Keikhlasan memang sesuatu yang
sangat penting dalam menjalankan ibadah kepada-NYA, jika ibadah disertai dengan niat yang ikhlas, maka ALLooh akan
membalasnya dengan pahala. Sedangkan amal kebajikan yang kita tidak akan
mendapatkan apa-apa selain dari tujuan kita beribadah tanpa keikhlasan, yaitu
hanya pujian manusia yang hanya sesaat.
Ikhlas itu sendiri berarti
beramal atau beribadah yang dilaksanakan semata-mata karena ALLooh, yakni hanya
mengharapkan keridhoan-NYA.
Ikhlas merupakan ruh dari setiap
amal, dan amal kebajikan, amal ibadah yang ditentukan seseorang tanpa
keikhlasan, maka amal yang demikian itulah amal yang tidak mempunyai ruh.
Imam Ibnu Majah meriwayatkan
sebuah hadits bahwa RosuuluLLooh SAW pernah bersabda yang artinya sebagai
berikut:
“ALLooh tidak menerima amalan melainkan amalan yang ikhlas dan yang
karena itu mencari keridhoan ALLooh.”
Keikhlasan juga merupakan syarat
diterimanya amal, sebagaimana firman ALLooh SWT dalam Al-Qur’an surat
Al-Bayyinah ayat 5:
“Dan tidak diperintahkan mereka, melainkan supaya mereka beribadah
kepada ALLooh seraya mengikhlaskan taatnya kepada ALLooh, lagi condong kepada
kebenaran.”
Agama Islam merupakan agama yang
memandang niat dengan pandangan yang besar. Karena nilai amal ibadah seseorang
itu tergantung dari niatnya, jika niatnya baik, maka hasilnya pun akan baik,
namun jika niatnya jelek, maka hasilnya (balasannya) pun jelek.
Suatu contoh seorang yang
bersedekah. Ini merupakan perbuatan yang baik, namun jika bersedekah itu
didasari dengan niat yang ikhlas, maka sedekahnya yang asalnya baik pun akan
baik, namun jika bersedekah itu didasari dengan niat yang tidak ikhlas, maka
sedekahnya yang asalnya baik pun menjadi jelek. Ia akan mendapatkan sekedar apa
yang diniatkan. Misalnya ia sedekah dengan niat pamer, ingin dipuji orang lain,
maka ia bersedekah hanya mendapatkan pujian dari orang lain tersebut dan tidak
mendapatkan pahala dari ALLooh. Dan inilah yang akan membuat penyesalan di
akhirat nanti.
ALLooh SWT berfirman dalam
Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 9 yang artinya:
“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah mengharapkan
keridhoan ALLooh, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula
(ucapan) terima kasih.”
Inilah sesungguhnya ibadah yang
baik itu, kita memberikan sesuatu kepada orang lain, namun kita hanyalah
mengharapkan keridhoan ALLooh, bukan mengharapkan balasan dari orang yang kita
beri kebaikan, ataupun hanya mengharapkan ucapan terima kasih.
ALLooh SWT berfirman dalam surat
Al-Lail ayat 18-21 yang artinya:
“Yang menafkahkan hartanya (di jalan ALLooh) untuk membersihkannya,
padahal tidak ada seorangpun memberikan sesuatu nikmat kepadanya yang harus
dibalasnya, tetapi (dia memberikan semata-mata) karena mencari keridhoan
Tuhannya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.”
Kadang-kadang kita memberikan
sesuatu kepada orang lain karena orang lain itu pernah memberikan sesuatu
kepada diri kita, namun yang paling baik adalah kita memberikan sesuatu kepada
orang lain yang tidak pernah memberi apa-apa kepada kita.
Memang sesuatu itu tergantung
dari niat seseorang, sebagaimana sabda RosuuluLLooh SAW yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhori yang artinya:
“Bahwasanya segala perbuatan itu bergantung pada niat. Dan sesungguhnya
bagi tiap-tiap orang ada (sesuatu) yang diniatkan. Maka, barangsiapa yang
hijrahnya kepada (karena) ALLooh dan Rosul-NYA, maka hijrahnya kepada ALLooh
dan Rosul-NYA. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena ingin mendapatkan dunia
atau mengawini wanita, maka hijrahnya ke arah sesuatu yang ditujunya.”
Oleh sebab itu, jika kita
melaksanakan suatu perbuatan, maka kita harus menata niat kita, yaitu niat
hanya mengharapkan keridhoan ALLooh, bukan karena orang lain atau hanya ingin
mendapatkan pujian dan ucapan terima kasih….
WALLOOHU A’LAM BISH SHOWAAB
0 comments:
Post a Comment