Monday, August 20, 2018

Esensi Ibadah Kurban

Gambar terkaitAgama adalah pengorbanan. Setiap orang yang beragama, terlebih sebagai Muslim, haruslah siap mengorbankan jiwa dan raganya. Harta dan bahkan nyawa harus siap dikorbankan di jalan ALLooh SWT. Dalam edisi kali ini kami akan menyampaikan tentang edisi kurban sebagai napak tilas sejarah dan motivasi bagi setiap hamba ALLooh untuk selalu berkorban demi tegaknya syiar ALLooh di muka bumi. Berikut selengkapnya:

“Anaibnu adzdzabihain (Aku adalah anak dua orang yang disembelih)” begitulah RosuuluLLooh SAW menegaskan asal keturunannya. Yang dimaksud dengan dua orang sembelihan ini adalah datuk beliau, NabiyuLLooh Ismail AS dan ayah beliau Sayyid AbduLLooh bin Abdil Muththolib. ALLooh SWT berfirman di dalam Al-Qur’an bahwa tatkala ayah Nabi Ismail yaitu Nabi Ibrohim AS mendapat perintah untuk menyembelih putranya, beliau segera menunaikan perintah ini tanpa memprotes. Inilah yang dalam ungkapan Salaf disebut dengan ta’abbudan, satu bentuk totalitas ketaatan kepada ALLooh tanpa pernah bertanya kenapa ALLooh mewajibkan ibadah itu. Karenanya, para pelakunya bisa menghadirkan diri sebagai kelompok hamba-hamba ALLooh yang mutaqorribin (dekat kepada ALLooh SWT).

Dalam dimensi yang berbeda, ada lagi bentuk penghambaan lain seperti yang dilakukan Abdul Muththolib, kakek RosuuluLLooh SAW. Beliau pernah bernadzar bahwa jika ALLooh berkenan menganugerahinya sepuluh anak laki-laki, maka salah seorang di antara mereka akan dikorbankan. Tatkala Sayyid AbduLLooh, anak yang kesepuluh lahir, Abdul Muththolib segera menepati nadzarnya, Abdul Muththolib mengundi siapa dari kesepuluh anaknya yang akan beliau korbankan.

Setelah diundi, yang keluar adalah nama Sayyid AbduLLooh. Padahal, Sayyid AbduLLooh adalah putra Abdul Muththolib yang paling disayanginya. Namun pantang bagi Abdul Muththolib menyalahi nadzarnya. Pantang juga baginya untuk menukar Sayyid AbduLLooh dengan putra-putranya yang lain.

Abdul Muththolib telah bersiap menyembelih Sayyid AbduLLooh, tapi orang-orang Quroisy mencegahnya. Mereka khawatir, nantinya itu akan menjadi sunnah (kebiasaan) pada keluarga Quroisy lainnya. Namun AbduLLooh Muththolib bersikeras menunaikan nadzarnya. Kemudian ada usulan agar beliau meminta pendapat seorang pendeta Bani Sa’ad. Pendeta ini memberikan solusi untuk mengundi Sayyid AbduLLooh dengan sepuluh ekor onta. Kalau yang keluar onta, maka sepuluh onta itu yang disembelih. Tapi kalau yang keluar nama Sayyid AbduLLooh, maka Abdul Muththolib harus menambah sepuluh ekor onta lagi. Abdul Muththolib menuruti solusi pendeta tadi.

Ketika diundi, ternyata yang keluar tetap nama Sayyid AbduLLooh. Mereka pun mengundinya berulang kali, namun lagi-lagi nama Sayyid AbduLLooh yang keluar. Begitulah seterusnya, baru pada undian yang kesepuluh, keluarlah pilihan onta. Itu berarti bahwa Abdul Muththolib harus menyembelih seratus ekor onta. Kalau dikonversikan dengan harga onta sekarang harga seekor onta 4000 Riyal Saudi atau setara 14 Juta Rupiah. Berarti 100 ekor onta setara dengan 14 Miliar Rupiah.

 Begitulah cerita nadzar Abdul Muththolib yang sangat fenomenal itu. Nadzar menurut Imam AbduLLooh bin Alawiy Al Haddad tidak boleh dilakukan kecuali dalam rangka mendekatkan diri (taqorrub) kepada ALLooh SWT. Dalam konteks nadzar Abdul Muththolib ini, beliau bernadzar sebagai wujud syukur kepada ALLooh yang telah memberinya sepuluh orang anak laki-laki. Bersyukur adalah satu di antara sifat utama hamba-hamba ALLooh yang bisa digolongkan kepada al-mutaqorribin. Tidak banyak manusia yang memenuhi kriteria ini. ALLooh SWT berfirman:
Dan sedikit sekali hamba-hambaKU yang mau bersyukur.” [QS. Saba’:13]

