Kita semua tentu menyadari bahwa
betapapun giatnya usaha kita di dalam memenuhi amalan-amalan agama tentu masih
terdapat kekurangan dalam diri kita masing-masing. Dari sekian banyaknya
perintah-perintah agama pasti masih ada sebagian yang belum kita penuhi,
apalagi tentang larangan-larangannya tentu banyak sekali yang kita terjang atau
kita lakukan. Oleh karena itu, marilah kita memperbaiki kesalahan-kesalahan
kita dan kita kejar terus kekurangan-kekurangan yang ada, di samping kita harus
bertobat kepada ALLooh SWT atas segala dosa dan kesalahan yang pernah kita
perbuat, sebab setiap manusia pasti pernah berbuat salah dan dosa, baik kepada
ALLooh maupun kepada sesamanya. RosuuluLLooh SAW bersabda:
“Setiap anak Adam itu bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah
adalah mereka yang meminta ampunan.” [HR. Imam Tirmidziy]
Adapun yang dimaksud tobat di
sini adalah taubatan nasuha atau tobat yang sebenarnya. Sebagaimana firman
ALLooh SWT dalam QS. At-tahrim ayat 8:
“Hai orang-orang yang beriman bertobatlah kepada ALLooh dengan tobat
yang semurni-murninya.”
Ayat tersebut memberi peringatan
pada kita, bahwa dalam bertobat harus didasari dengan keimanan. Jadi, tidak sah
tobat seseorang yang tidak beriman (kafir), sebelum dia bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain ALLooh dan Muchammad adalah utusan-Nya. Dan seseorang itu, belum
dikatakan bertobat selagi ia masih melakukan perbuatan-perbuatan maksiat.
ALLooh SWT berfirman dalam surah An-Nisaa ayat 18:
“Dan tidaklah tobat itu diterima ALLooh dari orang-orang yang
mengerjakan kejahatan, (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di
antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya tobat sekarang.” Dan
tidak (pula diterima tobat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran.
Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.”
Pengertian taubatan nasuha ialah mohon ampun kepada ALLooh dengan lisan dan
penyesalan di dalam hati terhadap sesuatu dosa yang telah dilakukan dengan
jalan meninggalkan dosa tersebut disertai niat tidak akan kembali lagi
mengulanginya.
Jikalau dosa tersebut berhubungan
dengan hak manusia, maka wajib minta maaf kepadanya dan mengembalikan harta
bendanya yang telah diambil atau minta halalnya. Memang kata-kata tobat ini
sangat simple, enak didenga dan mudah diucapkan. Akan tetapi, tidaklah semudah
itu pada hakikatnya, sebab tobat diperlukan tindakan nyata sebagai
realisasinya. Maka sangat kurang bijaksana dan ceroboh sekali, manakala
seseorang mengaku bertobat, akan tetapi dia masih melakukan dosa itu pula. Dan
sangat memalukan sekali, manakala seseorang beristighfar, mohon ampun kepada ALLooh SWT akan tetapi hatinya masih
berniat ingin mengulangi kembali dosa itu pula. Hal itu menurut seorang wali
bernama Siti Robi’ah Al-Adawiyah disebut tobat orang-orang yang dusta, lagi
pula tidak diterima tobatnya. Maka sebagai sifat-sifat mukmin yang taqwa dan
bertobat dengan mohon ampunan kepada ALLooh adalah apa yang telah digariskan
oleh ALLooh SWT dengan firman-Nya pada surah Ali Imron ayat 135 dan 136:
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan ALLooh, lalu memohon ampun terhadap
dosa-dosa mereka, -dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain ALLooh?-
Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surge yang di
dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah
sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.”
Di dalam ayat tersebut,
terkandung suatu pengertian bahwa kita sebagai hamba ALLooh SWT apabila kita
telah melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar larangan ALLooh, hendaknya
bergegas untuk minta ampun atas segala dosa yang kita perbuat. Sebab ALLooh
Maha Pengampun atas segala dosa. Untuk itu, kalau kita telah berbuat kesalahan
jangan lantas berkecil hati dan berputus asa dari Rochmah dan ampunan ALLooh.
