Sunday, November 6, 2016

Agar Kerja Bernilai Ibadah

Hasil gambar untuk Agar Kerja Bernilai IbadahSelama di Dunia, mau tak mau kita harus berusaha terlebih dahulu untuk memperoleh kebutuhan hidup. Kita tidak boleh berpangku tangan saja sembari mengharap belas kasihan dari orang lain. Dalam Islam, orang yang memberi lebih terhormat daripada orang yang menerima. Seorang mu’min yang tegar dan mampu mandiri lebih utama daripada seorang mu’min yang lemah dan selalu menggantungkan nasibnya kepada orang lain.

Anggapan bahwa Islam adalah ajaran yang cenderung mengajak orang bermalas-malasan adalah anggapan yang salah. Justru Islam melalui Al-Qur’an dan Hadits-hadits memotivasi ummatnya agar menjadi manusia pekerja keras dan pantang menerima belas kasih dari orang lain. Sejarah menyebutkan bahwa para nabi dan rosul aktif bekerja. Ada yang menjadi petani, penggembala, tukang kayu dan beragam profesi lainnya. Tokoh-tokoh penyeru agama Islam di Indonesia pun adalah ulama-ulama yang ulet berniaga di samping kegigihan mereka berdakwah.

Bekerja bisa bernilai ibadah dan bahkan pahalanya melebihi ibadah-ibadah Sunnah apabila didasari dengan niat baik serta dilakukan sesuai syari’at. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui pola kerja sesuai tuntunan RosuuluLLooh SAW. Dengan bekerja secara benar, niscaya kita akan mendapatkan keuntungan ganda, materi dunia dan pahala di akhirat. Ibarat sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.

Ketika kalian hendak memasuki dunia kerja, persiapkanlah niat-niat yang baik terlebih dahulu. Mencari rezeki yang halal adalah wajib bagi setiap insan muslim. Untuk itu, niatkanlah di dalam hati bahwa tujuan kalian bekerja adalah untuk mendapatkan rezeki yang halal yang dapat menunjang kehidupan agama kalian, menjaga martabat kalian serta keluarga kalian agar tidak meminta-minta kepada orang lain juga untuk menghindarkan diri kalian dari sikap ingin memiliki hak-hak orang lain.

Akan tetapi, di tengah-tengah kesibukkan kerja, janganlah kalian melalaikan urusan rakyat. Luangkan waktu untuk mempelajari ilmu syari’at yang diwajibkan kepada kalian, laksanakan salat lima waktu dengan berjamaa’ah, jagalah keistiqomahan kalian dalam membaca wirid-wirid.

Pelajarilah ilmu yang berkaitan dengan bidang kerja kalian, agar kalian dapat mengambil sikap yang benar dan tidak merugikan orang lain. Sehingga kalian selamat dari perbuatan dosa dan maksiat.

Hindarilah cara kerja yang tidak benar dan menyalahi aturan syari’at. Sebab harta yang dihasilkan dengan cara tersebut adalah haram. Harta haram hakikatnya menjijikkan dan akan lenyap dari tangan pemiliknya dengan cepat. Hal ini telah terbukti dan pasti akan dirasakan oleh mereka yang melakukannya.

Sesungguhnya ibadah yang dilaksanakan oleh orang yang memakan barang haram atau memakai baju yang haram takkan diterima oleh ALLOOH SWT.

Penyusun zubad menggambarkan, “Dan ketaatan  dari seseorang yang memakan barang haram
Adalah semisal bangunan didirikan di atas ombak kelautan.”

Dalam hadits disebutkan bahwa orang yang memakan barang harom, maka sekujur tubuhya akan mengerjakan kemaksiatan, baik ia menghendakinya ataupun tidak. Sebuah kata bijak berbunyi,”Makanlah semua yang kalian inginkan, niscaya seperti jenis makanan kalian itulah bentuk amal perbuatan kalian.”

Kemudian manakala kalian dikaruniai harta yang halal, pergunakanlah dengan tata cara dan niat yang baik. Manakala secukupnya dan jangan sampai terlalu kenyang. Sebab perut yang dipenuhi dengan makanan sekalipun halal akan menjadi pemicu perbuatan-perbuatan nista. Bisa dibayangkan, bagaimana jika dipenuhi dengan makanan yang harom.

RosuuluLLooh SAW menawarkan,”Tiada wadah yang penuh yang lebih jelek daripada perut. Sebenarnya cukup bagi manusia beberapa suap makanan untuk menegakkan tubuhnya. Jika memang menghendaki lebih, maka yang layak adalah sepertiga perutnya untuk makanan, sepertiga lainnya untuk minum, dan sepertiga yang terakhir untuk nafasnya.” Disebutkan pula bahwa kebanyakan penyakitnya adalah kekenyangan perut.

Hasil gambar untuk Agar Kerja Bernilai IbadahKetahuilah, sesungguhnya harta yang sedikit namun halal lebih baik dan lebih mendatangkan berkah daripada harta melimpah namun haram atau syubhat.

Apabilah kalian telah mendapatkan rezeki yang sekiranya mencukupi kebutuhan kalian di waktu itu, maka qonaa’ah (merasa cukup)-lah dengannya lalu bersyukurlah kepada ALLOOH SWT serta jangan mengharapkan yang berlebihan untuk masa yang akan datang.

Janganlah kalian bersikap tamak dan selalu mengharap lebih, sehingga tubuh dan hatimu akan kecapaian karenanya. Asal tahu aja, sesungguhnya takkan sampai kepada kalian kecuali yang telah ditakdirkan untuk kalian.

Ketahuilah, sesungguhnya nikmat-nikmat ALLOOH yang dikaruniakan kepada kalian yang bukan berupa harta benda jauh lebih besar daripada kenikmatan yang berupa harta benda.

Hati-hatilah, jangan pernah menipu, berkhianat ataupun berbohong dalam setiap pekerjaan kalian. Karena semua tindakan itu memancing amarah ALLOOH SWT dan menghapus keberkahan dari jerih payah kalian. Dasarilah segala urusan pekerjaan kalian dengan sikap jujur dan nasihah. Keluarkan semua hak yang diwajibkan dalam harta kalian seperti zakat, pelunasan hutang, serta nafkah-nafkah yang wajib dengan senang hati dan lapang dada.”

Tujuan bekerja adalah untuk mendapatkan rezeki dari ALLOOH SWT yang bisa mencukupi kebutuhan keseharian kita dan bukan untuk mencari kekayaan. Adapun yang kita ketahui sekarang ini, orang-orang bekerja untuk menumpuk kekayaan. Sehingga tindakan saling nipu, saling khianat dan trik-trik kotor lainnya mewarnai Dunia usaha kita.


WALLOOHU A’LAM

0 comments:

Post a Comment