Dengan datangnya bulan Mucharrom
ini tak ada ungkapan yang patut kita sampaikan selain ungkapan syukur.
Menikmati karunia-Nya dan melaksanakan ibadah yang menjadi perintah-Nya. Dengan
datangnya tahun baru Hijriah ini pula, berarti umur kita bertambah satu tahun
dan sekaligus kesempatan hidup kita berkurang satu tahun. Dan dengan memasuki
tahun baru Hijriah ini marilah kita mengintrospeksikan diri seberapa jauh ketaatan
kita kepada ALLooh SWT, selama masa satu tahun ini. Adakah amal saleh yang kita
perbuat selama ini lebih banyak daripada kemaksiatannya, atau sebanding, atau
bahkan lebih sedikit?
Setelah kita introspeksi dan
teliti amal perbuatan kita selama satu tahun ini dan hasil yang bagaimanapun
juga, maka dengan masuknya tahun baru Hijriah ini kita tingkatkan keimanan dan
ketaqwaan kita kepada ALLooh SWT. Dan kita tekan sekecil mungkin kemaksiatan
dan kemungkaran, agar tahun yang akan kita lalui lebih baik dari yang kemarin,
bukan sebaliknya. Dan terhadap dosa-dosa yang telah kita lakukan, marilah kita
senantiasa mohon ampunan dari ALLooh.
Adapun upaya untuk meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kita kepada ALLooh dapat kita tengok sejarah perjuangan
RosuuluLLooh SAW beserta sahabat-sahabatnya dalam menegakkan agama Islam, sehingga
mereka hijrah dari Mekkah ke Madinah, juga hikmah dari adanya tahun Hijriah itu
sendiri.
RosuuluLLooh SAW dalam menegakkan
dan mengembangkan agama Islam di Mekkah dulu bersama para sahabat, banyak
sekali mengalami rintangan dan ancaman. Kaum kafir Quroisy sengaja merintangi
dakwah beliau dengan berbagai cara. Mereka menghina, mencaci, menyiksa para
sahabat beliau, bahkan sampai mengancam akan membunuh beliau. Semua itu
dilancarkan untuk menghalau dakwah beliau dan melepaskan agama Islam yang telah
mereka peluh serta bersedia kembali kepada ajaran nenek moyang, menyembah
berhala. Namun demikian, dengan berbagai rintangan, bujuk rayu sampai ancaman
yang dilancarkan terhadap RosuuluLLooh dan para sahabatnya, tidak mempengaruhi
semangat mereka dalam memperjuangkan agama ALLooh. Sedikit pun tidak
mengendorkan semangat dan menggoyahkan iman mereka. Semakin banyak rintangan
yang dilancarkan justru semakin kuat dan bertambah banyak pengikut ajaran agama
Islam.
Dan ketika kaum Quroisy melihat
makin hari makin banyak ummat Islam di kota Mekkah, mereka berunding dan
bersepakat akan menangkap RosuuluLLooh SAW untuk dibunuh. Dalam situasi yang
amat genting dan kritis ini beliau mendapat wahyu dari ALLooh SWT agar
berhijrah ke Madinah. Lalu berhijrahlah RosuuluLLooh SAW bersama Sayyidina Abu
Bakar RA dan para sahabat-sahabatnya menuju kota Yatsrib, yang dikenal dengan
nama Madinah. Dalam perjalanan hijrah ke Madinah itu, pada saat beliau tiba di
Quba, langkah yang pertama kali beliau lakukan adalah membangun masjid di sana,
yang kemudian dikenal dengan Masjid Quba, masjid yang pertama kali didirikan.
Sesampainya di Madinah langkah awal beliau juga membangun masjid di sana, yang
dikenal dengan nama Masjid Nabawi. Selanjutnya beliau mempersaudarakan antara
sahabat-sahabat Muhajirin dengan sahabat-sahabat Anshor.
