Kehidupan di dunia fana ini
memberikan kita berbagai pilihan. Maka sudah menjadi suatu kepastian bagi
seorang manusia untuk memilih salah satu dari pilihan tersebut, karena tidak
akan mungkin sesuatu yang wujud akan menyandang 2 perkara yang bertolak belakang
sekaligus.
Kita harus memilih, menjadi hitam
atau putih, memilih senang atau sedih, berbudi baik atau menjadi seorang yang
buruk, itu semua beberapa pilihan yang disodorkan oleh Sang Kholiq untuk para
hambanya di panggung dunia ini termasuk juga memilih menjadi seorang pemenang
atau malah menjadi seorang pemenang atau malah menjadi seorang yang bertekuk
lutut berlabel pecundang. Berbagai macam pilihan tersebut seolah-olah juga
mengisyaratkan tentang berlangsungnya sebuah kompetisi yang terjadi apabila
pilihan kita jatuh pada hal-hal positif, karena sudah menjadi ketentuan, bahwa
sesuatu yang positif tersebut tidak akan kita dapatkan tanpa adanya perjuangan,
dan juga berlaku sebaliknya, apabila hanya berdiam saja tanpa melakukan apa-apa
maka harus terpaksa akan dilabeli sebagai seorang pecundang.
Sebagai ummat Islam tentu tidak
asing bagi kita istilah Fastabiqul Khoirot (berlomba-lomba pada hal kebaikan)
kompetisi dalam memperebutkan sebuah kebaikan merupakan sebuah perintah dari
ALLooh SWT. Yang terdapat jelas pada sebuah firman-Nya dalam Al-Qur’an
Al-Karim. Perintah berlomba kepada kebaikan mengandung ajakan agar seseorang
berusaha dan bersemangat menjadi orang pertama yang berbuat kebaikan. Barangsiapa
yang ketika di dunia bersegera kepada kebaikan berarti ia adalah orang yang
terdepan di akhirat menuju surga-surga ALLooh. Dengan demikian, orang-orang
yang berlomba atau terdepan dalam kebaikan adalah hamba-hamba yang tinggi
derajatnya.
Tidak seperti kompetisi lainnya
yang menggunakan kekuatan fisik sebagai tolak ukur pemenangnya, bukan pula
seperti olimpiade sains yang menuntut para pesertanya mempunyai kelebihan
kejeniusan otaknya, juga bukan pula seperti judi yang mengandalkan
keberuntungan serta kelicikan pemainnya, menjadi juara dalam perlombaan amal
sholeh hanya mengandalkan keikhlasan tinggi dalam menjalaninya serta kemauan
besar untuk memperoleh Ridho ALLooh dan juga kemurnian cinta pada-Nya,
merupakan modal utama dalam kompetisi kebaikan ini. Bumi yang menjadi tempat
tinggal manusiapun seolah menjadi sebuah stadion yang sangat besar yang
disiapkan oleh ALLooh SWT. Demi menghelat kompetisi dahsyat ini.
RosuuluLLooh SAW yang mulia pun
telah menganjurkan kita agar bersegera dalam beramal. Anjuran ini didapatkan
pada sabda beliau yang tersampaikan lewat sahabat yang mulia, Sayyidina Abu Huroiroh
RA:
“Bersegeralah kalian beramal saleh
sebelum kedatangan fitnah (ujian) yang seperti potongan malam. Seseorang di
pagi hari dalam keadaan beriman (mukmin) namun di sore harinya menjadi kafir, da
nada orang yang di sore hari dalam keadaan beriman namun di pagi hari menjadi
kafir. Dia menjadi agamanya dengan perhiasan dunia.” [HR. Imam Muslim]
Ujian syubhat dan syahwat akan
datang seperti malam yang gelap gulita. Tidak ada cahaya sama sekali. Karena fitnah
yang terjadi, dalam hari yang sama seperti seseorang yang keluar dari Islam,
pagi hari ia masih beriman namun sore hari telah kafir atau sebaliknya. Mengapa
demikian? Ia menjual agamanya dengan dunia, baik berupa harta, kedudukan,
jabatan, wanita, maupun selainnya. Hadits di atas berisi anjuran untuk
bersegera mengerjakan amal saleh sebelum datang waktu yang menyebabkan
seseorang tidak bisa mengerjakannya. Waktu yang seseorang tidak bisa
mengerjakannya karena fitnah yang besar dan bertumpuk-tumpuk, seperti tumpukan
gelapnya malam yang gulita tanpa cahaya sedikitpun.
Pada zaman Nabi, ada seorang
sahabat yang dapat kita ambil keteladannya dalam semangat bersegera kepada
kebaikan, bersegera kepada surga ALLooh yang amat luas. Ketika terjadi perang
Uhud, seorang sahabat tersebut bertanya kepada RosuuluLLooh SAW::
“Apa pendapat Anda jika aku terbunuh, di manakah tempatku?” “Di surga,”
jawab RosuuluLLooh. Orang itu pun membuang beberapa butir kurma yang ada di
tangannya. Ia kemudian maju berperang hingga terbunuh.” [HR. Imam Bukhooriy
dan Imam Muslim]
Sudah menjadi tuntutan bagi kita
semua untuk segera melaksanakan sebuah kebaikan tanpa menundanya, karena banyak
sekali batu penghadang yang dapat mencegahnya, seperti halnya datangnya
kematian secara tiba-tiba. Apalagi perbuatan menunda-nunda (mengatakan nanti…
nanti) adalah tidak terpuji. Tanamkan di hati kita bahwa kesempatan tidak
datang dua kali pada orang yang menyia-nyiakannya, tetapi akan datang berulang
kali pada orang mengambil kesempatan tersebut meskipun akhirnya mendapatkan
kegagalan, dan akan menghilang ketika orang tersebut telah mencapai
keberhasilan.
Dalam kompetisi kebaikan tidaklah
mengenal kata malu ataupun merasa lebih rendah, siapa yang lebih cepat maka
dialah yang akan menjadi juaranya. Maha bijaksana ALLooh yang menciptakan baik
dan buruk. Semoga ALLooh SWT berkenan memberikan kita umur panjang supaya dapat
menjadi seorang pemenang dalam segala hal kebaikan.
0 comments:
Post a Comment