Ketahuilah bahwa sebagai makhluk
yang lemah, kita harus senantiasa berhati-hati terhadap racun yang ada di
sekitar kita. Jika kita tidak berhati-hati dan membiarkan racun itu masuk ke
tubuh kita, maka akan muncullah berbagai macam penyakit di tubuh kita, baik
penyakit dzhohir maupun batin. Jika racun dzhohir yang berupa zat kimia atau
bahan-bahan kimia berbahaya lainnya dapat menimbulkan penyakit dzhohir yang
terkadang membuat kita merasa tersiksa, maka ketahuilah bahwa racun batin akan
menimbulkan penyakit batin yang akan membuat kita menjadi orang yang celaka dan
tersiksa selama-lamanya.
Maksiat, itulah racun yang sangat
berbahaya bagi diri kita. Separah apa pun penyakit yang kita derita akibat
racun dzhohir yang menyerang tubuh kita, penderitaan itu akan segera berakhir
ketika kita mati. Jika racun maksiat yang menyerang hati kita dan tidak segera
kita obati, maka sakit itu justru akan bertambah ketika kita mati. Oleh karena
itu, Al-Imam Al-Quthb Ad-Da’I IlaLLooh Al-Habib AbduLLooh bin Alwi Al-Haddad
merangkum bahaya penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh racun yang bernama
maksiat ini. Dengan mengambil referensi dari Al-Qur’an, Al-Hadits, dan
kitab-kitab para salaf, beliau menerangkan hal ini dengan begitu jelas.
Nabi SAW bersabda:
“Empat hal yang merupakan tanda kecelakaan adalah mata yang tidak
pernah menangis, hati yang keras, tamak dan panjangnya angan-angan.”
Dalam hadits di atas RosuuluLLooh SAW menerangkan korelasi
yang jelas antara mata yang tidak pernah menangis dan hati yang keras. Jika
seseorang tidak pernah takut dan menangisi dosa-dosanya, maka dapat dipastikan
bahwa dia adalah orang yang memiliki hati yang keras. Lalu apakah penyebab hati
yang keras itu?
Dalam hadits yang lain
RosuuluLLooh SAW bersabda:
“Kerasnya hati adalah akibat dari dosa yang menumpuk.”
Jika kita mengetahui makanan yang
mengandung racun dan berbahaya, tentu kita tidak akan pernah sekali pun
memakannya. Demikian pula seharusnya sikap kita apabila kita mengetahui dan
menyadari bahwa maksiat adalah racun yang sesungguhnya lebih berbahaya.
Terkadang kita memang tidak
menyadari bahaya maksiat, karena kita tidak merasakan atau mengetahui sendiri
betapa besar dampak negative yang ditimbulkan oleh maksiat ini. Namun tidak
semestinya kita bersikap seperti itu, karena kehidupan di dunia ini adalah
waktu yang begitu singkat jika dibandingkan dengan penyesalan abadi kelak di
akhirat yang diakibatkan oleh maksiat.
RosuuluLLooh SAW bersabda:
“Seorang hamba akan dicegah dari rizqi dengan sebab dosa yang dia
lakukan.”
Mari sejenak kita renungkan
baik-baik hadits di atas. Bagaimana rizqi yang kita terima selama ini? Jika
kita merasa bahwa rizki kita begitu sulit, maka mungkin saja itu akibat dari
maksiat yang kita lakukan kepada ALLooh SWT.
Lebih jauh lagi kita bertanya,
mengapa angka kemiskinan di negara kita ini semakin tinggi, padahal sumber daya
alam di Bumi Pertiwi yang kita tempati saat ini begitu besar dan melimpah. Laut
yang luas terbentang dengan sumber kekayaan yang terbilang jumlahnya. Lihatlah,
betapa kayanya lautan kita dengan ikan, rumput laut dan aneka macam tumbuhan
laut yang begitu melimpah. Belum lagi minyak dan bermacam bahan tambang yang
punya nilai besar.
Kita juga memiliki tanah yang
begitu subur, yang bisa kita olah sesuai dengan kebutuhan kita. Berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang hidup subur di atas tanah yang hijau ini. Semua ini masih
didukung dengan sumber mata air yang begitu melimpah, sehingga dengan demikian
kita bisa menanam apa pun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kita. Negeri ini
juga diberkahi dengan kekayaan alam yang sangat potensial seperti emas, perak,
timah, tembaga dan lain sebagainya.
Melihat semua kenyataan ini,
sangatlah tidak logis jika Indonesia yang memiliki SDA yang luar biasa ini
justru tampil menjadi negara miskin yang terbelakang dalam berbagai aspek
kehidupan. Kita juga dikenal sebagai salah satu negara dengan hutang luar
negeri yang amat besar.
