Jadilah
dirimu sebagai orang yang peduli terhadap penderitaan orang lain dan punya
kepekaan sosial terhadap masyarakat di sekitarmu. Dengan demikian hidupmu akan
membawa manfaat baik bagi dirimu dan juga bagi orang lain.
Sebagaimana
disebutkan dalam kisah berikut ini: Pada suatu hari datanglah seorang Badui
menghadap Kholifah Hisyam bin Abdul Malik, lalu berkata, “Wahai Amirol
Mukminin, tiga tahun lamanya kami dicekam oleh malapetaka yang hebat. Pada
tahun pertama, badan kami yang dulu nampak gemuk dan kekar ini, menjadi kurus
kering dan kerempeng, dan pada tahun berikutnya semakin kritis seperti ini,
tinggal kulit pembungkus tulang. Dan pada tahun berakhir boleh dikata seluruh
sumsum yang ada menghilang dan kering. Kami yakin pada diri Kholifah masih ada
persediaan harta. Jika harta itu milik ALLOOH, maka berikan kepada hambaNYA.
Jika ia milik ummat mengapa Kholifah menahannya dan tidak membagi-bagikan
kepada mereka yang berhak? Tetapi kalau harta itu kebetulan milik pribadi
Kholifah, maka sedekahkanlah, karena ALLOOH sangat suka kepada orang-orang yang
berbuat kebaikan.”
Kholifah
Hisyam bertanya, “Adakah kebutuhanmu selain itu?”
Badui
menjawab: Saya tempuh padang pasir tandus yang amat panjang serta melewati
bebatuan yang tajam, menerobos semak belukar yang lebat, badan terbakar oleh
terik matahari berselimut angin berbantal embun, beratap langit bertikaaar
tanah, perlu menghadap kepada Kholifah, bukan untuk kepentingan pribadi tetapi
semata-mata demi kepentingan ummat”.
Mendengar
jawaban orang itu, kholifah lalu mengeluarkan perintah agar persediaan harta di
Baitil Maal segera dibagi-bagikan kepada siapa saja yang berhak menerimanya dan
kepada Badui tadi diserahkan harta benda secukupnya, untuk dibagi-bagikan
kepada kaumnya.
Ketahuilah !
Bahwa pada diri orang Badui itu benar-benaar tersimpan kebesaran jiwa dan hati
nurani yang bersih segar, dan perasaan bertanggung jawab yang besar terhadap
kaum dan ummatnya. Sikap inilah yang menjadi motivator utama yang mendorong
dirinya untuk senantiasa mementingkan ummat dan mendahulukan kemaslahatan umum
di atas kepentingan pribadinya. Rupanya dia sadar bahwa hidup tidaklah untuk mementingkan
diri sendiri dengan segala kemewahan dan gelimang harta benda yang cukup,
sedangkan orang lain di sekitarnya hidup menderita, meronta-ronta dan menjerit
kelaparan. Sikap hidup yang egois dan mementingkan diri sendiri adalah sikap
hidup yang tercela, dan sifat yang paling terkutuk.
Bagaimana
mungkin orang yang berakal sehat dan berperikemanusiaan rela untuk hidup
sendiri dengan serba kecukupan sementara orang lain yang ada di sekelilingnya
terjepit dalam penderitaan? Bagaimana ia tidak merasa iba, dan terenyuh hati
nuraninya bila melihat bangsanya sendiri dalam kesengsaraan yang mencekam?
Bagaimana jiwa akan tersentuh dan tidak akan merasa apa yang sedang mereka
rasakan, tidak akan bersedih bila mereka menangis sedih, tidak akan menangis
jika mereka menjerit karena beratnya hidup yang mereka rasakan?
Kalau yang ada
demikian, tentu ia memiliki hati yang hitam pekat, perasaannya sudah beku,
nuraninya sudah mati, dan moralnya sudah bejat. Orang yang seperti ini tidak
tergetar hatinya melihat penderitaan yang menimpa ummatnya, bangsanya, dan
masyarakatnya, ia tak ubahnya seperti hewan yang tidak mengerti arti kehidupan
yang sesungguhnya selain hanya untuk berfoya-foya menggendutkan perutnya
sendiri dengan makanan dan minuman yang berlebih.
