Habib Sholeh Bin Muchsin Al
Chamid, Beliau adalah Seorang wali qhutub yang lebih dikenal Dengan nama habib
Sholeh Tanggul, Berasal dari Hadramaut dan pertama kali melakukan da’wahnya ke
Indonesia sekitar tahun 1921 M dan menetap di daerah tanggul Jember Jawa timur.
Mengisahkan tentang Habib Sholeh
Tanggul tidak bisa lepas dari peristiwa yang mempertemukan dirinya dengan Nabi
Khidir AS. Kala itu, layaknya pemuda keturunan Arab lainnya, orang masih memanggilnya
Yik, kependekan dari kata Sayyid, yang artinya Tuan, sebuah gelar untuk
keturunan Rasulullah.
Suatu ketika Yik Sholeh sedang
menuju stasiun Kereta Api Tanggul yang letaknya memang dekat dengan rumahnya.
Tiba-tiba datang seorang pengemis meminta uang. Yik Sholeh yang sebenarnya
membawa sepuluh rupiah menjawab tidak ada, karena hanya itu yang dimiliki.
Pengemis itupun pergi, tetapi kemudian datang dan minta uang lagi. Karena
dijawab tidak ada, ia pergi lagi, tetapi lalu datang untuk ketiga kalinya.
Ketika didapati jawaban yang sama, orang itu berkata, “Yang sepuluh rupiah di
saku kamu?” seketika Yik Sholeh meresakan ada yang aneh. Lalu ia menjabat
tangan pengemis itu. Ketika berjabat tangan, jempol si pengemis terasa lembut
seperti tak bertulang. Keadaan seperti itu, menurut beberapa kitab klasik,
adalah ciri fisik nabi Khidir. Tangannya pun dipegang erat-erat oleh Yik
Sholeh, sambil berkata, “Anda pasti Nabi Khidir, maka mohon doakan saya.” Sang
pengemispun berdoa, lalu pergi sambil berpesan bahwa sebentar lagi akan datang
seorang tamu.
Tak lama kemudian, turun dari
kereta api seorang yang berpakaian serba hitam dan meminta Yik Sholeh untuk
menunjukkan rumah Habib Sholeh. Karena di sekitar sana tidak ada yang nama
Habib Sholeh, dijawab tidak ada. Karena orang itu menekankan ada, Yik Sholeh
menjawab, “Di daerah sini tidak ada yang nama Habib Sholeh, yang ada Sholeh, ya
saya sendiri ini, “Kalau begitu andalah yang saya cari,” jawab orang itu lalu
pergi, membuat Yik Sholeh tercengang.
Sejak itu, rumah Habib Sholeh
selalu ramai dikunjungi orang, mujlai sekedar silaturrahmi, sampai minta berkah
doa. Tidak hanya dari tanggul, tetapi juga luar Jawa bahkan luar negeri,
seperti Belanda, Afrika, Cina, Malaysia, Singapura dan lain-lain. Mantan wakil
Presiden Adam malik adalah satu dari sekian pejabat yang sering sowan
kerumahnya. Satu bukti kemasyhuran beliau, jika Habib Sholeh ke Jakarta,
penjemputnya sangat banyak, melebihi penjemputan Presiden,” ujar KH. Abdillah
yang mengenal dengan baik Habib Sholeh
---------------------------------------------------------------------------------
KH.Ahmad Qusyairi bin Shiddiq,
mertua Kyai Abdul Hamid Pasuruan adalah sahabat karib Habib Sholeh. Dulunya
Habib Sholeh sering mengikuti pengajian KH. Ahmad Qusyairi di Tanggul, tetapi
setelah tanda-tanda kewalian Habib Sholeh mulai menampak, KH. Qusyairilah yang
mengaji kepada Habib Sholeh.
Suatu saat, KH. Qusyairi sowan
kepada rumah Habib Sholeh. Tidak seperti biasa, sambutan Habib Sholeh begitu
hangat, sampai dipeluknya erat-erat sang Kyai. Habib pun menyembelih seekor
kambing khusus untuk menjamu sang teman karib. Disela-sela bercengkrama, Habib
mengatakan bahwa itu terakhir kali yang ia lakukan. Ternyata beberapa hari
kemudian KH. Qusyairi wafat di kediamannya di Pasuruan.
Tersebutlah seorang jenderal yang
konon pernah mendapat hadiah pulpen dari Presiden AS D. Esenhower. Suatu ketika
pulpen itu raib saat dibawa ajudannya kepasar (kecopetan). Karuan saja sang
ajudan kalang kabut kehilangan barang yang sangat dicintai oleh sang Jenderal
dan takut mendapat hukuman, sehingga disarankan oleh seorang kenalannya agar
minta tolong ke Habib Sholeh.