Sementara itu, terdapat banyak
orang yang telah memiliki kekayaan berlebihan, akan tetapi tak kunjung
mendapatkan kedamaian dan ketenangan hati. Rumah tangga mereka berantakan,
anak-anak mereka sulit dibina, dan mereka dipusingkan dengan berbagai macam
permasalahan yang tak pernah selesai dan senantiasa mengganggu batin mereka.
Mengapa kemiskinan masih melanda
negeri ini meski kekayaan alam kita melimpah? Mari sekali lagi kita renungkan
baik-baik hadits Nabi SAW di atas. Boleh jadi semua ini akibat dari maksiat
yang kita lakukan dan dosa yang selalu saja kita kerjakan.
Orang-orang yang selalu
bermaksiat akan selalu mendapatkan kehidupan yang tidak menyenangkan. Pada
puncaknya, orang-orang yang ahli maksiat akan dimatikan oleh ALLooh SWT dalam
keadaan su’ul khotimah. Sepedih dan
sesusah apa pun kehidupan di dunia ini akan terasa sepele jika dibandingkan
dengan hukuman yang akan dialami oleh para ahli maksiat terlebih mereka yang
mati dalam keadaan su’ul khotimah.
Siksaan yang mereka alami akan jauh lebih dahsyat dan mengerikan. Oleh karena
itu, mari kita perbaiki diri kita dan mari kita bertaubat kepada ALLooh SWT.
Mari kita ubah maksiat-maksiat yang kita lakukan menjadi perbuatan taat dan
ibadah kepada ALLooh SWT agar kita terhindar dari siksaan ALLooh yang pedih.
Dalam sebuah kesempatan,
Sayyidina Sa’id bin Musayyab yang merupakan salah seorang pemuka tabi’in yang
hidup di Madinah berkata: “Tidaklah
seseorang menghormati dirinya dengan sebuah perbuatan, seperti dia berbuat taat
kepada ALLooh. Dan tidaklah dia menghinakan dirinya seperti dia bermaksiat
kepada ALLooh SWT.”
Sebagai manusia yang normal,
pasti kita ingin selalu mendapat penghargaan dan penghormatan, baik dari sesame
manusia dan terlebih lagi dari ALLooh SWT. Bukankah kita akan cenderung marah
ketika ada orang yang menghina atau menjatuhkan martabat kita. Oleh karena itu,
ketahuilah bahwa dengan taat kepada ALLooh kita akan menjadi orang yang mulia.
Sebaliknya, pasti kita tidak ingin dihina oleh siapa pun. Ketahuilah para
hadirin, bahwa maksiatlah yang akan membuat kita menjadi orang yang hina. Oleh
karena itu, jauhilah maksiat agar kita senantiasa menjadi orang-orang yang
mulia. Pertanyaannya, sudah sejauh mana kita membuktikan keinginan ini?
Banyak di antara saudara kita
yang salah dalam mewujudkan keinginan ini. Mereka mendambakan kehormatan dengan
mencari jabatan atau mengumpulkan harta benda, yang tak jarang justru membuat
mereka jatuh tersungkur di lembah maksiat. Pada akhirnya angan-angan ini
membuat mereka menjadi orang yang hina di hadapan ALLooh SWT.
Mari senantiasa kita tingkatkan
ketaqwaan dan ketaatan kepada ALLooh SWT agar kita menjadi orang-orang yang
benar-benar mencintai dan dicintai oleh ALLooh SWT. Jika ALLooh SWT mencintai
kita, maka alam semesta dan seluruh makhluk akan cinta kepada kita sehingga
kita pun akan menjadi orang yang beruntung di dunia dan di akhirat. Sebaiknya,
ketika kita selalu bermaksiat kepada ALLooh SWT, maka cinta kita akan pudar dan
ALLooh SWT akan murka kepada kita. Menjadi sebuah keniscayaan bahwa seluruh
alam juga akan akan membenci kita, dan pada akhirnya kita akan menjadi
orang-orang yang rugi.
Maksiat akan membuat hati kita
kaku dan mati. Maksiat akan menjadi penyebab rizqi kita menjadi sulit dan tidak
berkah. Oleh karena itu, mari kita jauhi benar-benar maksiat ini agar semua
urusan kita senantiasa diberi kemudahan oleh ALLooh SWT. Agar semua cita-cita
kita dimudahkan oleh ALLooh SWT, dan kita menjadi orang-orang yang mulia di
dunia dan akhirat. Aamiin Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin…
Seberapa sempurna kita
memperbaiki ketaatan kita dan menjauhi maksiat, maka sebanyak itulah
kebahagiaan dan ketenangan yang akan kita rasakan. Sejauh mana kita
menyia-nyiakannya, begitu jugalah kesengsaraan yang akan kita dapatkan. Hati
kita akan menjadi semakin keras, mati dan jauh dari ALLooh SWT.
Semoga tulisan ini membawa
manfaat bagi kita semua, dan bisa membuat kita memperbaiki amalan kita serta
menjauhi racun yang bernama maksiat.
0 comments:
Post a Comment