Bahkan lebih
keji dari perbuatan binatang buas, yaitu orang yang hanya berusaha untuk
kepentingan pribadinyaa, sedangkan ia sebetulnya menyadari bahwa apa yang
dilakukan itu merusak keharmonisan pergaulan dan merobek-robek kestabilan hidup
bermasyarakat, tak ubahnya seperti anak panah yang menembus tulang punggung
kemaslahatan umum.
Keberadaan
orang seperti di atas hidupnya akan selalu menjadi beban masyarakat, ia
merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya dalam tubuh masyarakat.
Bukankah perbuatannya itu hanya mendatangkan kerugian terhadap dirinya dan juga
orang lain? Sadarkah ia bahwa malapetaka yang menimpa masyarakatnya juga akan
menimpa dirinya? Atau barangkali ia menyangka bahwa dirinya akan selamat dari
kejahatan yang ia lakukan itu?
Jika demikian
prasangkanya, maka itu adalah dugaan yang keliru, sebab seseorang yang merusak
kehidupan masyarakatnya demi kepentingan pribadinya akibatnya juga akan menimpa
dirinya. Dalam hal ini sudah banyak bukti-bukti dan kenyataan yang tidak perlu
disebutkan di sini satu per satu.
Ada juga
kelompok masyarakat yang hatinya tertutup dari kebenaran, oleh dinding tebal
yang lahirnya nampak sebagai Rochmat padahal kenyataannya merupakan siksaan.
Mereka senantiasa berusaha memecah belah kesatuan bangsanya, melemahkan potensi
dan kekuatannya, menghapus segala hak asasinya, dan membiarkannya
terkatung-katung di dalam lingkaran kemerosotan moral dan keterbelakangan.
Dengan tujuan untuk meraih kedudukan, popularitas dan untuk mencari muka kepada
penguasa dan atasannya saja. Walaupun keuntungan materi sudah mereka peroleh,
toh itupun tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan kemunafikan dan ambisi
yang menyelimuti kalbunya, sehingga mereka tidak mendapatkan simpati dari
masyarakat kecuali hanya pujian dan sanjungan yang datangnya dari orang-orang
egoistis seperti mereka.
Lebih celaka
lagi bila mereka beranggapan bahwa apa yang mereka lakukan itu baik, padahal
hakikatnya akan membawa kerugian dan malapetaka yang teramat dahsyat. Mereka
itulah yang disebut orang-orang sesat lagi menyesatkan. Dan mereka itulah
orang-orang jahat yang paling dibenci ALLOOH.
Jauhilah sifat
egois yang mementingkan diri sendiri, hindarkanlah diri kita dari sifat tercela
ini. Hiasi diri kita dengan akhlaq yang mulia, suka menolong sesama dan selalu
memberi manfaat bagi orang lain jika engkau ingin selamat dan sejahtera, di
dunia maupun di akhirat kelak!
Jangan pernah
engkau menjadi manusia egois seperti apa yang dinyatakan oleh Imam Al-Firosyi
dalam syairnya:
“Aku ingin
hidupku lanjut, walau semua orang direnggut maut.
Bila aku harus
mati kehausan, ku ingin tak ada lagi turun hujan.”
Tetapi jadilah
engkau seperti apa yang dikatakan oleh Imam Al-Muarri:
“Ku tak ingin
hujan lebat turun membasahi diriku, tidak juga bumi persadaku. Sekiranya ia
tidak turun merata membasahi seluruh persada……”
Semoga ALLOOH
SWT melindungi kita dari sifat-sifat tercela dan menjadikan kita sebagai
individu yang peka sosial dalam berkehidupan sehari-hari. Aamiiin
0 comments:
Post a Comment