Thursday, September 22, 2016

Sebutir Kurma

Usai menunaikan ibadah haji, Syekh Ibroohim bin Adham berniat ziaroh ke Masjidil Aqsho. Untuk bekal di perjalanan, beliau membeli satu kilogram kurma dari pedagang tua di dekat Masjidil Harom. Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Imam Ibroohim melihat sebutir kurma tergeletak di dekat timbangan. Menyangka kurma itu bagian dari yang beliau beli, maka Imam Ibroohim memungut dan memakannya. Setelah itu ia langsung berangkat menuju Al Aqsho.

Hasil gambar untuk Sebutir KurmaEmpat bulan kemudian, beliau tiba di Al Aqsho. Seperti biasa, beliau suka memilih sebuah tempat beribadah pada sebuah ruangan di bawah kubah Sakhro. Beliau sholat dan berdoa dengan khusyuk sekali. Tiba-tiba beliau mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya. “Itu, Ibroohim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan waro’ yang doanya selalu dikabulkan ALLOOH SWT.”kata malaikat pertama. “Tetapi sekarang tidak lagi, doanya ditolak karena empat bulan yang lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat Masjidil Harom.” Jawab malaikat yang satunya. Imam Ibroohim bin Adham terkejut sekali, ia terhenyak, jadi selama empat bulan ini ibadahnya, sholatnya, doanya dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh ALLOOH SWT sebab memakan sebutir kurma yang bukan haknya. “AstaghfiruLLoohal adzhim” Imam Ibroohim pun beristighfar. Ia langsung berkemas untuk berangkat lagi ke Mekkah menemui pedagang tua penjual kurma. Untuk meminta dichalaalkan sebutir kurma yang telah ditelannya.

Begitu sampai di Mekkah, beliau langsung menuju tempat penjual kurma itu, tetapi ia tidak menemukan pedagang tua itu melainkan seorang anak muda. “Empat bulan yang lalu saya membeli kurma di sini dari seorang pedagang tua, kemana ia sekarang?” tanya Imam Ibroohim. “Sudah meninggal sebulan yang lalu, saya sekarang meneruskan pekerjaannya berdagang kurma.” Jawab anak muda itu. “InnaliLLaahi wa innailaihi roji’un, kalau begitu kepada siapa saya meminta pengchalaalan?” Lantas Imam Ibroohim menceritaka tentang peristiwa yang dialaminya, anak muda itu mendengarkan penuh hikmat. “Nah, begitulah.”

Kata Imam Ibroohim setelah bercerita, “Engkau sebagai ahli waris orang tua itu, maukah engkau mengchalaalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur kumakan tanpa izinnya?” “Bagi saya tidak masalah, insyaaALLOOH saya chalaalkan. Akan tetapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tidak berani mengatasnamakan mereka karena mereka mempunyai hak waris yang sama dengan saya.” “Dimana alamat saudara-saudaramu? Biar saja aku temui mereka satu per satu.” Setelah menerima alamat Imam Ibroohim bin Adham pergi menemui. Biar berjauhan, akhirnya selesai juga. Semua setuju mengchalaalkan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh Imam Ibroohim.

Empat bulan kemudian, Imam Ibroohim bin Adham sudah berada di bawah kubah Sakhro. Tiba-tiba beliau mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap-cakap. “itulah Ibroohim bin Adham yang doanya tertolak sebab makan sebutir kurma milik orang lain.” “Oh, tidak. Sekarang doanya sudah maqbul lagi, beliau telah mendapat pengchalaalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibroohim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang charoom karena masih milik orang lain. Sekarang ia sudah bebas.”



Al Imam Ibnu AthooiLLaah as Sakandariy RA mengatakan dalam kitab Al Chikam beliau:

“Sebaik-baik ilmu adalah yang disertai rasa takut kepada NYA.”

0 comments:

Post a Comment