Sampai di sana, Habib menyuruhnya
mencari ke pasar Tanggul. Sekalipun aneh, dituruti saja, dan ternyata pulpen
itu tidak ditemukan. Habib menyuruh lagi, lagi-lagi tidak ditemukan. Karena
memaksa, Habib masuk kedalam kamarnya, dan tak lama kemudian keluar dengan
menjulurkan sebuah Pulpen. “Apa seperti ini pulpen itu? Sang ajudan tertegun,
karena ternyata itulah pulpen sang jenderal yang sudah pindah ke genggaman
pencopet.
Nama Habib Sholeh kian terkenal
dan harum. Kisah-kisah yang menuturkan karamah beliau tak terhitung. Tetapi
perlu dicatat, karamah hanyalah suatu indikasi kewalian seseorang. Kelebihan
itu dapat dicapai setelah melalui proses panjang yaitu pelaksanaan ajaran Islam
secara Kaffah. Dan itu dilakukan secara konsekwen dan terus menerus
(istiqamah), sampai dikatakan bahwa Istiqamah itu lebih mulia dari seribu
karamah.
Tengok saja komitmen Habib
terhadap nilai-nilai keislaman, termasuk kepeduliannya terhadap fakir miskin,
janda dan anak yatim, menjadi juru damai ketika ada perselisihan. Beliau
dikenal karena akhlak mulianya, tidak pernah menyakiti hati orang lain, bahkan
berusaha menyenangkan hati mereka, sampai-sampai dikenal tidak pernah menolak
permintaan orang. Siapapun yang bertamu akan dijamu sebaik mungkin. Habib
Sholeh sering menimba sendiri air sumur untuk mandi dan wudu para tamunya.
Maka buah yang didapat, seperti
ketika Habib Ahmad Al-Hamid pernah berkata kepada baliau, kenapa Allah selalu
mengabulkan doanya. Habib Sholeh menjawab, “Bagaimana tidak? Sedangkan aku
belum pernah melakukan hal yang membuat-Nya Murka.”
-----------------------------------------------------------------------------
Suatu hari datanglah seorang wanita
dari Swiss kepada Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid. Wanita Swiss tersebut
sebelumnya bermimpi aneh. Di dalam mimpinya ia ketemu dengan seorang yang
memperkenalkan dirinya sebagai Habib Sholeh dari Tanggul Jember Indonesia.
Tanpa banyak berpikir, si wanita
pun menurut dan langsung terbang dari Swiss menuju Indonesia, ke Tanggul,
sebuah tempat yang namanya asing baginya. Ternyata ia mempunyai persoalan
rumit. Empat hari lagi ia akan menikah dengan seorang pria yang ia cintai.
Tetapi malang, pria tersebut ternyata digaet oleh seorang perempuan jalang.
Maka rencana pernikahan pun terancam batal.
Di tengah-tengah kegalauannya
itulah, di suatu malam, ia bermimpi didatangi seseorang yang
kemudianmemperkenalkan dirinya sebagai Habib Sholeh yang katanya beralamat di
Tanggul, Jember, Indonesia. Kepadanya dikatakan, Habib Sholeh itu dapat
menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Itulah yang membuatnya penasaran dan
ingin segera mencari tahu dan menemui seorang Habib seperti dimaksud dalam
mimpinya.
Tak disangka, setibanya di
Bandara Soekarno-Hatta, ia pun tak mendapatkan kesulitan yang berarti. Setelah
bertanya ke petugas bandara tentang siapa gerangan Habib Sholeh Tanggul,
ternyata salah seorang di antara petugas ada yang tahu dan bersedia
mengantarnya.
Di sana ia terkejut. Ternyata ia
betul-betul melihat orang yang sama persis dengan yang dilihatnya dalam mimpi.
Tak lain tak bukan, dialah Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid. Pada saat itu
kebetulan sedang banyak tamu. Setelah memperkenalkan diri, tak lama kemudian,
ia dipersilahkan masuk dan berganti pakaian. Sebab ia orang Eropa yang biasa
dengan pakaian bebas. Setelah itu, ia pun dipersilahkan mengutarakan maksud
kedatangannya.
