Nabi Muchammad SAW: “Yaa ALLOOH muliakan islam dengan salah satu laki-laki yang engkau cintai di antara kedua hambamu yaitu Umar bin Khoththob atau Amr bin Hisyam/ Abu Jahal.”
Keesokan harinya datanglah Sayyidina ‘Umar kepada Nabi Muchammad SAW dan saat itu Nabi SAW bersama para sahabat-sahabatnya lalu Sayyidina ‘Umar mengucapkan dua kalimat syahadat, maka bertakbirlah orang-orang muslim yang mendengar syahadatnya Sayyidina ‘Umar karena senang dengan kejadian tersebut.

Sayyidina ‘Umar adalah termasuk sahabat yang dijamin masuk surga oleh Nabi Muchammad SAW.
Sayyidina ‘Umar adalah paling utama dan paling mulianya sahabat setelah Sayyidina Abu Bakar, para sahabat sepakat atas luasnya ilmu beliau, atas kezuhudan dan ketawadhuan Sayyidina Umar, beliau sangat sayang, rochmat kepada orang-orang muslim, beliau sangat perhatian dengan kebutuhan,kemaslahatan ummat Islam.

Di antara bentuk perhatian Sayyidina ‘Umar kepada rakyatnya adalah beliau selalu membawakan air dan kebutuhan rumah tangga pada waktu malam hari kepada rakyatnya yang sedang sakit berkepanjangan, kepada orang-orang yang sudah lanjut usia, dan beliau perhatian juga kepada wanita-wanita yang ditinggal oleh suaminya sebab menjalankan tugas suaminya sebab menjalankan tugas jihad, beliau selalu bertanya kepada mereka “apakah kalian butuhkan?” Maka wanita-wanita tersebut mengutus sang budak-sang budaknya untuk pergi bersama Sayyidina ‘Umar, kemudian beliau membelikan apa yang dibutuhkan oleh wanita-wanita tersebut, sedangkan wanita yang tidak mempunyai sang budak maka Sayyidina Umar sendiri yang membeli dan membawakannya ke rumah mereka yang membutuhkan.

Sayyidina Umar sangatlah tegas dan berani, tapi ketegasan dan keberaniannya tidak melupakam beliau dari bergurau, bercanda dengan keluarganya, dikisahkan bahwasanya salah satu sang budak beliau masuk ke dalam rumah Sayyiina Umar dan dia mendapatkan Sayyidina ‘Umar sedang terlentang sedangkan anak-anak Sayyidina Umar sedang asyik bermain di atas perut Sayyidina ‘Umar, maka sang budak tersebut mengingkari dan tidak senang dengan kejadian tersebut, lantas Sayyidina ‘Umar bertanya kepada sang budaknya: “Bagaimana perilaku kamu dengan keluarga kamu?”
Sang budak menjawab: “Oh, kalau aku berbeda dengan kamu wahai amirul mu’miniin, jika aku masuk rumah maka yang asalnya berbicara langsung diam karena takut melihat aku.” Sayyidina ‘Umar berkata: “Jika demikian, mulai sekarang kamu saya pecat, sebab kamu tidak memiliki belas kasih kepada keluarga kamu, lantas bagaimana mungkin kamu akan berbelas kasih kepada ummat Nabi Muchammad SAW.”

SAYYIDINA ‘UMAR RA MENCARI KEBERKAHAN PADA MAKAM NABI MUCHAMMAD SAW

Ketika Amirul Mu’miniin ‘Umar bin Al-Khoththob RA akan meninggal dunia ia berkata kepada putranya Sayyidina AbduLLooh bin ‘Umar, “Pergilah datangi Ummul Mu’miniin Siti Aisyah RA, lalu katakanlah kepadanya, ‘Umar menyampaikan salam kepadamu dan jangan kau katakan Amirul Mu’miniin, sebab pada hari ini aku bukan lagi Amirul Mu’miniin. Katakanlah kepadanya, ‘Umar bin Al-Khoththob meminta izin dikuburkan bersama kedua sahabatnya.”

Lalu Sayyidina AbduLLooh RA mendatangi Sayyidah Aisyah RA dan meminta izin menemuinya sambil mengucap salam. Kemudian Sayyidina AbduLLooh bin ‘Umar masuk menemui Siti Aisyah, sementara saat itu Siti Aisyah sedang menangis. Lalu Sayyidina AbduLLooh berkata, “Umar menyampaikan salam kepadamu dan meminta izin dikuburkan bersama kedua sahabatnya.” Maka Siti Aisyah menjawab, ‘Tadinya aku menginginkannya untuk diriku. Tapi hari ini aku lebih mendahulukannya (Sayyidina ‘Umar) dari diriku.”

Saat kembali, ada yang mengatakan kepada Sayyidina ‘Umar RA, “Ini AbduLLoo telah datang.” Lantas Sayyidina ‘Umar berkata, “Angkatlah aku.” Lalu seorang lelaki menyandarkannya kepadanya (Sayyidina AbduLLooh). Setelah itu Sayyidina ‘Umar berkata,”Apa yang kau bawa?” Sayyidina AbduLLooh menjawab,”Yang kau inginkan Wahai Amirul Mu’miniin, kau diizinkan.”

Lalu Sayyidina ‘Umar berkata: “AlchamduliLLaah, tak ada sesuatu yang paling penting bagiku selain dari itu. Jika aku telah meninggal dunia, maka bawalah aku ke sana. Kemudian ucapkanlah salam dan  katakan ‘Umar meminta izin. Jika dia (Siti Aisyah) mengizinkanku, maka bawalah aku masuk. Jika dia menolakku, maka bawalah aku ke perkuburan kaum muslimin.” [HR. Imam Bukhori]

Semoga hadits ini dapat sedikit meredam hasrat mengkafirkan dan mensyirikkan orang lain, menganggap semua yang mati tidak bermanfaat, menilai apa yang dilakukan oleh para ulama’ muslimin sebagai tindakan yang tidak mempunyai dasar.


WALLOOHU A’LAM BISH SHOWAAB

0 comments:

Post a Comment