Telah berkata Imam Muchyiddin :
Kaidah-kaidah dalam Islam itu ada lima: Mengenal siapa yang disembah, celalah apa yang ada,
berhenti atas hukum-hukum ALLOH,
menepati janji-janji, dan sabar atas ketidak adaan.
Rukun Islam yang pertama adalah
Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain ALLOOH, dengan maksud meyakini tidak ada yang
disembah dengan kebenaran dan keimanan kecuali ALLOOH SWT. Dan bersaksi bahwa
Nabi Muchammad SAW adalah utusan ALLOOH. Dengan maksud ALLOOH mengutus Nabi
Muchammad SAW kepada makhluq untuk mengajarkan agama kepada mereka.
Dan yang kedua adalah menegakkan
sholat. Dengan maksud melanggengkan sholat tepat pada waktunya dengan rukun dan
syarat-syaratnya. Dan barangsiapa melakukan atas hal itu, maka diharamkan
neraka baginya. Dalam satu hadits qudsi,
ALLOOH AZZA WAJALLA berfirman: “Sesungguhnya Aku berikan janji baik kepada
hambaKu jika dia menegakkan sholat pada waktunya, tidak akan Aku adzab dirinya bahkan
Aku masukkan surga tanpa hisab.”
Dalam
satu hadits, Rosuulullooh SAW bersabda,”Apabila seseorang dengan sengaja
meninggalkan satu sholat fardhu, maka
ditulis namanya pada pintu neraka: Fulan bin Fulan, ia harus masuk neraka.”
telah menyebut Imam Sachimiy dalam kitab Lubaabuth Thoolibiin.
Rukun Islam yang keempat adalah
puasa Romaadhon. Puasa dilakukan dengan meninggalkan segala yang membatalkan
puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari setiap hari selama bulan
Romaadhon. Di dalam hadits disebutkan,” Ketika datang malam pertama bulan
Romaadhon, pintu-pintu terbuka. Tak satu pun pintu yang ditutup hingga malam
terakhir bulan Romaadhon berakhir.”
Saat Nabi Adam AS makan buah
pohon terlarang, buah tersebut tetap berada dalam dirinya selama tiga puluh
hari. Ketika tubuhnya telah bersih dari buah tersebut, ALLOOH SWT menerima
taubatnya. ALLOOH SWT pun mewajibkan puasa tiga puluh hari kepada anak
turunnya. Ini diceritakan oleh As-Suhaimi
Rukun Islam yang kelima adalah
haji ke baitullooh bagi yang mampu. Dengan maksud, menuju Ka’bah untuk menunaikan
ibadah haji dan umroh. Orang yang meninggalkan haji tanpa alasan dikhawatirkan
mati dalam keadaan (akhir yang buruk). Na’udzu billaah. Nabi SAW
bersabda,”Barangsiapa mempunyai bekal dan kendaraan, namun tidak berangkat
haji, maka matilah ia dalam kondisi apapun yang ia mau, Yahudi atau Nashroni.”
Semua amal ibadah di atas itu harus dilakukan dengan ikhlas dan penuh
keyakinan. Ibadah tersebut dilakukan demi memenuhi perintah syari’at, bukan
karena takut atau malu terhadap manusia.
WALLOOHU A’LAM BISH SHOWAAB
Diambil dari kitab bahjatul
wasaail bi syarchil masaail syarah Risalatul jami’ah
0 comments:
Post a Comment