Kenikmatan
Romadhon ditentukan oleh sejauh mana kita merasakan lapar dan dahaga. Bulan
Romadhon yang dinanti akhirnya tiba. Pada bulan Romadhon, pintu surga dibuka,
pintu neraka ditutup dan syaithon-syaithon diikat. Ini adalah sebuah kiasan
untuk menggambarkan kemeriahan bulan suci ini dengan ibadah.
Siapa yang
menyadari kebesaran Romadhon tidak akan membiarkannya berlalu sia-sia.
Sebaliknya, mereka akan mendapat motivasi untuk memanfaatkan setiap saat yang berlalu
dalam Romadhoon untuk mendekatkan diri kepada ALLOOH SWT.
Imam Abu
Al-Qosim Al-Qusyairi bercerita: “Setiap kali tiba bulan Romadhon, Imam Abu
Bakar Asy-Syibli meningkatkan amalan ibadahnya. Ia berkata: Ini adalah bulan
yang diagungkan ALLOOH. Maka aku mesti menjadi orang yang paling pertama
mengagungkannya.” Demikian yang diceritakan dalam Risalah Al-Qusyairiyah. Imam
Abu bakar Asy-Syibli adalah seorang ulama’ besar pada abad keempat hijriyah.
Hikmah Lapar
Ibadah yang
paling utama pada bulan Romadhon ialah berpuasa. Kita dicharomkan untuk makan
dan minum kecuali bagi yang udzur. Karena perut yang ksosong dan rasa lapar
ialah asas terpenting untuk proses pembersihan jiwa.
Kenikmatan
ibadah sangat ditentukan oleh sejauh mana kita merasakan lapar dan dahaga.
Apabila tubuh terasa lemah, fikiran menjadi jernih dan ibadah terasa nikmat.
Kita akan merasakan indahnya tarowih, membaca Al-Qur’an, bangun tahajud di
sepertiga malam, istighfar di waktu sahur dan berbagai ibadah lainnya.
Maka dari itu,
kita dituntut supaya pandai-pandai mengekang nafsu di waktu siang dengan
memperbanyak aktivitas ibadah dan mengurangi waktu istirahat. Selain itu pula,
kita juga harus mampu mengikat nafsu di waktu malam terutama saat berbuka
dengan memakan makanan yang sederhana.
Telah berkata
Imam Al-Ghozali dalam kitab Ichya’ Ulumuddin: “Di antara adab dari puasa adalah
tidak memperbanyak tidur di waktu siang agar terasa lapar, haus dan kelemahan
tubuh. Dengan begitu, hati akan menjadi terang. Disukai juga agar dikekalkan
sebagian dari kelemahan tersebut pada waktu malam agar terasa ringan bangun
tahajud dan membaca wirid.”
Bulan Makan
Sayangnya,
sebagian ummat Islam masih saja menjadikan bulan Romadhon sebagai bulan makan.
Berbagai perkara yang dilarang dijumpai pada bulan-bulan yang lain juga dapat
ditemui pada bulan ini.
Sewaktu
setelah adzan Maghrib berkumandang, nafsu yang sejak pagi dikekang menjadi
sangat liar. Bahkan lebih liar daripada bulan-bulan sebelumnya. Selepas
tarowih, pesta makan dilanjutkan hingga sukar bernafas karena perut penuh
dengan makanan dan minuman yang disantapnya.
Puasa seperti
ini sudah pasti bukan menjernihkan hati, namun malah menggelapkannya. Bukan
seperti ini puasa yang dikehendaki oleh syariat agama. Sebab tujuan dari puasa
adalah untuk menciptakan insan bertaqwa yang mampu mengekang hawa nafsunya
bukan hanya waktu siang hari saja, namun juga di waktu malam hari.
Saatnya kita
mengubah Romadhon kita menjadi Romadhon yang jauh lebih bermakna. Salah satu
caranya adalah dengan meletakkan niat memperbaiki diri pada awal bulan
Romadhon ini. Bayangkan bila Romadhon ini adalah Romadhon kita yang
terakhir. Setelah sebelas bulan kita sering menuruti hawa nafsu, apa susahnya
mempersembahkan satu bulan saja untuk ALLOOH SWT?
Puasa
Benteng berbagai Keburukan
BERPUASA
merupakan benteng yang melindungi manusia daripada berbagai keburukan. Untuk
mendapatkan puasa yang sempurna dan diterima oleh ALLOOH SWT, maka syariat
Islam yang telah ditetapkan hendaklah dipatuhi dengan sebaik-baiknya.
Ketika sedang
berpuasa di bulan Romadhoon maupun puasa lainnya, kita dituntut untuk menahan
diri dan meninggalkan perkara-perkara yang dilarang oleh syariat. Di antaranya
adalah:
1. Makan dan Minum
Di antara
perkara utama yang dilarang ketika berpuasa adalah makan dan minum dengan disengaja
sebagaimana yang telah dijelaskan dalam definisi puasa itu sendiri, yakni
mencegah/ menahan diri dari segala perkara yang membatalkan puasa sejak
terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari dan diiringi dengan mematuhi
syarat-syarat puasa yang telah ditetapkan oleh syariat.
2. Bersetubuh di siang hari
Di antara tujuan
puasa ialah untuk menahan nafsu syahwat manusia. Karena itu ALLOOH SWT telah
melarang persetubuhan antara suami dan istri pada siang hari dan tetap memberi
keringanan untuk melakukannya setelah tiba waktu berbuka puasa. Sebagaimana
Firman ALLOOH SWT yang artinya: “Kamu dichalaalkan untuk bersetubuh dengan
istri kamu pada malam puasa. Mereka sebagai pakaian kamu dan kamu pakaian bagi
mereka.” [QS. Al Baqoroh ayat 187] Dalam Madzhab Syaafi’i, mereka yang
melakukan persetubuhan di siang hari pada bulan Romadhoon diwajibkan membayar
kafaro/ tebusan dan mengqodho puasanya.
3. Az-Zur (Menipu)
Berpuasa
bukanlah sekadar menahan diri dari lapar dan dahaga saja bahkan turut dilarang
untuk menipu, baik dalam ucapan maupun perbuatan. RosuuluLLooh SAW bersabda:
“Barangsiapa yang tidak menahanl perkataan dusta dan perbuatan dusta maka
ALLOOH tidak menerima (amalan puasanya) meskipun dia telah menahan makan dan
minumnya (berpuasa). [HR Imam Bukhori dan Imam Abu Dawud]
4. Rofath (Perkataan yang Kotor dan Sia-sia)
Mereka yang
berpuasa dilarang, berkata-kata dengan perkataan yang kotor dan sia-sia seperti
menghina, mengumpat,mencarut dan sebagainya. Dalam sebuah chadiits Qudsi,
RosuuluLLooh SAW bersabda: ALLOOH SWT berfirman: “Puasa itu adalah benteng,
maka apabila suatu hari seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah dia
berkata rofath dan bertengkar sambil berteriak. Jika ada orang lain yang
menghinanya atau mengajaknya berkelahi mereka maka hendaklah dia mengatakan
‘Aku orang yang sedang berpuasa’ [Mutafaqun alaihi]
0 comments:
Post a Comment