
Setelah
Syah bin Syuja’ pergi menjelajah dari masjid ke masjid, tibalah ia di salah
satu masjid yang dipakai sholat oleh salah satu seorang guru sufi. Syah bin
Syuja’ kemudian segera menemui guru sufi tersebut.
“Apakah engkau telah berkeluarga?”
“Belum.” jawab guru sufi tersebut
“Maukah engkau seorang istri yang
bisa membaca Al-Qur’an?” tanya Syah bin Syuja’
“Siapakah yang mau menikahkan
putrinya denganku? Harta kekayaanku hanya tiga dirham.” jawab guru sufi
tersebut.
“Akan kuserahkan putriku
kepadamu.” jawab Syah bin Syuja’
“Dari tiga dirham yang engkau
miliki itu, belanjakanlah satu dirham untuk roti, satu dirham untuk minyak
mawar , dan satu dirham untuk pengikat tali perkawinan.” lanjut Syah bin Syuja’
Akhirnya mereka bersepakat. Malam
itu juga Syah bin Syuja’ mengantarkan putrinya ke rumah guru sufi itu. Keduanya
pun dinikahkan. Kini keduanya telah menjadi suami istri.
Ketika memasuki pojok rumah sang
suami, putri Syah bin Syuja’ melihat sepotong roti kering di dekat sebuah kendi
berisi air.
“Roti apakah ini?” tanyanya
kepada suaminya
“Roti kemarin yang kusimpan untuk
hari ini.” Jawab sang guru sufi
Mendengar jawaban itu, tiba-tiba
sang gadis hendak meninggalkan rumah guru sufi tersebut. Guru sufi pun pasrah
sambil berkata, “Sudah kuduga bahwa putri Syah bin Syuja’ tidak akan sanggup
hidup bersamaku yang miskin ini.”
Putri Syah bin Syuja’ menimpali,”Aku
meninggalkanmu bukan karena sedikit hartamu, tetapi karena sedikit iman dan
kepercayaanmu sehingga engkau menyimpan roti kemarin dan tidak percaya bahwa
ALLOOH akan memberimu rezeqi setiap hari.” ucap putri Syah bin Syuja’ dengan
serius.

Setelah
terdiam sejenak, istrinya melanjutkan perkataannya,” Aku jadi heran kepada
ayahku, 20 tahun lamanya ia memingitku dan mengatakan akan kunikahkan engkau
dengan orang yang bertaqwa kepada ALLOOH, tetapi nyatanya ia menyerahkanku
kepada seseorang yang tidak tawakal kepada ALLOOH untuk makanannya sehari-hari.”
“Apakah kesalahanku ini bisa
diperbaiki?” guru sufi pun bertanya
“Bisa.” jawab putri Syah bin
Syuja’. “Pilihlah di antara dua, aku atau roti kering itu!”
0 comments:
Post a Comment