Perlu diketahui bahwa saat ini
kita telah menjalankan puasa selama dua pekan, ini berarti kita dalam suasana
peringatan Nuzulul Qur’an, yakni peringatan turunnya Al-Qur’an. Bagi kaum
muslimin, peringatan ini amatlah penting, karena peringatan ini merupakan
peringatan terhadap peristiwa yang amat agung yang terjadi beberapa abad silam.
Peristiwa yang membawa
pandangan-pandangan baru bagi ummat Islam terhadap alam semesta dan kehidupan,
derajat manusia dan perikemanusiaan dan tata hidup manusia, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang aman tentram berdasarkan iman kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa.
Kita ummat Islam yang
memperingati Nuzulul Qur’an karena kita berkeyakinan bahwa Al-Qur’an itu adalah
kitab yang memuat petunjuk-petunjuk hidup yang diturunkan kepada RosuuluLLooh
Muchammad SAW sebagai Rochmah bagi sekalian alam.
ALLooh SWT berfirman dalam
Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 41:
“(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Romadhon, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang chaq dan
yang bathil).”
Dan firman-NYA dalam surat
Al-Anfal ayat 41 yang artinya:
“Jika kamu beriman kepada ALLooh dan kepada apa yang Kami turunkan
kepada hamba Kami (Muchammad) di hari Furqon, yaitu di hari bertemunya dua
pasukan.”
Ayat tadi menjelaskan bahwa
Al-Qur’an itu diturunkan kepada Nabi Muchammad SAW pada hari bertemunya dua
pasukan. Bertemunya dua pasukan, yang dimaksud dalam ayat ini adalah bertemunya
tentara Islam dengan kaum kafir musyrik pada perang Badar, yang terjadi pada
hari Jum’at tanggal 17 Romadhon tahun kedua Hijriyah. Sedangkan yang dimaksud
hari furqon adalah hari permulaan diturunkan Al-Qur’an. Maka dari kedua hari
itu bersatu sifatnya yakni sama-sama hari Jum’at tanggal 17 Romadhon, walaupun
tidak dalam satu tahun.
Ayat Al-Qur’an yang mula-mula
turun adalah surat Al-Alaq ayat 1-5, yang artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah, yang
mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.”
Kemudian ALLooh SWT menurunkan
surat Al-Muddatsir ayat 1-5 yang artinya:
“Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan
Tuhanmu agungkanlah, dan bersihkan pakaianmu, dan perbuatan dosa
tinggalkanlah!”
Nah, barulah setelah diturunkan
Al-Qur’an surat Al-Muddatsir ini, RosuuluLLooh SAW berdakwah dengan
terang-terangan. Kemudian ayat-ayat selanjutnya turun untuk pedoman dakwah,
yang mengandung perintah dan larangan. Perlu rasanya untuk dikemukakan di sini,
bahwa di antara ayat-ayat Al-Qur’an tidak sedikit yang diturunkan karena ada
suatu peristiwa, sehingga RosuuluLLooh SAW mendapatkan bimbingan yang jelas
dalam berdakwah dan memimpin ummat.
Segala ucapan Nabi, perbuatan dan
tindakan beliau adalah merupakan tafsiran dari Al-Qur’an. Maka ketika Siti
‘Aisyah RAnha ditanya oleh sahabat: “Bagaimana akhlaq RosuuluLLooh?” Siti
‘Aisyah menjawab: “Akhlaq beliau adalah Al-Qur’an.”
Oleh sebab itu, sebagai ummatnya
kita harus senantiasa untuk berucap, bertindak dan berbuat sesuai dengan apa
yang diucap dan diperbuat RosuuluLLooh SAW. Karena jika kita berbuat dan berucap
sebagaimana RosuuluLLooh SAW maka berarti kita berucap dan berbuat berdasarkan
Al-Qur’an. Karenanya dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa RosuuluLLooh SAW adalah
suri tauladan yang baik, yang harus kita contoh sebagai ummat beliau SAW.
Jika kita ingin menjadi pemimpin
Negara yang sukses, maka kita harus mencontoh RosuuluLLooh SAW karena beliau
adalah pemimpin Negara yang berhasil membawa masyarakatnya kea rah kedamaian,
kemakmuran yang selalu mendapatkan Rochmah dari ALLooh.
Jika kita ingin menjadi panglima
perang yang sukses, maka kita pun harus mencontoh RosuuluLLooh SAW. Karena
beliau juga seorang panglima perang yang berhasil memimpin pasukannya, sehingga
berhasil dalam peperangan dan mendapatkan kemenangan.
Jika kita ingin menjadi guru yang
sukses, maka kita juga harus menjadikan beliau sebagai contoh, karena beliau
juga seorang guru bagi para sahabatnya, seorang guru yang berhasil mendidik
para muridnya sehingga mereka (para muridnya itu) mencontoh beliau.
Apa yang beliau katakan, apa yang
beliau kerjakan semuanya dicontoh oleh para sahabatnya karena cintanya mereka
kepada beliau. Kita sebagai ummatnya yang mengaku cinta kepada beliau harus
senantiasa membuktikan dengan mencontoh sikap beliau, karena beliau diibaratkan
sebagai Al-Qur’an berjalan.
WALLOOHU A’LAM BISH SHOWAAB
0 comments:
Post a Comment