Wednesday, July 27, 2016

Pergaulan Bebas


Dewasa ini kita hidup di era jahiliyah materialis yang dengan segala gerakan dan adat istiadatnya telah jauh dari tatanan syariat yang dibawa oleh RosuuluLLooh SAW. Nilai-nilai agama dan kerohaniannya telah dicampakkan begitu saja. Akibatnya, kerusakan dan kebobrokan moral serta etika melanda kebanyakan manusia akhir-akhir ini khususnya kawula muda.

Memang kita sadar bahwa zaman jahiliyah di era modern ini telah berkembang begitu pesat karena dukungan adanya media dan perangkat penyiar informasi canggih yang setiap saat siap menyebarkan ‘kuman-kuman’ perusak akhlaq yang mampu bergerak melebihi kecepatan sinar dan menerobos masuk ke rumah-rumah bahkan menyelinap ke kamar-kamar tidur melalui layar kaca (televisi).

Hidup di abad dan era seperti sekarang ini di mana godaan nafsu serta syahwat mengepung kita dari segala penjuru dan pergaulan bebas meliputi kaum muda. Sungguh tidak mudah untuk dibendung. Diperlukan adanya ketahanan diri dan kekuatan iman serta keyakinan bahwa diri kita pasti akan dimintai pertanggung jawaban kelak oleh ALLOOH Ta’aala terhadap semua yang kita lakukan. Kita sangat butuh dengan keberadaan para penyeru kebaikan, para da’i dan ulama’ yang dengan fatwa-fatwanya serta pendidikan yang diberikannya akan mengarahkan serta meluruskan jalan kehidupan kita.

Kita harus selalu waspada, sebab akhir-akhir ini banyak para penyeru kebathilan (ulama su’/ ulama yang buruk) berdiri di mana-mana untuk mencampakkan kita ke jurang kehinaan dan kesengsaraan. Kita harus pandai memilih dan memilah, mana figur yang harus kita ikuti dan teladani, tidak asal cinta dan fanatik.

Maka daripada itu diperlukan aturan dan undang-undang yang mampu menata kehidupan manusia dalam bergaul dan bermasyarakat. Apa saja yang hendaknya kita jalankan untuk mendapatkan kawan yang baik, yang mampu membawa kita ke jalan yang penuh hidayah. Sebab kalau kita tidak mau berhati-hati dalam bergaul, maka kehinaan dan penyesalan akan berada di ambang pintu.
Berapa banyak orang yang binasa karena temannya. Dan berapa banyak orang yang juga hancur hidupnya lantaran pergaulan dengan kawan yang rusak.

Kita sendiri telah menyaksikan bagaimana kerusakan pergaulan modern pada zaman ini. Berapa banyak wanita harus menutup-nutupi rasa malunya karena ‘kecelakaan’ dengan lelaki bejat.  Berapa banyak pula pemuda yang harus menghabiskan masa mudanya di balik terali besi karena terjerembab dalam kriminalitas. Dan berapa banyak bayi-bayi yang tidak berdosa yang terlahir tanpa mengetahui siapa ayah mereka. Semua itu terjadi karena kerusakan moral wanita dan lelaki yang terjatuh dalam pergaulan bebas.

Inilah yang diinginkan oleh setan, musuh kita. Mereka selalu berusaha menjatuhkan kehormatan dan kemuliaan manusia lewat kemaksiatan dan kemungkaran. Mereka senantiasa mencari kawannya kelak di neraka. Alangkah ruginya orang yang berjalan di belakang iblis dan antek-anteknya. Alangkah sengsaranya orang yang tunduk patuh kepada mereka.


