Thursday, January 24, 2019

Berlomba-lomba dalam Hal Kebaikan

Hasil gambar untuk Berlomba-lomba dalam Hal KebaikanKehidupan di dunia fana ini memberikan kita berbagai pilihan. Maka sudah menjadi suatu kepastian bagi seorang manusia untuk memilih salah satu dari pilihan tersebut, karena tidak akan mungkin sesuatu yang wujud akan menyandang 2 perkara yang bertolak belakang sekaligus.

Kita harus memilih, menjadi hitam atau putih, memilih senang atau sedih, berbudi baik atau menjadi seorang yang buruk, itu semua beberapa pilihan yang disodorkan oleh Sang Kholiq untuk para hambanya di panggung dunia ini termasuk juga memilih menjadi seorang pemenang atau malah menjadi seorang pemenang atau malah menjadi seorang yang bertekuk lutut berlabel pecundang. Berbagai macam pilihan tersebut seolah-olah juga mengisyaratkan tentang berlangsungnya sebuah kompetisi yang terjadi apabila pilihan kita jatuh pada hal-hal positif, karena sudah menjadi ketentuan, bahwa sesuatu yang positif tersebut tidak akan kita dapatkan tanpa adanya perjuangan, dan juga berlaku sebaliknya, apabila hanya berdiam saja tanpa melakukan apa-apa maka harus terpaksa akan dilabeli sebagai seorang pecundang.

Sebagai ummat Islam tentu tidak asing bagi kita istilah Fastabiqul Khoirot (berlomba-lomba pada hal kebaikan) kompetisi dalam memperebutkan sebuah kebaikan merupakan sebuah perintah dari ALLooh SWT. Yang terdapat jelas pada sebuah firman-Nya dalam Al-Qur’an Al-Karim. Perintah berlomba kepada kebaikan mengandung ajakan agar seseorang berusaha dan bersemangat menjadi orang pertama yang berbuat kebaikan. Barangsiapa yang ketika di dunia bersegera kepada kebaikan berarti ia adalah orang yang terdepan di akhirat menuju surga-surga ALLooh. Dengan demikian, orang-orang yang berlomba atau terdepan dalam kebaikan adalah hamba-hamba yang tinggi derajatnya.

Tidak seperti kompetisi lainnya yang menggunakan kekuatan fisik sebagai tolak ukur pemenangnya, bukan pula seperti olimpiade sains yang menuntut para pesertanya mempunyai kelebihan kejeniusan otaknya, juga bukan pula seperti judi yang mengandalkan keberuntungan serta kelicikan pemainnya, menjadi juara dalam perlombaan amal sholeh hanya mengandalkan keikhlasan tinggi dalam menjalaninya serta kemauan besar untuk memperoleh Ridho ALLooh dan juga kemurnian cinta pada-Nya, merupakan modal utama dalam kompetisi kebaikan ini. Bumi yang menjadi tempat tinggal manusiapun seolah menjadi sebuah stadion yang sangat besar yang disiapkan oleh ALLooh SWT. Demi menghelat kompetisi dahsyat ini.

RosuuluLLooh SAW yang mulia pun telah menganjurkan kita agar bersegera dalam beramal. Anjuran ini didapatkan pada sabda beliau yang tersampaikan lewat sahabat yang mulia, Sayyidina Abu Huroiroh RA:
“Bersegeralah kalian beramal saleh sebelum kedatangan fitnah (ujian) yang seperti potongan malam. Seseorang di pagi hari dalam keadaan beriman (mukmin) namun di sore harinya menjadi kafir, da nada orang yang di sore hari dalam keadaan beriman namun di pagi hari menjadi kafir. Dia menjadi agamanya dengan perhiasan dunia.” [HR. Imam Muslim]

Ujian syubhat dan syahwat akan datang seperti malam yang gelap gulita. Tidak ada cahaya sama sekali. Karena fitnah yang terjadi, dalam hari yang sama seperti seseorang yang keluar dari Islam, pagi hari ia masih beriman namun sore hari telah kafir atau sebaliknya. Mengapa demikian? Ia menjual agamanya dengan dunia, baik berupa harta, kedudukan, jabatan, wanita, maupun selainnya. Hadits di atas berisi anjuran untuk bersegera mengerjakan amal saleh sebelum datang waktu yang menyebabkan seseorang tidak bisa mengerjakannya. Waktu yang seseorang tidak bisa mengerjakannya karena fitnah yang besar dan bertumpuk-tumpuk, seperti tumpukan gelapnya malam yang gulita tanpa cahaya sedikitpun.

Pada zaman Nabi, ada seorang sahabat yang dapat kita ambil keteladannya dalam semangat bersegera kepada kebaikan, bersegera kepada surga ALLooh yang amat luas. Ketika terjadi perang Uhud, seorang sahabat tersebut bertanya kepada RosuuluLLooh SAW::
“Apa pendapat Anda jika aku terbunuh, di manakah tempatku?” “Di surga,” jawab RosuuluLLooh. Orang itu pun membuang beberapa butir kurma yang ada di tangannya. Ia kemudian maju berperang hingga terbunuh.” [HR. Imam Bukhooriy dan Imam Muslim]

Sudah menjadi tuntutan bagi kita semua untuk segera melaksanakan sebuah kebaikan tanpa menundanya, karena banyak sekali batu penghadang yang dapat mencegahnya, seperti halnya datangnya kematian secara tiba-tiba. Apalagi perbuatan menunda-nunda (mengatakan nanti… nanti) adalah tidak terpuji. Tanamkan di hati kita bahwa kesempatan tidak datang dua kali pada orang yang menyia-nyiakannya, tetapi akan datang berulang kali pada orang mengambil kesempatan tersebut meskipun akhirnya mendapatkan kegagalan, dan akan menghilang ketika orang tersebut telah mencapai keberhasilan.

Dalam kompetisi kebaikan tidaklah mengenal kata malu ataupun merasa lebih rendah, siapa yang lebih cepat maka dialah yang akan menjadi juaranya. Maha bijaksana ALLooh yang menciptakan baik dan buruk. Semoga ALLooh SWT berkenan memberikan kita umur panjang supaya dapat menjadi seorang pemenang dalam segala hal kebaikan.

0 comments:

Post a Comment