Thursday, September 13, 2018

Belajar Hidup Hemat dan Sederhana


Hasil gambar untuk Belajar Hidup Hemat dan SederhanaSalah satu ajaran Islam adalah hidup hemat dan dermawan. Al-Qur’an yang merupakan pedoman hidup bagi kaum muslimin banyak membicarakan aturan hidup manusia, salah satu aturan hidup itu adalah bagaimana agar kita hidup hemat dan dermawan. Sebagaimana firman ALLooh SWT dalam Al-Qur’an pada surah Al-Isroo’ ayat 26:
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orangmiskin dan ibnu sabil, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”

Ayat tersebut memerintahkan agar kaum muslimin dapat menunaikan hak-haknya kepada karib kerabat, yaitu hak keluarganya yang dekat dengan kita. Hak-hak yang dimaksud antara lain; menjaga dan menjalin hubungan silaturrochim dengan baik, bergaul secara harmonis, bersikap tolong menolong, saling mengasihi, bahu-membahu, ringan sama dibawa berat sama dipikul. Hal ini sesuai dengan firman ALLooh dalam surat Al Maaidah ayat 2:
“Dan bertolong-tolonglah kamu (dalam mengerjakan) kepada kebaikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.”

Di samping memberikan hak dan kewajiban kepada keluarga yang dekat, juga memerintahkan agar menunaikan hak-hak kepada orang lain seperti membantu fakir miskin, ibnu sabil dan lain-lain.

Dalam penggunaan harta benda hendaklah tidak berlebih-lebihan atau boros. Sebab pemborosan itu termasuk saudara setan. Yang dimaksud pemborosan itu, yaitu mereka yang menggunakan hartanya bukan di jalan ALLooh, walaupun sedikit tetap dikategorikan sebagai pemboros. Lebih jelas lagi ALLooh berfirman dalam Al-Qur’an pada surah Al-Isroo ayat 27:
“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”

Sikap hidup boros dalam islam adalah sikap hidup tercela, karena tidak dapat memanfaatkan harta bendanya yang dianugerahkan ALLooh dengan sebaik-baiknya. Sebenarnya ALLooh memperingatkan kepada manusia agar pandai-pandai mensyukuri nikmat ALLooh dengan memanfaatkan apa yang ada pada diri manusia, demikian pula dengan segala yang diberikan ALLooh kepada manusia. Firman ALLooh dalam Al-Qur’an pada surah Ibrohim ayat 7:
“Dan ingatlah tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu (pandai) bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”

Selain ALLooh SWT melarang bersikap kikir atau bakhil, sebab kekikiran itu bukan hanya dicela oleh ALLooh SWT, tetapi oleh keluarga, tetangga, bahkan diasingkan oleh masyarakat. Sebab, di balik harta yang melimpah itu ada hak-hak yang wajib diberikan kepada yang berhak menerimanya, terutama fakir miskin.

Orang kaya sering terlena dan terjebak dengan harta kekayaan itu seolah-olah semuanya milik sendiri, punya sendiri, bekerja sendiri, capek sendiri, hasil sendiri. Padahall ALLooh memperingatkan dalam Al-Qur’an, harta mereka itu benar-benar ada hak-haknya bagi orang lain. Seperti firman-Nya dalam surah Al-Isroo ayat 26 yang berbunyi :
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin, dan ibnu sabil dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”

Senada dengan itu RosuuluLLooh SAW bersabda:
“Peliharalah dirimu dari perbuatan dzholim, karena perbuatan dzholim itu akan menjadikan kegelapan-kegelapan padahal hari kiamat. Dan peliharalah dirimu dari sifat kikir, karena kikir itu telah membinasakan ummat-ummat sebelum kamu, mendorong mereka mengadakan pertumpahan darah dan menghalalkan segala yang dianugerahkan ALLooh kepada mereka.” [HR. Imam Muslim]

Sifat kikir dalam hadits tersebut adalah sifat yang terdapat pada seseorang yang suka menumpuk-numpuk harta bendanya tetapi tidak menunaikan haknya kepada orang lain yang senantiasa sangat memerlukannya. Hartanya hanya dipergunakan untuk hidup mewah, berfoya-foya, tak pernah melirik yang kelaparan di kiri kanan, tak pernah menengok yang kehausan di depan dan belakang. Tak pernah terketuk hatinya bahwa si fakir dan si miskin sehari-harinya hanya mencari sesuap nasi seteguk air untuk mempertahankan hidupnya.

Sifat kikir adalah sifat yang ada pada seseorang yang biasa menumpuk-numpuk harta dan biasanya disertai pula dengan sifat tamak pada harta. Dari sifat tamak itulah yang mengakibatkan menghalalkan segala cara dan menjadi saling partumpuhan darah. Dalam hal ini RosuuluLLooh SAW bersabda:
“Mengisi penuh suatu wadah oleh seorang anak Adam itu tidak akan lebih berbahagia dari mengisi penuh perutnya sendiri. Bagi anak Adam cukup hanya sesuap makanan untuk dapat menegakkan punggungnya. Dan jika harus makan juga (lebih dari itu), maka sepertiga untuk makanannya dan sepertiga untuk minumannya dan yang sepertiga (lagi) untuk nafasnya.” [HR. Imam Tirmidziy]

Dari  hadits tersebut memperingatkan kepada kita, perut itu hanya dapat berfungsi dengan baik apabila perut itu terbagi menjadi tiga bagian, yaitu sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan yang sepertiga lagi untuk bernapas. Dari pemahaman hadits tersebut, kalau kita berpikir lebih jauh lagi, harta yang melimpah itu akan berfungsi dengan baik sebagaimana fungsi perut, ada fasilitas untuk makanan, ada fasilitas untuk minuman, dan ada pula fasilitas untuk bernapas. Demikian pula dengan harta, ada haknya untuk fakir miskin, ada haknya untuk ibnu sabil, ada haknya untuk sabiliLLaah, ada haknya untuk ghorim dan ada pula hak-hak yang harus diberikan untuk kepentingan-kepentingan lain.

Oleh karena itu, marilah kita dalam hidup ini jangan suka berlaku boros. Belanjakan harta yang kita miliki dengan hemat, wajar-wajar, namun tidak sampai kepada sifat bakhil, sesuaikan dengan tuntunan agama.

0 comments:

Post a Comment