Monday, June 18, 2018

Persaudaraan dan Persatuan

Hasil gambar untuk Persaudaraan dan PersatuanMenumbuhkan kesadaran untuk membina persaudaraan serta meniadakan perpecahan adalah merupakan pengakuan akan hakikat bahwa manusia ini di hadapan ALLooh sama, sama-sama menjalankan amanat ALLooh di muka bumi ini sesuai dengan pekerjaan dan tugas masing-masing. 

Manusia di hadapan ALLooh, baik yang berkulit putih maupun yang berkulit hitam, yang tinggi maupun yang pendek, yang gemuk atau yang kurus, yang kaya atau yang miskin, yang berpangkat atau rakyat jelata, semuanya adalah sama kedudukannya di sisi ALLooh, yang membedakan hanyalah ketaqwaannya kepada ALLooh.

ALLooh SWT berfirman dalam Al-Qur’an suraat Al Hujurot ayat 13 yang artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya ALLooh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Dari ayat di atas kita dapat mengambil pengertian bahwa segala bangsa yang ada di seluruh dunia berasal dari keturunan yang satu, yaitu Adam dan Hawa. Perbedaan warna kulit dan suku bangsa bukanlah halangan untuk saling mengenal dan membina persaudaraan, justru dengan perbedaan itulah akan timbul hasrat untuk saling memahami, mengetahui yang akhirnya saling kenal-mengenali, kemudian saling sayang-menyayangi.

Dengan memahami ilustrasi di atas, maka kita akan menyadari bahwa pertikaian, perpecahan hanyalah nafsu yang akan menjerumuskan kita dan menyesatkan ke lembah kehancuran belaka.

ALLooh SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqoroh ayat 213, yang artinya: “Manusia adalah ummat yang satu, maka ALLooh mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan memberi peringatan, dan ALLooh menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.”

Dari ayat tadi, kita memahami bahwa manusia itu berasal dari satu dan memang hakikatnya adalah satu, kemudian mereka menyebar ke berbagai tempat yang berbeda menyebabkan tumbuhnya adat istiadat dan kebiasaan yang berbeda, cara berfikir dan tidak mustahil menimbulkan benturan-benturan. Dan dari sinilah kemudian mengundang pertikaian, kemudian ALLooh mengutus para Rosul untuk menyelesaikan dan memberi keputusan di antara perselisihan itu berdasarkan hukum yang telah ditetapkan oleh ALLooh.

Dengan membawa ketentuan dan kitab dari ALLooh, para Rosul mengajak manusia untuk kembali bersatu dan kembali pula melaksanakan amanat ALLooh yang telah diberikan kepada mereka. Ajakan para Rosul itu tersurat dalam Al-Qur’an surat Al-Qur’an Ali Imron ayat 103: “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) ALLooh dan janganlah kamu bercerai-berai.”

Orang-orang yang senantiasa bersatu dan tidak mudah untuk berpecah-belah, maka mereka itulah yang akan mendapatkan petunjuk. ALLooh SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 101 yang artinya: “Barangsiapa yang berpegang teguh kepada agama ALLooh, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk pada jalan yang lurus.”

Dari dua ayat di atas, kita telah memahami bahwa Islam mengajak ummat manusia seluruh dunia untuk bersatu dalam rangka mewujudkan kemakmuran, berdasarkan keadilan, perdamaian dan saling hormat-menghormati serta persatuan yang selalu diRidhoi dan diRochmati oleh ALLooh.

Dari beberapa keterangan tadi, maka kita pun hendaknya sadar dan memulai untuk meningkatkan persatuan yang tentunya dimulai dari tingkat yang paling rendah, yaitu dari keluarga, kampung, kelurahan, kecamatan, kabupaten, dan seterusnya hingga persatuan dan kedamaian di seluruh dunia dapat tercapai.

Kita hidup di dunia ini sebagai makhluq social, yang tidak dapat hidup sendirian, yang satu membutuhkan yang lain. Oleh karenanya kita tidak boleh berbuat sesuatu yang egois, yang penting diri sendiri beruntung dan tidak peduli dengan kesusahan orang lain.

Jika manusia telah berbuat semaunya sendiri tanpa melihat bagaimana orang lain merugi atau bukan, maka akan hilanglah keutamaan dirinya sebagai manusia, hilanglah rasa sosialnya, akibatnya ia tidak akan dapat dilihat oleh orang lain melainkan hanyalah dirinya sendiri yang dapat melihat dan menilainya.

Islam sangat melarang sifat mementingkan dirinya sendiri, berfoya-foya di atas penderitaan orang lain, bahkan dalam hal jual-beli saja harus sama-sama Ridho, tidak boleh ada salah satu yang merasa dirugikan.

Sifat mementingkan diri sendiri dapat memicu perpecahan. Oleh sebab itulah sifat ini harus kita buang jauh-jauh dari kehidupan kita jika kita menginginkan persatuan tetap teguh.
Jika kita meningingkan kedamaian, maka harus diciptakan persatuan. Jika ingin persatuan dapat tercapai, maka tidak boleh ada manusia yang hanya mementingkan diri sendiri.
Oleh sebab itu, kita harus selalu membina persatuan agar tercipta suatu masyarakat yang damai. Dan kita berdoa kepada ALLooh agar Dia memberi kekuatan kepada kita agar kita dapat mewujudkan persatuan ini.

Aamiiin Yaa Robbal ‘Alamiin

0 comments:

Post a Comment