Sebagaimana firman ALLooh SWT dalam surah Az-Zumar ayat 53:
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku, yang melampaui batas terhadap diri
mereka sendii, janganlah kamu berputus asa akan Rochmah ALLooh, sesungguhnya
ALLooh mengampuni segala dosa. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”
Jelaslah, bahwasanya Rochmah
ALLooh SWT amat sangat luas, yang meliputi segala sesuatu. Oleh karena itu,
jangan sekali-kali kita mempersempit. Lagi pula Rochmah ALLooh itu pun selalu
terbuka baik di waktu siang mapun malam. Artinya, ALLooh tetap memberi ampunan
dari hamba-hamba-Nya yang minta ampunan dan bertobat. Meski demikian, namun
jangan lantas kita menunda-nunda tobat. Sebab setiap yang bernyawa dan hidup di
dunia ini pada suatu saat akan mengalami akhir dari roda kehidupan yang disebut
dengan mati. Sebagaimana disebutkan dalam firman ALLooh surah Al-A’rof ayat 34:
“Tiap-tiap ummat mempunyai ajal, maka apabila telah datang ajalnya
mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula)
memajukannya.”
Datangnya kematian tidak dapat
diprediksi secara ilmu kedoteran, sebab yang menentukan mati dan tidak, kapan
seseorang akan meninggalkan alam dunia ini adalah ALLooh. Oleh karena itu,
celakalah orang yang menunda untuk bertobat dengan ucapannya: “Besok aku akan
bertobat”. Seolah-olah dengan ucapannya itu ia tahu persis bahwa besok hari ia
belum mati, padahal sekali lagi tak seorang pun dapat mengerti datangnya mati
kecuali ALLooh SWT.
Tentang ucapan tobat (istighfar) ini, Nabi kita Muchammad SAW
telah memberi contoh, dan ini dilaksanakan tiap-tiap hari terus-menerus.
Seperti dengan sabdanya:
Bertobatlah kamu sekalian kepada ALLooh, karena sesungguhnya aku (Nabi)
selalu bertobt kepada-Nya tiap hari seratus kali.” [HR. Imam Bukhooriy dan
Imam Muslim]
Demikian, bila Nabi SAW yang
telah dinyatakan ma’shum yakni terhindar dari dosa saja, masih terus-menerus
bertobat kepada ALLooh SWT setiap hari seratus kali. Sekarang bagaimana dengan
kita ini?
Dari itu, marilah kita berupaya
melaksanakan tobat dengan mengucapkan istighfar, memohon ampun kepada ALLooh
SWT lebih banyak lagi, dan jangan sekali-kali menunda-nunda tobat. Ingatlah,
alangkah kecewanya orang yang kedatangan ajal sekarang dia belum bertobat,
minta ampunan, dan menyerahkan kepada Sang Penciptanya, yaitu ALLooh SWT.
Sekali lagi, alangkah meruginya
orang yang belum bertobat namun sudah dipanggil di hadapan Ilahi, Na’udzubiLLaah min dzaalik. Semoga kita
semua dikaruniai Rochmah dan diampuni dari segala dosa-dosa yang pernah kita
perbuat, baik dosa yang samar-samar maupun dosa yang terang-terangan. Karena
baik samar maupun terang-terangan bagi ALLooh sama saja, tiada bedanya. Dan
akhirnya kita seperti orang yang tidak punya dosa, sebagaimana sabda
RosuuluLLooh SAW:
“Orang yang bertobat dari dosa, seperti orang yang tidak ada dosa
baginya. Dan orang yang minta ampun dari dosanya sedangkan dia sendiri tetap
mengerjakan dosa, seperti orang yang mempermainkan Tuhan-Nya.” [HR. Imam
Baihaqi]
0 comments:
Post a Comment