Al Chabiib AbduLLooh bin ‘Alawiy Al Chaddad RA dalam kitabnya ‘An Nashooih Ad Diniyyah Wal Washoya Al Imaniyyah’ telah menyebutkan bagaimana etika kita dalam bergaul dan berkawan. Agar perkawanan dan pertalian cinta tersebut dapat mengantarnya pada kebahagiaan dunia dan akhirat, beliau RA berkata:

“Jangan sekali-kali kamu mencintai dan bersahabat dengan selain orang-orang yang bertaqwa kepada ALLOOH, jangan pula berkawan selain dengan orang yang berilmu dan zuhud di dunia. Sebab seseorang akan dikumpulkan bersama dengan orang yang dicintainya di dunia dan akhirat.”
Dalam satu riwayat, RosuuluLLooh SAW bersabda (yang artinya): “Seseorang itu dinilai dengan siapa dia berkawan. Dan seseorang itu tergantung pada agama kawannya, maka hendaknya kalian melihat siapa yang dikawaninya.”
Dalam hadits yang lain beliau SAW bersabda (yang artinya): “Kawan yang baik (shoolich) lebih baik daripada menyendiri dan menyendiri lebih baik (selamat) daripada kawan yang buruk (jahat).”

Nyatalah bagi kita bahwa persahabatan dan duduk bersama orang shoolich merupakan upaya mendekatkan diri kepada ALLOOH SWT. Dan itulah persahabatan yang terpuji dan dianjurkan oleh agama. Lain halnya dengan persahabatan bersama orang yang tidak bermoral, jelek dan jahat perangainya. Sungguh tidak ada faedah dari persahabatan semacam itu, bahkan lebih banyak menimbulkan madhorot (bahaya) dari segi duniawi atau agama. Maka persahabatan dengan ahli maksiat yang suka melanggar ALLOOH dan RosuuluLLooh SAW sangat dicela dan dikutuk.  Sebab akan menyeret kawan tadi ikut melakukan maksiat. Atau minimal dia ridho dengan kemaksiatan itu, padahal disebutkan bahwa ridho terhadap kemaksiatan itu adalah maksiat, sekalipun dia tidak ikut melakukannya.

Maka daripada itu Al Imam Al Ghozaali dalam kitabnya ‘Bidayatul Hidayah’ menyebutkan bahwa bergaul dengan ahli maksiat dan kemungkaran akan menyeret pada kemungkaran itu, atau paling tidak dia akan menganggap remeh atau kecil maksiat yang dilakukannya kawannya tadi, karena dia duduk dan melihat maksiat itu terus-menerus yang tidak baik ini dia telah menganggap kecil apa yang dianggap besar oleh ALLOOH SWT.

Bukankah dosa kecil itu akan menjadi besar jika dilakukan terus-menerus? Lalu bagaimana jika yang dilakukan secara kontinyu itu dosa besar, seperti mengkonsumsi narkoba, minuman keras, berjudi, berzina dan lain sebagainya. Maka orang yang dekat dengan ahli maksiat semacam ini tidaklah patut dikatakan manusia berakal, sebab dia tahu bahwa dalam pergaulan tersebut akan menimbulkan madhorot baginya.

Maka hendaknya kita menjaga pergaulan kita, jangan sampai menyesal di kemudian hari, sebab penyesalan saat itu tiada berguna sedikitpun. Jagalah diri kita, keluarga kita dan semua yang berada dalam tanggungan kita dari hal-hal yang merusak iman, merapuhkan keyakinan dan menghancurkan kebahagiaan.

Sebagai penutup, hendaknya kita memperhatikan apa yang diwasiatkan oleh Al Imaam Al Ghozaali rochimahuLLooh, belia berkata,”Jika Anda memilih sahabat yang akan Anda dekati, maka haruslah kawan tersebut memenuhi lima kriteria berikut: 1. Berakal (berilmu), 2. Berakhlaq terpuji (mulia), 3. Lurus perjalanannya, 4. Tidak tamak dan rakus terhadap dunia. Dan 5. Tidak suka berdusta (berbohong).”

WALLOOHU A’LAM BISH SHOWAAB

0 comments:

Post a Comment