Tidak lama ia bertamu di kediaman
Habib Sholeh. Sebab setelah itu, sang Habib menyuruhnya segera bertolak ke
Swiss. Kepadanya dikatakan “Segeralah pulang ke Swiss. Nanti setibanya kamu
disana, calon suamimu akan menangis di depan pintu rumahmu sambil mengakui
kesalahannya dan memohon maaf kepadamu.” Tanpa banyak tanya lagi, wanita itu pun
segera bertolak menuju Swiss.
Lama tak terdengar kabar,
beberapa bulan kemudian, wanita tersebut datang kembali. Namun dengan keadaan
yang berbeda. Ternyata apa yang dikatakan oleh Habib Sholeh kepadanya pada
kunjungannya yang pertama menjadi kenyataan. Kini ia telah hidup bahagia
sebagai sepasang suami istri. Kepada Habib Sholeh ia berucap terima kasih. Dan
ia pun menawarkan apa saja yang Habib Sholeh minta, semuanya akan ia penuhi.
Tetapi sebagai seorang waliyullah, Habib Sholeh tak mengharapkan imbalan
apapun, melainkan ikhlas karena Allah semata.
‘Hanya saja, kalau boleh saya
meminta.” Ujar sang Habib, “dan tidak ada sama sekali paksaan……kalau kamu
berkenan, saya meminta kamu memeluk islam.” Alhamdulillah, dengan penuh
kesadaran serta keikhlasan, wanita tersebut beserta suaminya memeluk agama
Islam.
--------------------------------------------------------------------------
Pada saat Adam Malik ( mantan
Menteri Luar Negeri ) menjabat sebagai Kepala Kantor Berita Antara; suatu saat
lewat Lembaga yang dipimpinnya, beliau mengungkap keterlibatan Menlu
Soebandrio, yang saat itu dikenal sebagai tokoh berfaham ajaran komunis. Karuan
saja, berita-berita yang dimuat itu membuat Soebandrio dan jajarannya kalang
kabut karena merasa terpojokkan. Ia marah besar dan mengancam Adam Malik.
Mendapat ancaman tersebut, Adam
Malik pun berusaha mencari perlindungan. Maka datanglah ia kepada Habib Sholeh
Al-Hamid di Tanggul, Jember. Adam Malik menceritakan latar belakang
persoalannya. Mendengar pengaduan itu, Habib Sholeh Tanggul hanya tersenyum.
Beliau berkata : “Jangan takut terhadap ancamannya. Nanti kamu yang akan
menggantikan kedudukannya.”
Alhamdulillah, waktu pun berjalan
dan Adam Malik selamat dari ancaman Soebandrio dan gerombongan komunis lainnya.
Dan sesuai dengan ramalan Habib Sholeh, setelah Soeharto menjabat Presiden,
giliran Adam Malik yang menjabat menteri luar negeri.
Kisah serupa terjadi sekitar 30
tahun yang lalu. Alwi Shihab mantan menteri luar negeri di era presiden K.H.
Abdurrahman Wahid, pernah datang ke kediaman Habib Sholeh Tanggul. Pada masa
itu, ia datang diantar oleh ayahandanya. Keperluannya mohon doa restu untuk
belajar ke luar negeri. Tujuannya belajar ke Amerika di Harvard University.
Pada kesempatan itu, Alwi Shihab
mengutarakan apa yang menjadi problemnya. Antara lain, ia tidak punya biaya
yang cukup untuk mengurus visa dan paspor. Mendengar keluhan Alwi Shihab, Habib
Sholeh Tanggul menyarankan agar Alwi Shihab mandi di ke dua sumur yang terdapat
di sekitar kediamannya.
Alwi Shihab pun mandi mandi di ke
dua sumur tersebut. Setelah itu, kepada Alwi Shihab, Habib Sholeh Tanggul
menasehati agar ia datang ke Adam Malik yang saat itu menjabat Menlu. Kontan,
Alwi Shihab mengatakan kekhatirannya karena Ia hanya rakyat biasa, bagaimana
bisa bertemu dengan seorang menteri?
Mendengar kekhawatiran Alwi
Shihab, akhirnya Habib Sholeh menasehatinya agar tidak takut, seraya
menyuruhnya supaya menemui Adam Malik dengan membawa surat darinya, “Bawa surat
saya ini. Jangan takut pada Adam Malik, kelak kamu akan menjadi seperti Adam
Malik.” Kata Habib Sholeh Tanggul. Ternyata di kemudian hari, ucapan Habib
Sholeh menjadi sebuah kenyataan, Alwi Shihab menjadi Menteri di Era Presiden
Gus Dur.
Sumber: habaib.net
0 comments:
Post a Comment