Di Gorontalo, peringatan Isro’
Mi’roj diperingati dengan dua cara, yakni memperingatinya dengan cara
mengadakan ceramah agama dengan topik perjalanan RosuuluLLooh SAW menghadap
ALLOOH SWT dan yang kedua dengan cara tradisional, masyarakat biasa menyebutnya
dengan Mi’roji.
Peringatan Isro’ Mi’roj atau
Mi’roji ini sudah diperingati oleh masyarakat Gorontalo sejak abad ke 14.
Ketika ISLAM pertama kali masuk ke Gorontalo.
Namun di masa itu, tradisi ini
mendapat tantangan dari bangsa Belanda yang saat itu sedang menjajah Gorontalo.
Agar ajaran Islam dan tradisi Isro’ Mi’roj tetap bisa diperingati oleh
masyarakat Gorontalo, maka masyarakat di kala itu menemukan sebuah cara agar
Mi’roji bisa tetap diperingati, yakni dengan cara mendendangkan Sejarah
perjalanan RosuuluLLooh dengan bahasa Gorontalo dan menulisnya dengan huruf
arab tanpa baris (arab pegon). Akhirnya, tradisi ini bertahan hingga saat ini.
Dalam penulisan maupun penyebutan
ketika kita memperingati Mi’roji, itu terdiri dari empat fase, diantaranya: 1.
SIFATI, yang artinya Sifat, yakni Kisah Hidup RosuuluLLooh dari kecil hingga
medapatkan status Kerosulannya; 2. MI’ROJI, yakni kisah perjalanan RosuuluLLooh
saat Isro’ Mi’roj; 3. WAFATI, yakni kisah saat RosuuluLLooh wafat; 4. WUNGGULI,
yang artinya cerita, yakni kisah-kisah yang menghibur namun memiliki nilai
pendidikan sesuai dengan ajaran ISLAM. Waktu dari ba’da Isya hingga datang
waktu Shubuh.
0 comments:
Post a Comment