Friday, January 12, 2018

Virus Valentine's Day (bagian 2)

Menyoroti Valentine’s Day
Setiap Februari menjelang, banyak remaja Indonesia yang notabene mengaku beragama Islam ikut-ikutan sibuk mempersiapkan perayaan Valentine. Walau sudah banyak yang mendengar bahwa Valentine adalah salah satu hari raya ummat Kristiani yang mengandung nilai-nilai akidah Kristen, namun hal ini tidak mereka pedulikan. Bisakah dibenarkan sikap dan pandangan seperti itu?

Tidak boleh ummat Islam merayakannya, menyetujuinya, menampakkan kegembiraan padanya, atau membantu kelancarannya karena hal itu berarti melanggar hukum ALLooh yang merupakan suatu tindak kedzholiman.

Dan bila perayaan tersebut merupakan perayaan orang kafir maka makin parah dosanya sebab hal itu merupakan tasyabbuh (menyerupai) mereka dan termasuk bentuk loyalitas kepada mereka, sedangkan ALLooh dalam Al-Qur’an telah melarang kaum mukminin menyerupai orang-orang kafir dan loyal kepada mereka. Juga, telah shohih bahwa Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari kaum tersebut.” [HR. Imam Abu Daawud dan Imam Achmad]

Perayaan Valentine’s Day termasuk hal di atas karena termasuk perayaan penyembah berhala dan ummat Nasrani. Maka tidak boleh ummat Islam yang beriman kepada ALLooh dan hari akhir ikut merayakannya, menyetujuinya, dan mengucapkan selamat untuknya.

Bahkan yang wajib adalah meninggalkannya dan menjauhinya sebagai ketaatan kepada ALLooh dan Rosul-NYA serta menjauhi sebab kemurkaan ALLooh. Sebagaimana pula diharamkan membantu semaraknya acara ini atau perayaan-perayaan haram lainnya baik dengan jual beli, mengirim kartu, mencetak, mensponsori, dan sebagainya karena semua itu termasuk tolong-menolong dalam dosa dan kemaksiatan. ALLooh SWT berfirman:
“…. Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran… [QS. Al-Ma’idah:2]

Ulama menyebutkan beberapa dampak negatif perayaan Valentine’s Day, di antaranya:
Pertama, Valentine’s Day hari raya bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari’at Islam.
Kedua, merayakan Valentine’s Day dapat menyebabkan cinta yang semu.
Ketiga, menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salafush-sholih.
Dampak buruk lainnya, terhapuslah nilai-nilai Islam serta memperbanyak jumlah mereka dengan mendukung dan mengikuti agama mereka.

Alhasil, hendaklah kaum muslimin sekarang ini mengetahui dan berhati-hati terhadap propaganda yang diserukan oleh orang-orang kafir yang berusaha menjauhkan kaum muslimin dari ajaran Islam dan melegalkan ajarannya yang sesat lagi menyesatkan.

VALENTINE, Hari Cinta?
Dikatakan, Valentine itu hari untuk menyebarkan kasih sayang dan cinta. Benarkah demikian? Salah, bahkan pernyataan itu sungguh memprihatinkan! Bukankah dengan demikian seolah-olah Islam tidak mengenal cinta kasih, padahal dalam Islam ajaran cinta kasih memiliki kedudukan tersendiri dengan skala prioritas sebagaimana tercantum dalam beberapa ayat yang ada di dalam Al-Qur’an.

Kelihaian dan kelicikan musuh Islam untuk menipu ummat Islam patut diacungi jempol. Valentine’s Day yang berbau syirik pun bisa terbungkus dan terpoles rapi dan digandrungi oleh generasi muda Islam yang tidak memiliki kekuatan Ilmu agama.

Kesimpulannya, Valentine’s Day merupakan hari raya orang kafir yang penuh kesyirikan. Tidak boleh ummat Islam ikut-ikutan merayakannya, dan membantu memeriahkannya dengan memperdagangkan alat-alat yang digunakan. Wajib ummat Islam menghindari kemurkaan ALLooh.

Kasih Sayang dalam Islam
Firman ALLooh SWT: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menjadikan kamu dari seorang laki-laki dan seorang wanita, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sesungguhnya orang mulia di antara kamu di sisi ALLooh adalah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya ALLooh Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal.” [QS. Al-Hujurot:13]

Sebenarnya dalam Islam tidak mengenal hari kasih sayang, kasih sayang dalam Islam terhadap sesama tidaklah terbatas dengan waktu dan di manapun berada, baik untuk keluarga, kerabat, dan sahabat yang semuanya masih dalam koridor-koridor agama Islam itu sendiri. Nabi SAW bersabda: “Cintailah manusia seperti kamu mencintai dirimu sendiri.” [HR. Imam Bukhooriy]

Islam sangat melarang keras untuk saling membenci dan bermusuhan, namun sangat menjunjung tinggi akan arti kasih sayang terhadap ummat manusia. RosuuluLLooh SAW bersabda: “Janganlah kamu saling membenci, berdengki-dengkian, saling berpalingan, dan jadilah kamu sebagai hamba-hamba ALLooh yang bersaudara. Juga tidak dibolehkan seorang muslim meninggalkan (tidak bertegur sapa) terhadap saudaranya lewat tiga hari.” [HR. Imam Muslim]

Di sini jelas bahwa kita dianjurkan sekali untuk saling menjaga dan menghargai antar sesama sebagai tanda kasih sayang yang mesti dihormati. Hal ini untuk menghindari berbagai keburukan serta dapat mengenal antar sesama untuk memperkuat dan menjaga tali persaudaraan.

Dalam hadits Nabi SAW: “Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam hal kecintaan, kasih-sayang dan belas kasihan sesama mereka, laksana satu tubuh. Apabila sakit satu anggota dari tubuh tersebut maka akan menjalarlah kesakitan itu pada semua anggota tubuh itu dengan menimbulkan insomnia (tidak bisa tidur) dan demam (panas dingin).” [HR. Imam Muslim]

Bahkan dalam hadits lain disebutkan: “Tidak akan masuk surga kecuali orang yang penyayang”, jadi jelas bahwa yang masuk surga itu hanyalah orang-orang yang mempunyai rasa kasih sayang yang tanpa dibarengi dengan niat jelek.

Dengan datangnya Valentine’s Day dikhawatirkan bagi kaum muda-mudi yang tidak mengerti akan mampu terjerumus dalam hal-hal negatif dengan mentafsirkan kasih sayang di hari yang special ini. Firman ALLooh SWT: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” [QS Al-Isroo’:32]

Oleh karena itu kita meski sadar apa arti yang sesungguhnya sebuah kasih sayang. Dan masih banyak lagi di antara hadits Nabi SAW yang menerangkan tentang kasih sayang yang membawa kebaikan bagi ummat manusia. Dengan demikian marilah kita mencontoh budi pekerti Nabi Muchammad SAW yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits sebagai jalan untuk kebaikan untuk di dunia dan hari kemudian.

Sudah saatnya pemuda Islam sadar dari keterpurukan dan bangkit menyongsong masa depan yang sudah berada di tangan Islam.

WALLOOHU A’LAM BISH SHOWAAB

0 comments:

Post a Comment