Dari Sayyidina Abu Huroiroh RA,
RosuuluLLooh SAW bersabda:
“Yaa ALLOOH! Ibuku atau sholat sunnahku?” katanya dalam hati. Ternyata
Juraij lebih memilih meneruskan sholatnya daripada memenuhi panggilan ibunya.
Ibunya pun kemudian pergi dengan perasaan kecewa.
Esok harinya, peristiwa itu terulang, saat sedang khusyu’ dalam sholat
sunnahnya, tiba-tiba terdengar suara sang ibu sedang memanggilnya. “Juraij!
Juraij! Panggil sang Ibu.
“Yaa ALLOOH! Ibuku atau sholat
sunnahku?” katanya dalam hati. Ternyata Juraij lebih memilih meneruskan
sholatnya. Dengan rasa kecewa Ibunya pun pergi meninggalkan tempat peribadatan
putranya tersebut.
Di hari yang ketiga, seperti biasa Juraij memang selalu sibuk
beribadah dan mendekatkan diri kepada ALLOOH, ketika sedang khusyu’ dalam
sholatnya, tiba-tiba terdengar suara sang Ibu memanggilnya, “Juraij! Juraij!”
teriak sang ibu.
“Yaa ALLOOH! Ibuku atau sholat sunnahku?” dalam hati Juraij berkata.
Seperti yang sebelumnya Juraij lebih memilih meneruskan sholatnya daripada
memenuhi panggilan Ibunya.
Dan kali ini, ibunya benar-benar
marah kepada Juraij. Sebelum pergi sang Ibu berkata: “Yaa ALLOOH! Jangan
matikan Juraij, sebelum ia melihat wajah Pelacur!”
Juraij memang seorang Ahli
Ibadah, namun hal itu tidaklah menjadikan semua orang merasa senang orang
merasa senang kepadanya. Ada saja, walaupun hanya segelintir orang yang dengki
kepadanya.
Suatu hari, ada seorang pelacur
yang sangat cantik jelita. Pelacur itu berkata kepada orang-orang yang tidak
menyukai Juraij: “Jika kalian mau, aku bisa menggoda Ahli Ibadah itu dan
memfitnahnya.” Para pendengki itupun menyetujuinya.
Di siang hari, pelacur itupun
pergi ke tempat peribadatan Juraij. Di sana ia berusaha menggoda dan merayu
Juraij, agar mau melayaninya.
Namun Juraij tidak sedikitpun
tertarik dengan godaan dan rayuan si pelacur itu. Bahkan Juraij pun malah
meninggalkannya. Dengan perasaan kecewa pelacur itu pun pergi.
Di tengah perjalanan, ia bertemu
dengan seorang penggembala kambing yang sedang duduk di bawah sebuah pohon.
Pelacur itupun merayu dan menggodanya, hingga akhirnya terjadilah perzinahan di
anatara mereka berdua.
Seiring berjalannya waktu,
pelacur itu pun hamil, setiap kali ada yang bertanya tentang kehamilannya, ia
selalu berkata bahwa Juraij lah ayah dari bayi yang di kandungnya.
Berita pun semakin cepat tersebar
hingga akhirnya penduduk berbondong-bondong mendatangi tempat peribadatan
Juraij, lalu membakar dan menghancurkannya hingga rata dengan tanah. Juraij
sendiri dipukuli hingga babak belur, lalu diasingkan. Ia sendiri bingung dan
tidak tahu apa permasalahannya hingga diperlakukan seperti itu.
Juraij berkata: “Ada apa denganku? Kenapa kalian berbuat seperti ini
terhadapku?”
Para penduduk berkata: “Wahai
Juraij! Janganlah engkau mengelak, engkau telah berzina dengan pelacur itu dan
sekarang ia telah mengandung anakmu.”
Juraij semakin bingung, lalu berkata: “Di manakah pelacur itu?”
pelacur yang sedang hamil itupun didatangkan, dan ia tetap mengaku bahwa Juraij
lah ayah dari bayi yang ada di dalam kandungannya.
Juraij tidak dapat menunjukkan
bukti bahwa ia bukanlah ayah dari si bayi dalam kandungan pelacur tersebut. Dan
pada akhirnya Juraij menyadari, bahwa kesalahan terbesarnya adalah kepada
ibunya.
Ia pun meminta kepada penduduk
desa agar dipertemukan dengan ibunya. Di hadapan ibunya Juraij meminta maaf:
“Wahai ibu! Maafkanlah kesalahanku karena tidak memenuhi panggilanmu. Anakmu
ini sedang tertimpa fitnah karena do’amu, Aku memohon kepadamu, berdo’alah
kepada ALLOOH agar mengampuni kesalahanku!”
Setelah melihat keadaan putranya
tersebut, sang ibu merasa iba lalu berdo’a: “Yaa ALLOOH! Jika apa yang menimpa
Juraij adalah karena do’aku, maka bebaskanlah ia dari fitnah dan ampunilah ia,
karena aku telah memaafkan kesalahannya.”
Setelah mendapat maaf dari Ibunya,
Juraij pun merasa lega, lalu berkata kepada penduduk desa: “Sebaiknya kita
tunggu saja kelahiran bayi yang ada di dalam kandungan perempuan (pelacur) itu,
dengan izin ALLOOH aku akan menunjukkan kepada kalian siapakah ayah dari bayi
dalam kandungan itu.”
Penduduk desa menyetujui
permintaan Juraij. Dan untuk sementara waktu, Juraij dimasukkan ke dalam
(semacam) penjara sambil menunggu kelahiran si bayi. Beberapa minggu kemudian,
lahirlah bayi yang ditunggu-tunggu itu. Para penduduk pun segera membawa si
pelacur dan bayinya tersebut kepada Juraij, mereka berkata: “Wahai Juraij!
Sekarang tunjukkan kepada kami siapakah ayah dari bayi ini.” Juraij pun meminta
izin kepada penduduk untuk melakukan sholat dua roka’at. Setelah sholat Juraij
pun berkata: “Kemarikan bayi itu!”
Sambil mengelus perut si Bayi,
Juraij berkata: “Hai Nak! Siapakah sebenarnya ayahmu?”
Atas izin ALLOOH, tiba-tiba si
bayi yang baru lahir tersebut dapat berbicara: “Aku adalah anak si fulan,
seorang penggembira kambing!”
Melihat dan mendengar langsung
dari si bai, penduduk terheran-heran. Mereka pun sadar, bahwa pelacur itu telah
memfitnah Juraij. Penggembala dan Pelacur itulah yang seharusnya dihukum.
Penduduk desa sangat menyesal
atas tindakan mereka berdua kepada Juraij sang Ahli Ibadah. Mereka semua
meminta maaf kepada Juraij dan berkata: “Kami akan membangun kembali tempat
ibadahhmu dengan emas.”
“Tidak..! Cukup kalian
membangunkan sebuah tempat ibadah dari tanah liat seperti Juraij...
Masyarakat pun bergotong-royong
membangun kembali tempat peribadatan Juraij.
Doa ibu itu seperti doa Nabi
kepada ummatnya, jadi sudah pasti terkabul. Oleh karena itu, berhati-hatilah!
Berbuat baiklah pada ibumu jangan buat dia marah padamu jika kamu ingin selamat
dunia akhirat.
WALLOOHU A’LAM BISH SHOWAAB
0 comments:
Post a Comment