Selama di
Dunia, mau tak mau kita harus berusaha terlebih dahulu untuk memperoleh
kebutuhan hidup. Kita tidak boleh berpangku tangan saja sembari mengharap belas
kasihan dari orang lain. Dalam Islam, orang yang memberi lebih terhormat
daripada orang yang menerima. Seorang mu’min yang tegar dan mampu mandiri lebih
utama daripada seorang mu’min yang lemah dan selalu menggantungkan nasibnya
kepada orang lain.
Anggapan bahwa
Islam adalah ajaran yang cenderung mengajak orang bermalas-malasan adalah
anggapan yang salah. Justru Islam melalui Al-Qur’an dan Hadits-hadits
memotivasi ummatnya agar menjadi manusia pekerja keras dan pantang menerima
belas kasih dari orang lain. Sejarah menyebutkan bahwa para nabi dan rosul
aktif bekerja. Ada yang menjadi petani, penggembala, tukang kayu dan beragam
profesi lainnya. Tokoh-tokoh penyeru agama Islam di Indonesia pun adalah
ulama-ulama yang ulet berniaga di samping kegigihan mereka berdakwah.
Bekerja bisa
bernilai ibadah dan bahkan pahalanya melebihi ibadah-ibadah Sunnah apabila
didasari dengan niat baik serta dilakukan sesuai syari’at. Oleh karena itu,
penting bagi kita untuk mengetahui pola kerja sesuai tuntunan RosuuluLLooh SAW.
Dengan bekerja secara benar, niscaya kita akan mendapatkan keuntungan ganda,
materi dunia dan pahala di akhirat. Ibarat sekali merengkuh dayung, dua tiga
pulau terlampaui.
Ketika kalian
hendak memasuki dunia kerja, persiapkanlah niat-niat yang baik terlebih dahulu.
Mencari rezeki yang halal adalah wajib bagi setiap insan muslim. Untuk itu,
niatkanlah di dalam hati bahwa tujuan kalian bekerja adalah untuk mendapatkan
rezeki yang halal yang dapat menunjang kehidupan agama kalian, menjaga martabat
kalian serta keluarga kalian agar tidak meminta-minta kepada orang lain juga untuk
menghindarkan diri kalian dari sikap ingin memiliki hak-hak orang lain.
Akan tetapi,
di tengah-tengah kesibukkan kerja, janganlah kalian melalaikan urusan rakyat.
Luangkan waktu untuk mempelajari ilmu syari’at yang diwajibkan kepada kalian,
laksanakan salat lima waktu dengan berjamaa’ah, jagalah keistiqomahan kalian
dalam membaca wirid-wirid.
Pelajarilah
ilmu yang berkaitan dengan bidang kerja kalian, agar kalian dapat mengambil
sikap yang benar dan tidak merugikan orang lain. Sehingga kalian selamat dari
perbuatan dosa dan maksiat.
Hindarilah
cara kerja yang tidak benar dan menyalahi aturan syari’at. Sebab harta yang
dihasilkan dengan cara tersebut adalah haram. Harta haram hakikatnya
menjijikkan dan akan lenyap dari tangan pemiliknya dengan cepat. Hal ini telah
terbukti dan pasti akan dirasakan oleh mereka yang melakukannya.
Sesungguhnya
ibadah yang dilaksanakan oleh orang yang memakan barang haram atau memakai baju
yang haram takkan diterima oleh ALLOOH SWT.
Penyusun zubad
menggambarkan, “Dan ketaatan dari
seseorang yang memakan barang haram
Adalah
semisal bangunan didirikan di atas ombak kelautan.”
Dalam hadits
disebutkan bahwa orang yang memakan barang harom, maka sekujur tubuhya akan
mengerjakan kemaksiatan, baik ia menghendakinya ataupun tidak. Sebuah kata
bijak berbunyi,”Makanlah semua yang kalian inginkan, niscaya seperti jenis
makanan kalian itulah bentuk amal perbuatan kalian.”
Kemudian
manakala kalian dikaruniai harta yang halal, pergunakanlah dengan tata cara dan
niat yang baik. Manakala secukupnya dan jangan sampai terlalu kenyang. Sebab
perut yang dipenuhi dengan makanan sekalipun halal akan menjadi pemicu
perbuatan-perbuatan nista. Bisa dibayangkan, bagaimana jika dipenuhi dengan
makanan yang harom.
RosuuluLLooh
SAW menawarkan,”Tiada wadah yang penuh yang lebih jelek daripada perut.
Sebenarnya cukup bagi manusia beberapa suap makanan untuk menegakkan tubuhnya.
Jika memang menghendaki lebih, maka yang layak adalah sepertiga perutnya untuk
makanan, sepertiga lainnya untuk minum, dan sepertiga yang terakhir untuk
nafasnya.” Disebutkan pula bahwa kebanyakan penyakitnya adalah kekenyangan
perut.
Ketahuilah,
sesungguhnya harta yang sedikit namun halal lebih baik dan lebih mendatangkan
berkah daripada harta melimpah namun haram atau syubhat.
Apabilah
kalian telah mendapatkan rezeki yang sekiranya mencukupi kebutuhan kalian di
waktu itu, maka qonaa’ah (merasa cukup)-lah dengannya lalu bersyukurlah kepada
ALLOOH SWT serta jangan mengharapkan yang berlebihan untuk masa yang akan
datang.
Janganlah
kalian bersikap tamak dan selalu mengharap lebih, sehingga tubuh dan hatimu
akan kecapaian karenanya. Asal tahu aja, sesungguhnya takkan sampai kepada
kalian kecuali yang telah ditakdirkan untuk kalian.
Ketahuilah,
sesungguhnya nikmat-nikmat ALLOOH yang dikaruniakan kepada kalian yang bukan
berupa harta benda jauh lebih besar daripada kenikmatan yang berupa harta
benda.
Hati-hatilah,
jangan pernah menipu, berkhianat ataupun berbohong dalam setiap pekerjaan
kalian. Karena semua tindakan itu memancing amarah ALLOOH SWT dan menghapus
keberkahan dari jerih payah kalian. Dasarilah segala urusan pekerjaan kalian
dengan sikap jujur dan nasihah. Keluarkan semua hak yang diwajibkan dalam harta
kalian seperti zakat, pelunasan hutang, serta nafkah-nafkah yang wajib dengan senang
hati dan lapang dada.”
Tujuan bekerja
adalah untuk mendapatkan rezeki dari ALLOOH SWT yang bisa mencukupi kebutuhan
keseharian kita dan bukan untuk mencari kekayaan. Adapun yang kita ketahui
sekarang ini, orang-orang bekerja untuk menumpuk kekayaan. Sehingga tindakan
saling nipu, saling khianat dan trik-trik kotor lainnya mewarnai Dunia usaha
kita.
WALLOOHU A’LAM
0 comments:
Post a Comment