Monday, August 14, 2017

Menyambut Tahun Baru Hijriyah

Hasil gambar untuk Menyambut Tahun Baru HijriyahDunia ini suatu saat akan mengalami usia tua kemudian mati, karena dunia ini bukanlah tempat yang abadi, sebagaimana firman ALLOOH dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya ayat 34-35:
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muchammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada KAMIlah kamu dikembalikan”.
Jika kita memahami ayat di atas, maka kita akan sadar bahwa kematian pasti akan datang dan kedatangannya tidak disangka-sangka, oleh sebab itu tidak ada alasan bagi kita untuk menunda-nunda dalam melakukan kebajikan dan ketaqwaan.

Ada sebuah kisah yang menarik sekaligus menyentuh hati. Suatu ketika putra Sayyidina Umar bin Khoththob RA pulang dari sekolah dengan menangis, maka ditanya oleh ayahnya: “Mengapakah engkau menangis?” Ia menjawab bahwa teman-temannya menghitung-hitung tambalan bajunya, padahal ia adalah anak seorang pemimpin. Ayahnya menjadi gundah, hatinya pilu memikirkan anaknya, ia merasa kasihan terhadap anaknya. Maka ia segera mengirim sebuah surat kepada bendaharawan negara untuk meminta uang sebanyak empat dirham, dengan jaminan gajinya bulan depan agar dipotong.

Bendaharawan itu membalas suratnya. Dalam surat itu ia mengatakan:
“Wahai Umar, adakah engkau telah memastikan bahwa engkau akan hidup sampai bulan depan? Bagaimana jika engkau meninggal dunia sebelum engkau melunasi hutangmu? Apa yang engkau perbuat terhadap hutangmu di hadapan ALLOOH?”

Setelah membaca surat balasan dari bendaharawan negara itu, Sayyidina Umar menangis dan tersungkur. Kemudian ia menasehati anaknya, katanya: “Wahai anakku, berangkatlah ke sekolah sebagaimana biasa, karena aku tidak dapat memperhitungkan umurku walaupun satu jam lagi”.

ALLOOH SWT adalah Dzat yang menentukan hidup matinya makhluq, kapan saja DIA berkehendak, maka tidak ada satu kekuatan pun yang mampu untuk mencegahnya, dan jika DIA berkehendak, maka tidak ada satu kekuatan pun yang dapat memerintahNYA untuk berkehendak.

Maka, sebagai manusia yang beriman kepada ALLOOH, kita harus memanfaatkan sebaik-baiknya umur yang telah diberikan ALLOOH ini, karena pada suatu saat nanti, umur itu akan diambil olehNYA. Jika kita belum sempat mengerjakan kebajikan, maka kerugian dan penyesalan yang tiada tara, dan jika telah mengerjakan banyak kebaikan dengan umur yang diberikan ALLOOH itu, maka kebahagiaan yang tiada tara baginya.


RosuuluLLooh SAW bersabda:
“Apabila seorang hamba berkata: “Aku takut kepada neraka”, sedangkan dia tidak berhenti dari perbuatan-perbuatan dosa, maka dia adalah seorang pendusta di sisi ALLOOH, bukan seorang yang bertaubat, dan apabila seorang hamba berkata: “Aku merindukan surga”, sedang ia tidak melakukan sesuatu untuknya, maka ia adalah seorang pendusta, bukan orang yang bertaubat, dan apabila seorang hamba berkata: “Aku rindu untuk memeluk bidadari”, sedang ia tidak memberi mas kawin terlebih dahulu kepadanya, maka dia pendusta, bukan orang yang bertaubat. Sesungguhnya orang yang bertaubat adalah kekasih ALLOOH dan kekasih RosulNYA, sebagaimana firman ALLOOH:
“Sesungguhnya ALLOOH mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri”.

Dari hadits RosuuluLLooh tersebut, mengisyaratkan bahwa terjadi akibat, tentu ada sebab. Jika kita menginginkan terhindar dari siksa api neraka, namun tidak menghentikan perbuatan keji dan mungkar, mana mungkin keinginan kita terwujud, dan itulah yang disebut sebagai seorang pendusta.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering dihadapkan pada persoalan-persoalan yang sulit untuk menentukannya, atau sesuatu yang menimbulkan keraguan antara haram dan halal, baik buruk, maupun sah dan batalnya.

Oleh sebab itu ALLOOH SWT memberikan tuntunan hidup beragama yang akan mengantarkan hamba-hambaNYA menuju kebahagiaan yang hakiki di akhirat nanti.

Orang yang tidak mau atau menolak tuntutan agama Islam berarti ia sama saja dengan menjerumuskan dirinya ke lembah kehinaan.

Berbahagialah kita, karena kita memperoleh kesempatan untuk memasuki tahun yang baru. Namun kita tidak boleh lengah dan lupa bahwa suatu saat ALLOOH dapat mengambil nyawa kita jika DIA menghendaki. Entah besok pagi, minggu depan, bulan depan dan seterusnya.

Tahun baru ini merupakan ajang koreksi bagi kita, merenungkan kembali amal usaha kita pada tahun yang lalu. Jika amalan kita jelek, maka kita harus bertekad bulat untuk memperbaiki amalan itu pada tahun ini. Jika pada tahun lalu amalan kita harus terus berusaha untuk meningkatkan amalan kita menuju tingkat yang lebih baik lagi.

Kita harus mempunyai obsesi bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik lagi daripada hari ini. Dengan demikian amalan kebaikan kita akan terus meningkat dan mencapai derajat yang lebih tinggi di sisi ALLOOH SWT.

Akhirnya marilah kita mengikhlaskan niat dan membulatkan tekad untuk menjalani kehidupan di dunia ini dengan terus meningkatkan kualitas taqwa, keimanan dan ketaatan kita kepada ALLOOH SWT. Dengan demikian kita akan berhasil dalam mencapai kebahagiaan yang hakiki, kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

0 comments:

Post a Comment