Friday, April 29, 2016

KISAH ISRO’ DAN MI’ROJ NABI MUCHAMMAD SAW

“Maha Suci ALLOOH, yang telah memperjalankan hamba-NYA pada suatu malam dari Masjid Harom ke Masjidil Aqsho yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya DIA adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” [Al-Isro’ ayat 1]

Dari hadits riwayat Sayyidina Annas bin Malik RA., ia berkata:
“Bahwa RosuuluLLooh SAW bersabda,’Aku didatangi Buroq. Lalu aku menungganginya sampai ke Baitul Maqdis. Aku mengikatnya pada pintu masjid yang biasa digunakan mengikat tunggangan oleh para Nabi. Kemudian aku masuk ke masjid dan mengerjakan sholat dua roka’at. Setelah aku keluar, Malaikat Jibril datang kepadaku dengan membawa bejana berisi arak dan bejana berisi susu. Aku memilih susu. Malaikat Jibril berkata: Engkau telah memilih yang suci.’”

Lalu Malaikat Jibril membawaku naik ke langit. Ketika Malaikat Jibril meminta dibukakan langit pertama, ada yang bertanya: Siapakah engkau? Dijawab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa yang bersamamu? Malaikat Jibril menjawab: Nabi Muchammad. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jawab Jibril: Ya, ia telah diutus. Lalu dibukakan bagi kami langit pertama. Aku bertemu dengan Nabi Adam AS. Dia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.

Kemudian aku dibawa naik ke langit kedua. Malaikat Jibril AS meminta dibukakan langit kedua. Ada yang bertanya: Siapakah engkau? Dijawab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa yang bersamamu? Malaikat Jibril menjawab: Nabi Muchammad. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jawab Jibril: Ya, ia telah diutus. Pintu pun dibuka untuk kami. Aku bertemu dengan Nabi Isa bin Maryam AS dan Nabi Yahya bin Zakariya. Mereka berdua menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.

Aku dibawa naik ke langit ketiga. Malaikat Jibril AS meminta dibukakan langit ketiga. Ada yang bertanya: Siapakah engkau? Dijawab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa yang bersamamu? Malaikat Jibril menjawab: Nabi Muchammad. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jawab Jibril: Ya, ia telah diutus. Pintu pun dibuka untuk kami. Aku bertemu dengan Nabi Yusuf AS. Ternyata dia telah dikaruniai sebagian keindahan. Dia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.

Aku dibawa naik ke langit keempat. Malaikat Jibril AS meminta dibukakan langit keempat. Ada yang bertanya: Siapakah engkau? Dijawab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa yang bersamamu? Malaikat Jibril menjawab: Nabi Muchammad. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jawab Jibril: Ya, ia telah diutus. Kami pun dibukakan langit keempat. Ternyata di sana ada Nabi Idris AS. Dia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. ALLOO Ta’ala berfirman: Kami mengangkatnya pada tempat (martabat) yang tinggi.

Aku dibawa naik ke langit kelima. Malaikat Jibril AS meminta dibukakan langit kelima. Ada yang bertanya: Siapakah engkau? Dijawab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa yang bersamamu? Malaikat Jibril menjawab: Nabi Muchammad. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jawab Jibril: Ya, ia telah diutus. Kami pun dibukakan langit kelima. Di sana aku bertemu dengan Nabi Harun AS. Dia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.

Aku dibawa naik ke langit keenam. Malaikat Jibril AS meminta dibukakan langit keenama. Ada yang bertanya: Siapakah engkau? Dijawab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa yang bersamamu? Malaikat Jibril menjawab: Nabi Muchammad. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jawab Jibril: Ya, ia telah diutus. Kami pun dibukakan langit keenam. Di sana aku bertemu dengan Nabi Musa AS. Dia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.

Malaikat Jibril membawaku naik ke langit ketujuh. Malaikat Jibril AS meminta dibukakan langit ketujuh. Lalu ada yang bertanya: Siapakah engkau? Dijawab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa yang bersamamu? Malaikat Jibril menjawab: Nabi Muchammad. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jawab Jibril: Ya, ia telah diutus. Kami pun dibukakan langit ketujuh. Di sana aku bertemu dengan Nabi Ibrohim AS yang sedang menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur. Itu adalah tempat yang setiap hari ada tujuh puluh ribu malaikat masuk ke sana dan tidak pernah kembali lagi.

Kemudian aku dibawa pergi ke Sidrotul Muntaha yang dedaunannya seperti kuping-kuping gajah dan buahnya sebesar tempayan.

Ketika atas perintah ALLOOH, Sidrotul Muntaha diselubungi berbagai macam keindahan, maka suasana menjadi berubah, sehingga tak seorang pun di antara makhluq ALLOOH mampu melukiskan keindahannya. Lalu ALLOOH memberikan wahyu kepadaku. Aku diwajibkan sholat lima puluh kali dalam sehari semalam.

Tatkala turun dan bertemu Nabi Musa AS, ia bertanya: Apa yang telah difardhukan Tuhanmu kepada ummatmu? Aku menjawab: Sholat lima puluh kai. Dia (Nabi Musa AS) berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan, karena ummatmu tidak akan kuat melaksanakannya. Aku pernah mencobanya pada Bani Isroil.

Aku pun kembali kepada Tuhanku dan berkata: Wahai Tuhanku, berilah keringanan atas ummatku. Lalu ALLOOH mengurangi lima sholat dariku. Aku kembali kepada Nabi Musa AS dan aku katakan: ALLOOH telah mengurangi lima waktu sholat dariku. Dia berkata: Ummatmu masih tidak sanggup melaksanakan itu. Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi.

Tak henti-hentinya aku bolak-balik antara Tuhanku dan Nabi Musa AS, sampai ALLOOH berfirman: Wahai Muchammad, sesungguhnya kefardhuannya adalah lima waktu sholat sehari semalam. Setiap sholat mempunyai nilai sepuluh. Dengan demikian lima sholat sama dengan lima puluh sholat.
Dan barangsiapa yang berniat untuk kebaikan tetapi tidak melaksanakannya, maka dicatat satu kebaikan baginya. Jika ia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya barangsiapa yang berniat jahat tetapi tidak melaksanakannya, maka tidak sesuatu pun dicatat baginya. Namun jika ia jadi mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu kecatatan.

Aku turun hingga sampai kepada Nabi Musa As lalu aku beritahukan padanya. Dia berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan. Aku bertahan: Aku telah bolak-balik kepada Tuhanku, hingga aku merasa malu kepada-NYA. (Riwayat Imam Bukhori dan Imam Muslim)

RosuuluLLooh SAW kembali dari mi’rojnya dengan membawakan kepada kita hadiah illahiyah berupada lima waktu yang mulia, lima waktu yang suci untuk menghadap ilahi, jiwa dengan jiwa, ruh dengan ruh. Walaupun jasad kita di bumi tapi ruh dan jiwa kita serta sanubari kita saat mulai takbirotul ihrom hingga salam saat itu terbuka hijab antara hamba dengan ALLOOH SWT.


WALLOOHU A’LAM BISH SHOWAAB 

0 comments:

Post a Comment