Dari sekelumit peristiwa hijrah
yang bersejarah ini dapat kita tarik benang merah dan pelajaran, bahwa hijrah
beliau bersama para sahabatnya ke Madinah bukanlah karena tersingkir kalah,
akan tetapi untuk memperbaiki dan membangun ummat, memperkuat aqiidah,
mempertebal keimanan dan ketaqwaan, membangun ukhuwwah islamiyah, menghidupkan semangat saling tolong-menolong
dan bergotong-royong dalam memperjuangkan agama Islam.
Itulah antara lain pelajaran yang
amat berharga yang dapat kita ambil dari peristiwa hijrah. Maka merupakan
pilihan yang tepat dan penetapan yang pas titik tolak dimulainya tahun baru
atau kalender ummat Islam dari peristiwa hijrah ini. Pilihan dan penetapan yang
ditetapkan oleh Kholifah kedua, yaitu Sayyidina Umar bin Khoththob RA atas
usulan Sayyidina Ali KWH. Pilihan itu tepat dan penetapan itu dibilang pas,
karena peristiwanya sendiri sudah menggambarkan perjuangan yang gigih, pantang
menyerah.
Selain itu, peristiwa hijrah
seolah-olah merupakan garis pemisah antara kebatilan dan kebenaran. Juga
peristiwa itu diibaratkan sebagai jembatan yang menjembatani antara dua periode
perjuangan, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Dengan demikian, hijrah
merupakan keharusan dan kelanjutan perjuangan. Bukan lari atau meninggalkan
gelanggang perjuangan. Dan kenyataannya memang demikian, peristiwa hijrah
memberikan harapan dan keberhasilan atau kemenangan perjuangan. Oleh karena
itu, tidaklah berlebihan kalau dikatakan, bahwa hijrah merupakan tonggak perjuangan
atau fajar kemenangan yang menentukan kemenangan berikutnya dari perjuangan
RosuuluLLooh SAW. Pantaslah jikalau kelak di akhirat sahabat-sahabat Muhajirin
dan Anshor mendapat jaminan surga dari ALLooh SWT. Sebagaimana tersebut dalam
surat At-Taubah ayat 100 yang artinya:
“Orang-orang yang terdahulu yang pertama-tama (masuk Islam) di antara
orang-orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, ALLooh Ridho kepada mereka dan mereka pun Ridho kepada ALLooh dan ALLooh
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.”
Dalam ayat di atas, yang dijamin
masuk surga tidak hanya orang-orang Muhajirin dan Anshor saja, tetapi termasuk
segenap ummat Islam yang mengikuti ajaran RosuuluLLooh SAW beserta kebajikan
para sahabat terdahulu itu. Dengan demikian, jelas bahwa kita juga berhak
mendapatkan jaminan seperti sahabat Muhajirin dan sahabat Anshor, yaitu jaminan
masuk surga, dengan catatan kita bersedia dan sanggup mengikuti sunnah Rosul
dan para sahabatnya.
Dengan akan masuknya tahun baru
hijriah ini mari kita budayakan pemakaian penanggalan hijriah, yang merupakan
penanggalan ummat Islam, penanggalan kita sendiri. Seperti dalam membuat surat,
mencatat suatu kejadian, atau mengadakan suatu acara, dan lain-lain yang
membutuhkan penanggalan. Kalau kita sampai sekarang belum membiasakan memakai
penanggalan hijrah ini adalah termasuk kesalahan besar bagi kita. Sebab siapa
lagi yang akan menggunakannya kalau bukan ummat Islam sendiri, termasuk kita
ini. Maka sudah seharusnyalah mulai sekarang kita menggunakan penanggalan
hijrah ini di samping penanggalan Masehi. Sungguh manfaatnya besar sekali.
Sebab untuk mengingatkan kita akan peristiwa hijrah yang sarat dengan pelajaran
bagi kita, untuk menggugah semangat kita di dalam memperjuangkan agama Islam.
Juga termasuk menghidupkan syiar Islam.
WALLOOHU A’LAM BISH SHOWAAB
0 comments:
Post a Comment