Kata korban, kurban atau qurban adalah serapan dari Bahasa Arab yang berarti persembahan. Asal fi’il madhi ‘qoruba’ berarti dekat. Ritual kurban yang menjadi satu di antara syariah Islam yang amat mulia pada setiap Hari Raya Idul Adha adalah satu di antara media yang diberikan ALLooh kepada ummat ini untuk mendekatkan diri kepadaNYA. Ini sesuai dengan sejarah kurban itu sendiri yang merupakan napak tilas pengorbanan yang pernah dilakukan oleh Nabi Ibrohim AS.
Sekian lama Nabi Ibrohim AS merindukan buah hati yang tak kunjung didapatinya selama pernikahannya dengan istri pertama beliau Siti Sarah, yang disebut-sebut sebagai wanita paling cantik di dunia. Baru setelah beliau menikahi Siti Hajar, ALLooh berkenan memberikan momongan yang dirindukan. Ismail lahir dari rahim Siti Hajar yang sebelumnya adalah seorang budak yang mengkhidmatkan diri kepada Siti Sarah.
Cerita pengorbanan keluarga Sayyidina Ibrohim AS juga tidak bisa dilepaskan dari pengorbanan cinta. Bagaimana Siti Sarah rela berkorban dan mengenyampingkan rasa cemburunya. Siti Sarah menyuruh Nabi Ibrohim menikahi Siti Hajar setelah Siti Sarah sadar bahwa dia tidak bisa menjadi perantara Nabi Ibrohim mendapatkan keturunan. Tapi, justru atas pengorbanannya itu ALLooh juga berkenan menganugerahi Siti Sarah seorang anak yang kelak menjadi bapak semua Nabi Bani Israel. Siti Sarah kemudian disebut “Kanat ‘aqirotan wa shorot ummal anbiyaa’ (Wanita mandul yang akhirnya menjadi Ibu para Nabi).”
Tidak ada pengorbanan apa pun yang dilakukan seorang hamba melainkan ALLooh pasti akan menaikkan derajat hamba tadipada maqom atau kedudukan yang hanya ALLooh saja yang tahu. Abdul Muththolib berkorban, lalu ALLooh menetapkannya sebagai kakek dari Nabi penutup para Nabi, Sayyidina Muchammad SAW. Nabi Ibrohim berkorban dan ALLooh menetapkannya sebagai kholiluLLooh (Kekasih ALLooh). Nabi Ibrohim kemudian menjadi moyang semua Nabi setelahnya. Siti Sarah berkorban, lalu ALLooh berkenan mengakhiri kemandulannya hingga ia pun mengandung dan melahirkan anak. Bahkan ALLooh menetapkannya sebagai ibu semua Nabi Bani Israil.
Kehidupan para penyeru agama dan pejuang dari masa ke masa pun tak pernah sunyi dari beragam pengorbanan. Harta diserahkan, nyawa dipersembahkan dan tercapainya tujuan perjuangan. Kehidupan adalah perjuangan yang tiada bertepi. Kehidupan adalah momen berharga bagi manusia untuk memupuk segala bentuk pengorbanan dalam rangka menjadi hamba ALLooh yang paling dekat dan paling taqwa kepada-NYA. Karena itulah, maka berkurban adalah hal yang niscaya dalam kehidupan. Tanpa pengorbanan, seorang hamba tak akan pernah bisa menaikkan derajatnya di sisi ALLooh SWT.
Kalau untuk memenuhi kesenangan dunia semata kita sanggup mengeluarkan uang sekian juta, kenapa untuk mendapatkan Ridho ALLooh kita tak sudi melakukannya? Untuk mengganti empat ban mobil kita yang sudah tipis, kita mudah sekali mengeluarkan uang. Apakah gerangan yang menghalangi kita membeli seekor kambing? Padahal harga empat unit ban mobil yang paling murah sekali pun minimal dua juta rupiah. Uang sebanyak itu sudah berlebih kalau kita belikan seekor kambing.
Ingatlah sabda RosuuluLLooh SAW bagi mereka yang memiliki kemampuan finansial untuk berkurban tapi enggan melakukannya:
Siapa yang memiliki kelapangan harta tapi tidak mau berkurban, maka sekali-kali jangan pernah mendekati tempat sholat kami!”
Demikian yang bisa kami sampaikan dalam edisi kali ini, semoga ini mendorong semangat untuk mendekatkan diri kepada ALLooh dengan jalan berkorban dengan apa yang kita miliki sesuai kemampuan kita. Semoga ALLooh SWT menerima pengorbanan kita dan mencatatnya sebagai amal sholeh, serta bekal yang berguna di Hari Akhir kelak.

0 comments:

Post a Comment